Efisiensi Irigasi TINJAUAN PUSTAKA

1. Perbaikan sistem pengelolaan air: - Sisi operasional dan pemeliharaan OP yang baik - Efisiensi operasional pintu - Pemberdayaan petugas OP - Penguatan institusi OP - Meminimalkan Pengambilan air tanpa ijin - Partisipasi P3A 2. Perbaikan fisik prasarana irigasi: - Mengurangi kebocoran disepanjang saluran - Meminimalkan penguapan - Menciptakan sistem irigasi yang andal, berkelanjutan, diterima petani. Kebutuhan air pengairan irigasi merupakan banyaknya air pengairan yang diperlukan untuk menambah curah hujan efektif yang ketersediannya dipermukaan dan bawah permukaan tanah terutama pada musim kemarau untuk memenuhi keperluaan pertumbuhan atau perkembangan tanaman. Ketepatgunaan pengairan efisiensi adalah suatu daya upaya pemakaian yang benar-benar sesuai bagi keperluan budidaya tanaman dengan jumlah debit air yang tersedia atau dialirkan sampai ke lahan-lahan pertanaman, sehingga pertumbuhan tanaman dapat terjamin dengan baik, dengan mencukupkan air pengairan yang tersedia itu. Ketepatgunaan penyaluran efisiensi air pengaliran ditunjukkan dengan terpenuhi angka persentase air pengaliran yang telah ditentukan untuk sampai di areal pertanian dari air yang dialirkan ke saluran pengairan. Hal ini sudah termasuk memperhitungkan kehilangan-kehilangan selama penyaluran seperti evaporasi, rembesan dan perkolasi. Rumus efisiensi penyaluran air dinyatakan sebagai berikut: Ec = ����� ������ − ����� ������� ������ ������ x 100 Dimana : Ec = Efisiensi penyaluran air pengairan Debit inflow = jumlah air yang masuk Debit outflow = jumlah air yang keluar Konsep efisiensi pemberian air irigasi yang paling awal untuk mengevaluasi kehilangan air adalah efisiensi saluran pembawa air. Jumlah air yang msuk dari pintu pengambilan atau sungai biasanya sangat besar. Dan saat penyaluran terjadi kehilangan air pada saluran. Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar dari pintu pengambilan intake. Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran yang pada umumnya terjadi dijaringan utama dan efisiensi dijaringan sekunder yaitu dari bangunan pembagi sampai petak sawah. Efisiensi irigasi didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik disaluran maupun di petak sawah. Kehilangan air yang diperhitungkan oleh operasi irigasi meliputi kehilangan air di tingkat tersier, sekunder dan primer. Besarnya masing-masing kehilangan air tersebut dipengaruhi oleh panjang saluran, luas permukaan saluran, keliling basa saluran dan kedudukan air tanah. Direktorat Jendral Pengairan, 1986. Pada dasarnya, semua kehilangan air yang mempengaruhi efisensi irigasi berlangsung selama proses pemindahan air dari sumbernya kelahan pertanian dan selama pengolahan lahan pertanian. Efisiensi penggunaan air dipetak sawah adalah besarnya persentase dari perbandingan kebutuhan air yang diperlukan dipetak sawah dengan jumlah air irigasi yang diberikan sampai ke petak sawah. Efisiensi penggunaan air di petak sawah dinyatakan dengan rumus : Ea = �� �� x 100 Dimana : Ea = Efisiensi penggunaan air di petak sawah Vr = Kebutuhan air yang diperlukan di petak sawah Vf= Jumlah air irigasi yang diberikan sampai ke petak sawah

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Hidrologi

Tugas akhir ini secara khusus mengevaluasi fungsi hidrolika bangunan utama termasuk bangunan bagi dan box tersier di desa Tanjung Beringin Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara menggunakan curah hujan efektif 0,70R 80 , dengan data sekunder yang diambil dari Dinas pertanian kabupaten Karo. Dan analisa evapotranspirasi dengan menggunakan metode penman modifikasi, untuk analisa kebutuhan air irigasi digunakan dengan DR = �� �� � 8,64 , sedangkan efisiensi kebutuhan sawah dengan perbandingan antara kebutuhan air dengan ketersedian air.

4.2 Curah Hujan Rata – rata

Untuk menghitung curah hujan rata-rata Daerah Irigasi Tanjung Beringin maka digunakan metode rata-rata aljabar. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 4.1. Curah Hujan Rata-rata DI Stasiun Juhar Kecamatan Munte Tahun jan feb mar aprl mei jun Jul agust sept okt nov des 2004 185 260 66 331 115 26 15 20 231 349 292 116 2005 372 56 325 270 90 80 84 279 172 172 2006 77 295 189 216 219 63 48 350 319 364 212 137 2007 100 84 177 290 152 112 95 110 120 145 266 166 2008 160 81 258 242 103 146 44 229 87 239 338 132 2009 87 14 180 97 20 117 38 122 162 201 255 2010 76 72,5 66 95 127 196 106 2011 107 226 196 103 112 82 4 164 114 56 2012 319 122 113 273 66 25 99 126 50 229 235 156 2013 323 288 147 298 84 120 11 154 128 135 206 315 Jumlah 1730 1426 1651 2120 961 767 426,5 1421 1390 2124 2172 1300 Rata-rata 173 142,6 165,1 212 96,1 76,7 42,65 142,1 139 212,4 217,2 130 Sumber : Hasil Perhitungan Dari hasil perhitungan diketahui curah hujan 10 tahun pada tabel diatas, terlihat bahwa curah hujan maksimum rata-rata terjadi pada bulan november sebesar 217,2 mm dan terendah pada bulan Juli sebesar 42,65 mm. Tabel 4.2 Rekapitulasi Curah Hujan Rata-rata No Bulan curah hujan rata-rata 1 januari 173 2 februari 142,6 3 maret 165,1 4 april 212 5 mei 96,1 6 juni 76,7 7 juli 42,65 8 agustus 142,1 9 september 139 10 oktober 212,4 11 november 217,2 12 desember 130 total 1748,85 Sumber: perhitungan 173 142,6 165,1 212 96,1 76,7 42,65 142,1 139 212,4 217,2 130 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 C u ra h H u ja n R a ta -r at a Bulan