Pembelajaran kooperatif kurang cocok untuk jumlah kelompok besar lebih dari 60 anggota, karena jika ketua kelompok tidak bisa mengatasi konflik yang timbul
secara konstruktif, maka kerja kelompok kurang efektif.
2.6 Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op
2.6.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu
sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, diharapkan para siswa dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan saling
beragumentasi untuk mengasah pengetahuan yang telah mereka kuasai pada saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemhaman masing-masing anggota
kelompok. Dalam pembelajaran, apabila diatur dengan baik, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap
orang dalam kelompok telah menguasai konsep-konsep yang telah didiskusikan. Keberhasilan kelompok tergantung kepada kemampuan anggota kelompok untuk
memastikan bahwa semua orang susah memegang ide kuncinya. Macam-macam model pembelajaran kooperatif yang dapat diadaptasikan
pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas antara lain: 1 Student Team Achievenment Division STAD Pembagian pencapaian Tim Siswa, 2 Team
Games-Tournament TGT Turnamen Game Tim, 3 Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC Mengarang dan Mambaca Terintegrasi yang
Kooperatif, 4 Team-Assited Individualization TAI, dan lain-lain. Ada beberapa bentuk pembelajran kooperatif dirancang supaya para siswa menjalankan peran-
peran khusus dalam menyelesaikan tugas kelompok. Adapun contoh model pembelajaran yang menggunakan metode spesialisasi tugas antara lain: 1 Group
Investigation, 2 Co-op Co-op, 3 Jigjaw II, dan lain-lain. Metode pembelajaran Co-op Co-op merupakan sebuah bentuk Group
investigation yang cukup familiar. Metode ini menempatkan tim dalam kooperasi antara satu dengan yang lainnya seperti namanya untuk mempelajari sebuah
topik di kelas Slavin 2010: 229. Guru dalam mengelola dan membantu kerja kelompok ini dengan cara
bekerja lebih dekat dengan tiap kelompok siswa, mengingatkan mereka akan tugas-tugas yang harus mereka kerjakan dan waktu yang disediakan untuk tiap
langkah. Tetapi apabila guru terlalu ikut campur justru dapat mengganggu siswa. Hal ini juga dapat meniadakan kesempatan siswa untuk berinisiatif dan bekerja
dengan arahan sendiri. Pada saat yang sama, apabila guru menemukan siswa yang tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok yang diberikan, maka guru harus
melakukan intervensi dan menawarkan bantuan. Singkatnya guru perlu memberi bantuan pada siswa agar mereka lebih saling bergantung satu sama lain, dari pada
bergantung pada guru Hamalik, 2006: 188-193. Tujuan pembelajaran kooperatif menurut berbeda dengan kelompok
tradisional yang
menerapkan sistem
kompetisi keberhasilan
individu diorientasikan pada kegagalan orang lain, sedangkan tujuan dari pembelajaran
kooperatif adalah menciptakan situasi keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
Ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan metode Co-op Co-op yang tidak dimiliki oleh metode kooperatif yang lain, sebagai berikut: 1 membutuhkan
inkuiri yang tinggi, 2 kerja kelompok yang komplek, 3 struktur tim dalam kelompok balajar terdiri atas 4-5 orang dengan anggota heterogen, 4 pemilihan
topik dilakukan oleh siswa, 5 tugas dalam anggota kelompok yaitu menyelesaikan inkuiri, 6 penilainnya dalam bentuk menyelesaikan proyek dan
menulis laporan. Tujuan dari pembelajaran Co-op Co-op dikembangkan untuk mencapai tiga
tujuan pembelajaran yang penting, yaitu: 1 untuk meningkatkan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik, 2 penerimaan terhadap keragaman
atau perbedaan individu, tujuannya agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain,
perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial, serta memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja
saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan menghargai satu sama lain, 3 untuk mengembangkan keterampilan siswa. Keterampilan yang
dimaksud antara lain, memancing teman sebaya untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, serta kerja tim kelompok.
Metode Co-op Co-op melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
Metode ini menuntut siswa memiliki kemampuan baik dalam berkomunikasi maupun keterampilan proses kelompok. Hal yang perlu dilakukan oleh guru dan
siswa adalah: seleksi topik, merencanakan kerjasama, implementasi, analisis sintesis, penyajian hasil akhir, dan evaluasi.
“Co-op Co-op, yang dikemukakan oleh Shlomo dan Sharan di Universitas Tel Aviv, merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum. Di mana
para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif.
Dalam metode ini para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok ini kemudian
memilih topik-topik dari unit yang dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi, dan melakukan kegiatan yang
diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Tiap kelompok lalu mempresentasikan atau menampilkan penemuan mereka dihadapan seluruh
kelas”. Slavin 2010: 24-25. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Co-op Co-op
merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswanya untuk aktif dalam perencanaan, pemecahan masalah, dan menemukan hal baru dalam kerja sama
kelompoknya yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang heterogen.
2.6.2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op