Bangunan Box Tersier TINJAUAN PUSTAKA
Bangunan box tersier diatas dibangun di saluran terssier daerah irigasi , untuk membagi-bagi air irigasi ke seluruh petak tersier dan kuarter. Bangunan
dilengkapi dengan pintu yang dimaksudkan untuk pemberian air secara rotasi. Pintu-pintu unttuk menutup seluruh lubang atau sebagian bukaan lubang secara
bergantian. Mawardi, 2007.
Gambar 3.7 Denah box tersier
Gambar 3.8 Potongan A-A
Gambar 3.9 Potongan B-B
Gambar 3.10 Penampang saluran Potongan C-C dan D-D
Gambar 3.11 Type Box Tersier Dalam suatu tersier seringkali terdapat beberapa petak sawah yang terletak
terpencil sekali terhadap jalan-jalan yang ada, sehingga petani-petani didaerah ini mendapat kesulitan dalam mengangkut hasil-hasil produksi, pupuk alat-alat kerja
dan sebagainya.
Untuk itu maka dalam suatu petak tersier diperlukan adanya jalan sawwah sehingga tidak ada lagi petak-petak sawah yang letaknya teerpencil, sehingga
akhirnya memudahkan petani-petani dalam mengangkut peralatan-peralatan, pupuk,bibit,hasil produksi dan sebagainya. Jalan sawah cukup dibuat dari tanah
yang dipadatkan dengan lebar 2 m dan tinggi kira-kira 0,5 m. Dari permukaan tanah sawah.
Dalam hal ini hendaknya diusahakan pemanfaatan jalan-jalan yang telah ada atau dengan memperlebar salah satu tanggul dari saluran baik tersier maupun sub
tersier, sehingga dapat dimanfaatkan pula untuk kepentingan pengawasan pemeriksaan saluran yang bersangkutan.
Bila harus dibuat jalan baru sama sekali, sebaiknya agar diusahakan sekaligus dapat berfungsi sebagai batas petak kwater atau petak sub tersier.
-Box Tersier Bangunan ini biasanya dibuat dari pasangan batu kali dan dilengkapi dengan
konstruksi pintu, yang dapat dibuat dari besi ataupun kayu, selain itu dapat juga box tersier ini dibuat dari pasangan batu bata ataupun beton bertulang
prefabricated. Fungsinya adalah membagi air secara tepat atau proporsional sesuai dengan kebutuhan masing-masingg petak yang diairi. Supaya dapat tercapai
maksudnya, maka lobang-lobang dalam satu box harus: -
Tinggi peil ambang sama -
Lebar ambang sebanding dengan luas areal massing-masing petak yang dialiri.
Dengan prinsip tersebut maka bila tinggi muka air berkurang, maka pemberian air akan tetap proporsionil. Oleh karena mungkin terjadi keluarnya air dari satu
box lebih dari satu macam aliran-aliran sempurna dan aliran tidak sempurna, maka untuk menentukan tinggi air diatas ambang, digunakan ambang lebar agar
koefisien pengaliran masih tetap konstan sampai
� ℎ
= 0,80 t = lebar ambang
d = tinggi air dihilir h = tinggi air di udik, masing-masing diukur dari atas ambang
Banyaknya air Q dihitung berdasarkan rumus : Q = C. 23.
�2. �. �. ℎ
32
Dimana C = Koefisien yang tergantung pada dh
µ = Koefisien yang tergantung pada bentuk ambang b = Lebar ambang dalam meter
h = tinggi air di hilir, diatas ambang dalam meter. Untuk ambang yang lebar dengan sudut-sudut tajam µ = 0,5 dan dh = 0 sd 0,8.
Maka C = 1. Sehingga rumus menjadi : Q = 1,48 b.
ℎ
32
Soekarto Hartoyo, 1980