7. KESIMPULAN DAN SARAN
Ruang terbuka hijau RTH merupakan salah satu sarana kota dan elemen alami pembentuk ruang kota yang harus tersedia dalam suatu wilayah perkotaan
karena memiliki fungsi dan manfaat yang tinggi dalam mengendalikan dan meningkatkan kapasitas dan kualitas lingkungan wilayah perkotaan tersebut
serta untuk meningkatkan kenyamanan, keamanan lingkungan, dan kesehatan masyarakat yang menghuni kota tersebut. Untuk mendukung hal ini maka
ketersediaan dan distribusi RTH fungsional dalam wilayah kota harus dapat menanggulangi permasalahan fisik dan lingkungan perkotaan tersebut, dan untuk
mengelola dan melestarikan ketersediaan RTH tersebut maka masyarakat harus mengetahui dan memahami fungsi dan kemanfaatannya dalam ruang-ruang
kota, terutama, melalui bentuk dan lokasi fungsionalnya.
7.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a Kapasitas fisik dan kualitas lingkungan yang dibutuhkan untuk mewujudkan
konsep sistem kota yang berkelanjutan menentukan ketersediaan bentuk, fungsi, serta pola distribusi dan konfigurasi RTH yang sesuai dengan dan
mendukung kondisi fisik kota tersebut.
€
Kota penelitian memiliki lanskap atau bentang alam yang beragam datar, berbukit, bertebing curam, aliran sungai dan estetik tetapi lanskap kota
ini peka terhadap perubahan-perubahan fisiknya. Awal perkembangan kota pada periode kolonial Inggris dan Belanda, yang telah menam-
bahkan berbagai bangunan, struktur dan fasilitas kota dalam konfigurasi kota ini, masih tetap mendukung jumlah dan distribusi RTH dalam kota.
Hasil penelitian menyatakan RTH sebagai pengisi ruang-ruang kota penelitian ini diklasifikasikan baik karena kota ini masih memiliki dan
mengelola RTH dengan karakter serta jumlah dan distribusi dalam skala wilayah kota, kecamatan, rancangan arsitektur bentuk, fungsi,
kepemilikan lahan publik, privat dan rasio RTH per penduduk yang relatif baik, serta masih dipertahankannya konfigurasi utama RTH kota
yang dibangun pada periode kolonial.
€
Bentuk jalur hijau, terutama jalur hijau tepi kota urban green belt, urban forest belt yang mendominasi RTH kota akan sangat bermanfaat untuk
140 mengendalikan kualitas lingkungan kota dan untuk kesejahteraan masya-
rakat kota penelitian. Walaupun diklasifikasikan cukup baik tetapi kondisi RTH ini berpeluang tinggi untuk menurun dalam jumlah, distribusi, dan
kualitasnya. Hal ini terjadi karena kegiatan pembangunan perekonomian kota yang kurang memperhatikan permasalahan dan kepekaan alami dan
lingkungan kota yang cenderung mendorong dilakukannya konversi lahan bervegetasi dan lahan-lahan marjinal bertebing, bantaran sungai men-
jadi lahan yang terbangunnon hijau karena terbatasnya luas lahan untuk pembangunan di wilayah kota ini. Bila hal ini tidak dikelola dan dikendali-
kan dengan baik maka akan berdampak terhadap penurunan kondisi dan kualitas lingkungan fisik kota.
b Persepsi dan preferensi masyarakat menentukan kelestarian ketersediaan dan kualitas RTH dalam kota tersebut.
€
Penelitian ini menyimpulkan bahwa masyarakat kota penelitian memiliki persepsi yang baik terhadap RTH yang tersedia dalam kota. Informasi
dan pengalaman tentang lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang diperoleh masyarakat dari ketersediaan dan pemanfaatan
RTH yang telah terbentuk dan terdistribusi dengan baik dalam wilayah kota serta kemudahan akses ke dalam RTH tersebut telah membentuk
persepsi yang baik pada masyarakat.
€
Kota menyediakan RTH sebagai salah satu bentuk sarana pelayanan publik untuk meningkatkan kenyamanan dan kesehatan lingkungan kota
yang selanjutnya akan berdampak positif terhadap peningkatan kualitas dan kinerja masyarakat kotanya. Persepsi dan preferensi masyarakat
yang baik terhadap ketersediaan RTH dapat mendukung program pem- bangunan dan pelestarian RTH ini, terutama bila preferensi masyarakat
ini diakomodasikan dalam perencanaan dan pembangunan RTH dalam kota. Preferensi RTH tertinggi adalah RTH bentuk kawasan RTH yang
mengelompok dan berukuran luas, berfungsi ganda dengan ragam jenis tanaman yang tinggi.
€
Walaupun persepsi masyarakat kota ini terhadap RTH cukup tinggi dengan preferensi yang dinilai baik, tetapi keduanya tidak berkorelasi. Hal
ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan dalam model ”nature” model lingkungan alami yang melatar belakangi kehidupan dari tiap
individu atau kelompok masyarakat walaupun mereka memiliki penga-
141 laman yang sama. Kemungkinan juga karena belum disadarinya makna
lingkungan dan belum dimilikinya motivasi perbaikan lingkungan melalui ketersediaan RTH dalam wilayah kota.
c Pengetahuan masyarakat akan manfaat RTH, yang dinyatakan dalam bentuk dan fungsinya, akan mempengaruhi besar penilaiannya terhadap RTH kota
tersebut. Bila masyarakat memberikan penilaian dan penghargaan yang tinggi terhadap RTH kota selanjutnya akan meningkatkan apresiasi mereka
terhadap ketersediaan RTH, dalam jumlah dan kualitas, sehingga program kelestarian RTH untuk mendukung sistem kota yang berkelanjutan dapat ter-
wujudkan.
€
Penilaian masyarakat terhadap fungsi-fungsi dan bentuk-bentuk RTH kota yang diteliti tidak berbeda dan mereka cenderung belum dapat memilah
antar fungsi dan antar bentuk RTH walaupun dapat merasakan manfaat keberadaannya. Walaupun tidak berbeda dalam penilaian, masyarakat
cenderung mengelompokkan fungsi RTH kota ini menjadi fungsi ekonomi dan non-ekonomi, serta bentuk RTH yang berukuran luas dan tidak luas.
Fungsi non ekonomi biofisik, sosial, arsitektural dan RTH yang berukur- an luas kawasan, jalur hijau tepi kota memiliki nilai yang cenderung lebih
tinggi dibandingkan dengan lainnya.
€
Pemilahan nilai terhadap fungsi-fungsi RTH yang diteliti ini, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi non ekonomi, didukung karena kurang diketahuinya
konsep pengembangan RTH untuk suatu kawasan perkotaan dimana konsep pengembangan RTH suatu kota urban greenery adalah untuk
perbaikan kualitas lingkunganbiofisik kota, yang umumnya disamakan dengan konsep pengembangan pertamanan kota urban park yaitu untuk
perbaikan ruang-ruang kota untuk keindahan dan berbagai fungsi sosial dan rekreatif lainnya. Ketidak-jelasan ini akan berpeluang tinggi dalam
menurunkan tingkat kepedulian dan juga partisipasi spontan masyarakat untuk melestarikan keberadaan RTH dan memperbaiki bentuk dan
fungsinya guna mengatasi permasalahan dan gangguan lingkungan yang dihadapi kawasan kota saat ini dan juga pada masa mendatang. Dampak
negatif selanjutnya yaitu akan meningkatkan biaya pengelolaan kota dan memudahkan terjadinya konversi lahan dan fungsi RTH.
€
Faktor pendidikan secara nyata berperan dalam memberi penilaian atau penghargaan terhadap bentuk-bentuk RTH kota yang diteliti, dan faktor
142 latar belakang pekerjaanprofesi yang terkait dengan bidang lingkungan
cenderung mendukung peningkatan nilai penghargaan terhadap RTH kota ini.
d Untuk mengendalikan dan mempertahankan kualitas lingkungan kota yang baik, melalui kelestarian ketersediaan dan kualitas RTH, maka alternatif
model pengelolaan RTH wilayah perkotaan yang harus dikembangkan seba- gai salah satu bentuk kebijakan publik adalah jika didasarkan pada konfigu-
rasi dan struktur fisik alami wilayah dan potensi gangguan terhadap lingkung- an perkotaan, pengakomodasian RTH yang merupakan preferensi tertinggi
yang diinginkan oleh masyarakat, serta peran serta masyarakat tersebut mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pemeliharaan. Dalam
rekomendasi model pengelolaan ini maka pembagian peran stake holders yaitu masyarakat, pemerintah, pengusaha dan lembaga netral sebagai pema-
sok hasil risetteknologi yang berorientasi pada kelestarian wilayah perkotaan dan kesejahteraan publik, merupakan tujuan utama.
7.2. Saran