16
2.1.3. Ruang dan Penataannya Dalam Wilayah Perkotaan
Tata ruang kota penting dalam usaha untuk efisiensi sumberdaya kota dan juga efektifitas penggunaannya, baik sumberdaya alam maupun lainnya. Pada
awal perencanaan, penataan ruang kota di Inggris terkait dengan usaha untuk memecahkan berbagai permasalahan sosial seperti kemiskinan, buruknya kese-
hatan, pengangguran, tempat tinggal yang kurang layak dengan menata kembali ruang-ruang kota Jayadinata 1986. Pelopornya adalah R. Owen, Cadburry, E.
Howard dan Geddes. Tetapi saat ini, penataan ruang kota terkait dengan berbagai permasalahan utama perkotaan yang akan dipecahkan untuk mencapai
tujuan akhir dari suatu penataan ruang yaitu untuk kesejahteraan warganya dan keberlanjutan dari lingkungan dan kawasan perkotaan Anwar 1994.
Ruang-ruang kota yang ditata secara terkait dan berkesinambungan ini mempunyai berbagai pendekatan dalam perencanaannya. Walaupun pada
awalnya, pada tata ruang tradisional, terkait dengan permasalahan sosial budaya dan juga ketersediaan air dan pangan Jayadinata 1986, Potter 1965, Rapoport
1969, Nurisyah 1996, Tuan 1977 tetapi perkembangan selanjutnya lebih diten- tukan oleh faktor ekonomi Dicken dan Lloyd 1990. Tata guna lahan, sistem
transportasi dan sistem jaringan utilitas merupakan tiga faktor utama dalam pe- nentuan tata ruang kota saat ini Anwar 1994, Dicken dan Lloyd 1991. Walau-
pun demikian, penataan ruang kota juga dilakukan dengan melihat suatu bentu- kan lanskap sebagai unsur amenity kota seperti pada kota San Fransisco dan
Rio de Janeiro Anwar 1994, Tuan 1977.
a. Pengertian ruang
Tergantung pada kepentingan serta tujuan pemanfaatannya, ruang dapat didefinisikan secara berbeda dan dengan wujud fisik dan psikis
yang juga berbeda. Ruang umumnya terkait dengan pengalaman seseo- rang Tuan 1977, dan secara fisik terkait dengan use volume Simonds
1983. Ruang memiliki kualitas dan dapat mengakomodasikan fungsi- fungsi yang diinginkan pada ruang tersebut Simonds 1983.
Ruang, dinyatakan oleh Tuan 1977 berpreposisi antroposentris, dimana hampir semua yang terkait dengan dimensi ruang, umumnya, ber-
hubungan dengan manusia. Dinyatakannya bahwa besaran, arah, citra dan nilai suatu ruang selalu terkait dengan pengalaman dan pengetahuan,
hubungan personal, serta orientasi dan ukuran fisik manusia.
17
b. Ruang dalam pengertian ekonomi
Ruang dan keberadaannya disuatu lokasi dapat dinilai dari aspek ekonomi, terutama dalam kaitannya dengan ruang sebagai barang atau
good. Ruang terbuka hijau RTH, seperti juga taman kota, diklasifikasi sebagai barang publik atau public good Gold 1977, Mc Pherson 1992,
Bergstrom 1990. Ciri mendasar dari barang publik yaitu pemakaiannya oleh seseorang tidak mengurangi ketersediaannya bagi orang lain, jadi tak
ada persaingan dalam mengkonsumsinya, atau opportunity cost barang publik adalah nol Bergstrom 1990.
Dari tinjauan ekonomi, ada tiga pendekatan yang dilakukan untuk menilai aspek lokasi dari suatu ruang terutama dalam wilayah perkotaan.
Ketiganya menggambarkan nilai lahan yang dimiliki tiap bagian kota per- dagangan, industri dan pemukiman yang didasarkan pada locational rent
yang diturunkan dari model von Thunen Dicken dan Lloyd 1991. Ketiga teori ini, yaitu 1 teori konsentrik dari E.W. Burgess, 2 teori sektor dari H.
Hoyt, dan 3 Multiple Nuclei Concept dari R.D. McKenzie dapat dilihat pada Gambar 2, dan Gambar 3 memperlihatkan oportunitas tata ruang
kota. Pada Gambar 2 memperlihatkan bahwa semakin besar dan semakin kompleks kegiatan suatu kota maka tata ruangnya tidak hanya terpusat
pada satu titik, dan pada Gambar 3 terlihat bahwa nilai lahan di kawasan perdagangan mempunyai nilai rent yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kawasan kota lainnya.
Gambar 2. Tiga model diagramatik tata ruang kota
1. High-Rent Residential 2. Intermediate-Rent
Residential 3. Low-Rent Residential
4. Education and Recreation 5. Transportation
6. Industrial 1. Central Business District
2. Wholesale, light manufacturing
3. Low-Rent Residential 4. Medium-Class
Reseidential 5. High-Class Residential
6. Heavy Manufacturing 7. Outlying Business District
1. Central
Business District
2. Deteriorating
18
Gambar 3. Oportunitas tata ruang kota Dalam kaitannya dengan bentukan sumberdaya alam dan jasa ling-
kungan, maka amenity rent dan institutional rent serta beberapa rents dan biaya-biaya lain yang “melekat” dengan sifat dan karakter sumberdaya ini
perlu diketahui untuk kelangsungan ketersediaan suplainya Dicken dan Lloyd 1990.
c. Ruang dalam pengertian ekologis