Hubungan Fungsi dan Bentuk RTH Kota

93 Gambar 29. Contoh bentuk fungsional RTH a hasil maksimum terhadap perbaikan kapasitas dan kualitas lingkungan yang diinginkan dari keberadaan RTH dalam kota kurang dapat diwu- judkan b bentukrancangan RTH yang tidak mendukung kondisi ekologis kota yaitu bentuk rancangan yang mendukung dan memudahkan adaptasi manusia untuk hidup dengan nyaman dalam wilayah perkotaan yang disebabkan karena rancangan RTH tidak sesuai dengan lokasi, fungsi yang diinginkan serta tata ruang dan keindahan kota c tidak tercapainya nilai estetika dan arsitektur kota yang merupakan nilai tambah dari penataan ruang-ruang dan arsitektur kota. Hal ini juga diduga merupakan salah satu penyebab akan kurangnya per- hatian masyarakat terhadap program penghijauan fungsional kota dan pelesta- rian lingkungan alami perkotaan. Untuk meningkatkan kepedulian ini, disarankan pada lembaga yang terkait dengan lingkungan, baik pemerintah daerah, swasta, untuk lebih giat dalam mensosialisasikan aspek teknis yang terkait dengan ben- tuk dan rancangan fungsional dari RTH ini, dan bukan hanya pada pengenalan jenis-jenis pohon. Selain mendapatkan rancangan yang sesuai, efisiensi lahan pada pusat atau kawasan-kawasan bernilai ekonomi tinggi dalam kota yang cenderung mahal dapat dilakukan

5.3.3. Hubungan Fungsi dan Bentuk RTH Kota

Tabel 11 memperlihatkan hasil olahan data peubah fungsi terhadap bentuk RTH kota yang diteliti. Dari hasil yang tertera pada Lampiran 4 diketahui bahwa dua komponen utama pertama memiliki kontribusi yang tinggi 90 dalam menjelaskan keragaman peubah asal sehingga asumsi untuk menggunakan analisis komponen utama AKU, guna melakukan analisis lanjutannya telah ter-penuhi. RTH kawasan yang luas untuk rekreasi RTH jalur untuk pengarah, pengatur 94 Dari perhitungan akar ciri ini, diketahui bahwa λ 1 mempunyai nilai cukup tinggi untuk tiap bentuk RTH yang diteliti λ 1 RTH kawasan: 0.87; λ 1 RTH simpul: 0.89 ; λ 1Jalur hijau jalan raya :0.92; λ 1 Jalur hijau lintas kereta: 0.93; λ 1 Jalur hijau tepi sungai: 0.91; λ 1 Jalur hijau tepi kota:0.92 sehingga dapat dinyatakan bahwa nilai pada KU 1 pada tiap bentuk RTH ini dapat untuk menerangkan tentang keragaman data asal. Tabel 11 menunjukkan koefisien peubah-peubah baru, yaitu KU 1 dan KU 2 , yang merupakan fungsi peubah asal- nya KU 2 digunakan terutama untuk menerangkan penyebaran spasial dari ka- rakter demografis responden, pada bahasan selanjutnya. Pada Tabel 11 ini terlihat bahwa KU 1 menghasilkan nilai koefisien yang relatif hampir sama besarnya ± 0.50 dan bertanda negatif untuk empat fungsi yang diteliti pada tiap bentuk RTH ini. Dari kondisi ini dapat dinyatakan bahwa bila nilai penghargaan yang diberikan oleh responden terhadap peubah asal me-ningkat maka hal ini juga akan diikuti oleh menurunnya nilai penghargaan terha- Tabel 11 Nilai koefisien peubah dua komponen utama fungsi RTH kota Bentuk RTH Kota Peubah Fungsi KU 1 KU 2 1. Mengelompok a. Kawasan 1. Ekonomi 2. Biofisik 3. Arsitektural 4. Sosial - 0.480 - 0.499 - 0.514 - 0.506 0.874 - 0.267 - 0.221 - 0.341 b. Simpul 1. Ekonomi 2. Biofisik 3. Arsitektural 4. Sosial - 0.484 - 0.501 - 0.511 - 0.504 - 0.862 0.281 0.152 0.393 2. Jalurkoridor a. Jalur Hijau Jalan Raya 1. Ekonomi 2. Biofisik 3. Arsitektural 4. Sosial - 0.485 - 0.505 - 0.503 - 0.507 0.831 - 0.327 - 0.450 - 0.022 b. Jalur Hijau Lintas Kereta 1. Ekonomi 2. Biofisik 3. Arsitektural 4. Sosial - 0.501 - 0.496 - 0.507 - 0.496 - 0.422 0.621 0.354 - 0.557 c. Jalur Hijau Tepi Sungai 1. Ekonomi 2. Biofisik 3. Arsitektural 4. Sosial - 0.479 - 0.500 - 0.512 - 0.508 0.868 - 0.327 - 0.339 - 0.157 d. Jalur Hijau Tepi Kota 1. Ekonomi 2. Biofisik 3. Arsitektural 4. Sosial - 0.489 - 0.499 - 0.509 - 0.503 - 0.849 0.197 0.165 0.462 95 hadap empat komponen fungsi RTH kota ini dengan besaran atau koefisien yang relatif hampir sama untuk tiap bentuk RTH yang diamati. Hubungan yang negatif antara nilai KU 1 dengan empat peubah asal dari fungsi-fungsi RTH ini menun-jukkan bahwa kenaikan nilai penghargaan pada peubah asal berbanding terbalik dengan nilai KU 1 . Dalam pengertian ekonomi dapat dinyatakan bahwa bila semakin besar jumlah atau nilai WTC yang ingin dikontribusikan atau disum-bangkan oleh responden untuk tiap fungsi RTH kota ini, maka nilai KU 1 akan semakin kecil. Dalam hal ini, nilai dari KU 1 dapat dinyatakan atau disetarakan sebagai nilai atau biaya korbanan opportunity cost yang dikeluarkan oleh res-ponden penilai dimana responden yang mampu membayar lebih mahal terhadap fungsi-fungsi yang dimiliki oleh RTH kota ini, justru tidak begitu merasa banyak kehilangan jika dibandingkan dengan responden yang membayarnya dengan nilai yang lebih rendah. Bila dilihat pada KU 2 terlihat adanya perubahanperbedaan besar dari nilai koefisien dan arahnya untuk tiap fungsi dan bentuk RTH. Pada KU 2 , nilai ter- tinggi didapatkan dari peubah fungsi ekonomi sehingga dapat dinyatakan bahwa nilai KU 2 ini ditentukan oleh nilai dari fungsi ekonominya, tetapi dengan arah bentuk pengaruh yang berbeda +- tergantung dari bentuk RTH. Hal ini berarti bahwa bila penilaian atau apresiasi responden terhadap peubah asal meningkat maka akan diikuti oleh meningkat atau menurunnya penilaian terhadap fungsi ekonomi RTH yang dinilai. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa penilaian responden terhadap bentuk RTH kawasan, jalur hijau jalan raya, dan jalur hijau tepi sungai, sejalan dengan nilai dari fungsi ekonominya tetapi berbeda dengan tiga nilai dari fungsi lainnya. Dari hasil ini dapat juga dinyatakan bahwa responden lebih menghargai fungsi ekonomi pada tiga bentuk RTH tersebut RTH kawasan, jalur hijau jalan raya, dan jalur hijau tepi sungai dibandingkan dengan tiga fungsi lainnya yaitu biofisik, arsitektural, dan sosial pada RTH yang sama Hal yang sebaliknya terjadi pada RTH simpul dan jalur hijau tepi kota dimana peningkatan penghargaan dari responden akan menurunkan penghargaannya terhadap fungsi ekonomi dengan arah yang berbeda terhadap tiga nilai dari fungsi-fungsi lainnya. Pembentukan hasil ini diduga karena masyarakat lebih banyak mengetahui dan mengenal tiga 96 bentuk RTH yang bermakna ekonomi tersebut dibandingkan dengan bentuk- bentuk RTH lainnya, atau mereka telah berpengalaman dalam memanfaatkan keuntungan ekonomi fungsi ekonomi dari tiga bentuk RTH tersebut. Terlihat ada suatu kecenderungan tertentu terhadap pola penilaian dari responden terhadap nilai KU 1 dan KU 2 . Didapatkan bahwa peubah fungsi eko- nomi, pada tiap bentuk RTH kota yang diteliti, juga merupakan peubah yang memiliki hubungan paling tidak erat dan terkesan selalu terpisah terhadap tiga peubah fungsi lainnya, dan dengan besaran dan arah yang berbeda. Hasil ini terlihat konsisten dengan hasil olahan korelasi pada Tabel 7 dan hasil ini dapat juga diterangkan berdasarkan teori awal pembentukan dan perkembangan selanjutnya dari RTH atau sistem pertamanan dalam kota penelitian ini RTH atau pertamanan dalam kota kolonial yang berorientasi fungsi non ekonomi, yang selanjutnya diduga akan mempengaruhi pola penilaian responden terhadap tiap fungsi dari bentuk-bentuk RTH yang diteliti. Pada Tabel 11 didapatkan perbedaan penilaian yang diberikan oleh res- ponden terhadap fungsi-fungsi lingkungan dari RTH pada jalur hijau lintas kereta. Tidak banyak diketahuinya informasi tentang jalur hijau lintas kereta, baik me- ngenai bentuk, fungsi, dan nilai manfaat yang dimilikinya diduga merupakan penyebab akan bentuk jawaban responden ini. Diketahui, sampai dengan saat ini, belum pernah ada perhatian dan bahasan ruang penghijauan untuk jalur hijau lintas kereta dan juga belum adanya peraturan khusus tentang model atau arah perencanaan jalur hijau pada tepi lintasan kereta ini baik yang terkait dengan peraturan daerah ataupun peraturan yang lainnya seperti Inmendagri No. 14 tahun 1988 untuk mengatur, menata atau mengoptimalkan fungsi-fungsi RTH yang dapat dihubungkan dengan kepentingan jalur hijau di sekitar jalur lintas kereta ini. Untuk menata ruang-ruang kota menjadi ruang yang lebih berfungsi dan berpenampakan arsitektural alami, untuk meningkatkan kualitas biofisik atau kualitas lingkungan dalam wilayah perkotaan, untuk meningkatkan kenyamanan warga, serta untuk mewujudkan kota atau bagian kota yang sehat disarankan untuk memperhitungkan rencana penataan lahan dan bentuk jalur hijau lintas kereta ini sebagai salah satu ruanglahan yang potensial untuk pembentuk dan pengendali kualitas lingkungan kota arsitektural, sosial, ekonomi, biofisik dan dapat dimanfaatkan secara optimal. Untuk kasus kota penelitian, jalur lintas kereta yang terletak di bagian tengah kota juga dapat dimanfaatkan sebagai jalur 97 hijau penyangga dengan kawasan sekitar yang fungsional dan estetik untuk meningkatkan kualitas visual kota dalam batas garis sempadan lintasan kereta. Dari pola penilaian yang dilakukan oleh masyarakat terhadap fungsi- fungsi RTH kota ini dapat disimpulkan bahwa tiga fungsi non ekonomi RTH yaitu fungsi biofisik, sosial, dan arsitektural cenderung selalu mengelompok dibandingkan dengan nilai RTH dari fungsi ekonomi. Kondisi ini memperkuat dugaan bahwa struktur arsitektural alami kota ini guna mendukung suasana istirahat dalam kota tropis yang merupakan warisan penghijauan periode kolonial tetap dijaga dan dilestarikan pada sebagian besar RTH utama kota ini. Tata ruang kota Bogor lama yang berpusat pada kebun raya dan istana presiden yang relatif tidak ada perubahannya juga mendukung “bertahannya” tata hijau kota ini. Kondisi kenya-manan alami dan suasana lingkungan fisik kota yang dirimbunkan oleh pohon-pohon yang telah dewasa dan cukup besar diameternya yang telah memperkuat karakter dan amenity alami kota juga telah memberikan pengalaman lingkungan out-door yang nyaman pada masyarakat kota sehingga mendukung pemben-tukan dan pengelompokan nilai fungsi RTH kota ini. Tidak dapatnya responden membedakan bentuk-bentuk RTH memper-lihatkan kurang dirasakannya makna design rancangan pada penataan ruang-ruang kota. Selain pada model rancangan RTH lama yang juga mendominasi kota dan yang sudah terbukti manfaat atau fungsinya dalam mempertinggi kua-litas lingkungan kota, maka rancangan bentuk RTH yang belum lama dilaksana-kan pembangunannya terlihat kurang fungsional dan kurang “menyatu” unite dengan suasana kota yang diinginkan. Kurang optimalnya bentuk RTH ini akan berlanjut terus tanpa mengarah pada perbaikan kapasitas dan kualitas ling-kungan kota, bila masyarakat tidak mengetahui makna atau arti bentuk atau rancangan fungsional RTH. Untuk mendukung kualitas lingkungan kota yang baik maka informasi dan pengetahuan tentang hal ini perlu untuk disebar luaskan pada masyarakat.

5.3.4. Aspek Demografis Masyarakat Penentu Nilai RTH Kota