Persepsi Masyarakat terhadap RTH Kota

75 84.39 oleh kelompok yang berpen-didikan menengah sampai dengan yang lebih tinggi, dimana 65.85 memiliki bidang pendidikan yang terkait, baik yang langsung maupun secara tidak langsung, dengan bidang lingkungan. Latar belakang pendidikan juga diharap-kan dapat mendukung pengertiannya akan fungsi-fungsi lingkungan RTH kota Dari gambaran responden ini dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden yang mewakili masyarakat kota penelitian dapat digolongkan dalam kelompok masyarakat kelas menengah dengan pendidikan serta pekerjaan yang relatif tetap dan baik, dan didukung dengan pengetahuan terhadap lingkungan yang juga relatif baik. Profil masyarakat yang dominan seperti yang dinyatakan oleh data ini, diharapkan, dapat menjadi aset sosial pendukung untuk perwujud-an kondisi lingkungan kota yang lebih baik.

5.2.2. Persepsi Masyarakat terhadap RTH Kota

Pengalaman responden terhadap RTH kota, dinyatakan dengan a luas kepemilikan, b ketersediaan waktu luang, c frekuensi kunjungan ke RTH, dan d peran serta atau partisipasinya dalam RTH kota. Gambar 22 dan 23 mem- perlihatkan bentuk dan tingkat pengalaman masyarakat terhadap RTH kota. Data pada Gambar 22 memperlihatkan bahwa sebagian besar masyarakat kota ini memiliki keterbatasan dalam a ketersediaan lahan sebagai RTH di se- kitar rumah, b waktu luang dan c frekuensi kunjungan ke RTH. Walaupun demikian mereka tetap berpartisipasi dalam program penghijauan kota yang dilakukan atas insiatif sendiri ataudan pernah dilakukan dengan kegiatan yang beragam antara lain dalam hal penanaman, pemeliharaan, tidak melakukan vandalisme dalam RTH atau terhadap tanaman, dan juga kegiatan penyuluhan. Didapatkan bahwa sebagian besar masyarakat memiliki pengalaman dan pengetahuan RTH yang baik Gambar 23. Dapat dinyatakan bahwa hal ini akan merupakan faktor pendukung terhadap ketersediaan dan kelestarian RTH dalam kota penelitian ini. Diduga pengalaman dan pengetahuan yang tinggi ini ter- bentuk karena wilayah Kota Bogor telah memiliki RTH yang relatif baik pada setiap bagian kota dengan akses ke dalam RTH tersebut yang relatif mudah, dan RTH ini telah dimiliki oleh kota ini sejak waktu yang lama yaitu dari jaman penjajahan Inggris dan Belanda. Hasil penelitian memperlihatkan kualitas ma- syarakat kota yang baik dan partisipatif sehingga merupakan potensi kota yang baik guna meningkatkan kapasitas lingkungan kota melalui pembangunan RTH. 76 Bila dikaitkan dengan alokasi waktu luang masyarakat, sebagian besar responden 71.22 hanya memiliki waktu luang yang terbatas. Karena itu, se-baiknya Pemda atau berbagai pihak lain swasta, LSM dapat mengupayakan ketersediaan ruang-ruang publik berbentuk RTH ini pada seluruh bagian kota terutama ketersediaan RTH dekat dengan permukiman penduduk atau ruang-ruang konsentrasi warga kota lainnya seperti pasar, sekolah. Kedekatan jarak ini akan mempermudah kunjungan dalam waktu luang yang terbatas serta meningkatkan apresiasi atau penghargaannya terhadap RTH milik kota. Gambar 22. Frekuensi pengalaman responden terhadap RTH kota Gambar 23. Frekuensi tingkat pengalaman responden terhadap RTH kota Persepsi responden diklasifikasikan dengan tinggi, cukup dan rendah yang dihitung berdasarkan nilai akumulatif dari tingkat pengetahuannya terhadap RTH kota. Data pada Gambar 24 menunjukkan bahwa bagian terbesar responden 76.10 memiliki persepsi yang baik terhadap bentuk, fungsi dan manfaat keter- sediaan RTH dalam wilayah kota. JUMLAH RESPONDEN P E N G A L A M A N R E S P O NDE N T E RHA D A P R T H K O T A KURANG BAIK 20,51 10 20 30 40 50 60 70 80 79,49 P A R T IS IPAS I F R E K W E N S I KET ER SED IAA N KEP E M IL IKA N D A L A M R T H K U N J U N G A N W AKT U L U A N G L A H A N 100 M 100 M KECIL BANYAK TERBATAS SEDIKIT JARANG SERING TIDAK TENTU YA PERNAH TIDAK PERNAH 10 20 40 50 60 70 80 32,36 40,98 11,71 6,34 67,64 16,1 71,22 30,73 42,93 17,07 62,93 JUMLAH RESPONDEN 7,80 16,10 76,10 E R SEP S I E S P O NDE N T E RHA D A P BE N T U K, UNG S I, D A N M A N F A A T R T H K O T A RENDAH SEDANG BAIK 77 Gambar 24. Frekuensi tingkat persepsi masyarakat terhadap RTH kota Persepsi masyarakat yang baik, menurut Porteus 1977, umumnya akan berespons terhadap tindakan yang baik, termasuk dalam hal ini terhadap kualitas lingkungan dan RTH. Tabel 7 menyajikan korelasi antar peubah pengalaman dan persepsi masyarakat kota Bogor terhadap berbagai bentuk RTH kota yang diteliti. Walaupun kedua peubah sosial ini, masing-masing, memiliki nilai yang tinggi tetapi keduanya tidak memiliki korelasi yang tinggi berdasarkan uji statistik. Dapat dinyatakan bahwa pengalaman yang dimiliki oleh responden terhadap lingkungan dan RTH yang terdapat di wilayahnya tidak menentukan persepsinya. Tabel 7. Korelasi antara pengalaman dan persepsi masyarakat terhadap RTH kota Bentuk RTH Pengalaman terhadap RTH Persepsi terhadap RTH 1. Mengelompok a. Kawasan 0.018 0.118 b. Simpul - 0.013 0.078 2. Jalurkoridor hijau a. Jalan raya - 0.023 0.101 b. Lintas kereta - 0.013 0.100 c. Tepi sungai 0.002 0.101 d. Tepi kota 0.041 0.102 Pengalaman terhadap RTH 1.000 0.214 Keterangan: rho Coefficient dari Korelasi Spearman, n=205 Kemungkinan terjadinya hal ini dapat diterangkan dengan pendapat Allport dalam Hasan 1989 dan Wibowo 1987 bahwa persepsi seseorang terhadap suatu bentuk lingkungan tidak hanya dipengaruhi oleh pengalamannya, tetapi juga oleh keadaan sosial ekonomi serta harapannya di masa depan, kesadaran akan maknanya, dan motivasinya yang terkait dengan lingkungan ini. Kemung- kinan pada hal-hal terakhir ini juga ikut berperan dalam rendahnya korelasi ini, terutama terhadap makna lingkungan dan motivasi perbaikan lingkungan yang belum begitu disadari. 78 Berdasarkan pernyataan ini maka perlu dilakukan program penyuluhan melalui kegiatan pemasyarakatan RTH secara terus menerus penyuluhan, pelatihan, perlombaan, dan lainnya sehingga warga akan dapat mengetahui kepentingan dan makna RTH terhadap perbaikan kualitas lingkungan kota dan terhadap tingkat kesejahteraan dan kesehatannya. Dengan diketahuinya kepen- tingan RTH terhadap individu dan wilayah perkotaannya maka, diharapkan, hal ini dapat memotivasi masyarakat untuk mengelola RTH di sekitar lingkungan permukimannya dan juga pada wilayah yang lebih luas seperti kelurahan, ke- camatan, dan perkotaan. Model pemasyarakatan yang baik yaitu bila program ini direncanakan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat tersebut sehingga program penyediaan RTH dan perbaikan kualitas lingkungan perkotaan dapat menjadi program kegiatan yang bersifat spontan. Korelasi yang sangat rendah ini juga dapat diterangkan dari pendapat Umberto Eco dalam Grahn 1991 yang menyatakan bahwa tidak semua per- sepsi, pada tingkat individu dan tingkat kelompok masyarakat, harus sama walaupun mereka memiliki pengalaman yang sama. Hal ini terutama bila terkait dengan bentuk dan kondisi “nature”, dimana hampir setiap orang memiliki model “nature” tersendiri menurut pengamatan dan pengalamannya sendiri walaupun mereka berada dalam lingkungan kota yang sama.

5.2.3. Preferensi Masyarakat terhadap RTH Kota