siswa adalah: seleksi topik, merencanakan kerjasama, implementasi, analisis sintesis, penyajian hasil akhir, dan evaluasi.
“Co-op Co-op, yang dikemukakan oleh Shlomo dan Sharan di Universitas Tel Aviv, merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum. Di mana
para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif.
Dalam metode ini para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok ini kemudian
memilih topik-topik dari unit yang dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi, dan melakukan kegiatan yang
diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Tiap kelompok lalu mempresentasikan atau menampilkan penemuan mereka dihadapan seluruh
kelas”. Slavin 2010: 24-25. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Co-op Co-op
merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswanya untuk aktif dalam perencanaan, pemecahan masalah, dan menemukan hal baru dalam kerja sama
kelompoknya yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang heterogen.
2.6.2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op
Berbeda dengan STAD maupun jigsaw, prinsip Co-op Co-op tidak hanya bekerjasama namun terlibat merencanakan, baik topik yang akan dipelajari dan
prosedur penyelidikan yang digunakan. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada
guru. Pendekatan ini juga perlu diajarkan keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.
Pembentukan kelompok yang diharapkan oleh Co-op Co-op ini adalah pembentukan kelompok dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau
minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa dalam memilih topik dengan cara
menentukan subtopik khusus di dalam suatu masalah umum yang biasanya masalah umum tersebut ditetapkan oleh guru, untuk kemudian dipersiapkan dan
dipresentasikan laporannya kepada seluruh kelas Ibrahim 2000: 23. Co-op Co-op tidak akan dapat diimplementasikan dalam lingkungan
pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak memerhatikan dimensi rasa sosial di dalam kelas. Komunikasi dan interaksi di
antara sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil, di mana pertukaran di antara teman sekelas dan sikap-sikap
kooperatif bisa terus bertahan. Aspek rasa sosial dari kelompok, pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subjek yang berkaitan dengannya dapat bertindak
sebagai sumber-sumber penting maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk belajar.
Menurut Slavin 2010: 215-217, prinsip-prinsip dalam metode Co-op Co- op, antara lain: 1 menguasai kemampuan kelompok, kesuksesan implementasi
dari Co-op Co-op sebelumnya menuntut pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan sosial; 2 perencanaan kooperatif, anggota kelompok mengambil bagian
dalam merencanakan berbagai dimensi dan tuntutan dari proyek mereka. Bersama mereka menentukan apa yang mereka ingin investigasikan sehubungan dengan
upaya mereka “menyelesaikan masalah yang mereka hadapi; sumber apa yang mereka butuhkan; siapa akan melakukan apa; dan bagaimana mereka akan
menampilkan proyek mereka yang sudah selesai dihadapan kelas”; 3 peran guru, dalam kelas yang melaksanakan proyek Co-op Co-op guru bertindak sebagai
narasumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling di antara kelompok-
kelompok yang ada, untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya, dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk
masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran.
2.6.3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Co-op Co-op