Pengertian Seni Periodesasi Seni

18 Pada setiap disiplin seni, para siswa didorong untuk memfokuskan diri pada penggunaan kemampuan berpikirnya. Para siswa mengembangkan secara luas dan mendalam gaya belajar dan gaya berpikirnya, menggunakan domain persepsi, kognitif dan imajinatif melalui cara yang unik dan menantang. Sifat ini memungkinkan para siswa untuk mengeksplorasi dan membangun berbagai makna. Mereka juga belajar untuk menyampaikan gagasan dan perasaan menggunakan format, sistem simbol dan proses yang sesuai Wright dalam Sukarya 2008: 1.6.7. Pendidikan seni di sekolah dasar tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP tahun 2006 dengan sebutan Seni Budaya dan Keterampilan SBK. Pamadhi 2009: 11.24 mengemukakan bahwa seni sebagai bagian dari alat pendidikan memiliki fungsi yang berarti bagi perkembangan siswa, diantaranya pendidikan seni sebagai media ekspresi sebagai media komunikasi, dan sebagai media pembinaan kreativitas, serta sebgai media pengembangan hobi dan bakat. Ki Hajar Dewantara dalam Arifin dan Suryahadi 2002: 10 menyatakan bahwa melalui kegiatan berkesenian dapat menghaluskan budi pekerti siswa. Mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan SBK di sekolah dasar SD meliputi beberapa aspek yaitu: Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, Seni Drama, dan Keterampilan life skill.

2.1.6 Pengertian Seni

Sugriwa dalam Pamadhi 2009: 1.3 seni berasal dari istilah sani dalam bahasa Sansekerta yang berarti pemujaan, pelayanan, donasi, permintaan atau pencarian dengan hormat dan jujur. Soedarso dalam Pamadhi 2009: 1.3 seni 19 disebut cilpa yang berarti berwarna kata sifat atau pewarna kata benda, kemudian berkembang menjadi cilpacastra yang berarti segala macam kekriyaan hasil keterampilan tangan yang artistik. Dalam perkembangan selanjutnya dari asal kata seni muncul berbagai pengertian seni, yaitu: a seni sebagai karya seni work of art; b seni sebagai kemahiran skill; c seni sebagai kegiatan manusia human activity. Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Pamadhi 2009: 1.6 seni yaitu segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia. Definisi lain dikemukakan oleh Akhdiat K. Miharja dalam Pamadhi 2009: 1.6 yang menyebutkan bahwa seni adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksi realitas kenyataan dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani si penerimanya. Dari beberapa definisi seni diatas, dapat disimpulkan bahwa seni adalah segala sesuatu yang bersifat indah baik berupa karya maupun kemahiran yang berasal dari tindakan manusia yang memiliki daya cipta, rasa dan karsa.

2.1.7 Periodesasi Seni

Rupa Anak Seperti halnya perkembangan fisik pada anak, perkembangan seni rupa pada anak juga dapat diklasifikasikan dalam beberapa periode. Ada beberapa klasifikasi seni rupa anak, diantaranya klasifikasi yang dikemukakan oleh Lansing dalam Pamadhi 2009: 3.32 sebagai berikut: 1 Masa coreng moreng, yaitu pada usia 2 sampai 4 tahun. 2 Masa figuratif, yaitu pada usia 3 sampai 12 tahun. 20 Masa figuratif terdiri dari permulaan figuratif pada usia 3 sampai 7 tahun, pertengahan figuratif pada usia 8 sampai 9 tahun, dan akhir figuratif pada usia 10 sampai 12 tahun. 3 Masa Artistik, yaitu pada usia 12 tahun keatas. Klasifikasi lain dikemukakan oleh Lowenfeld dan Brittain dalam Pamadhi 2009: 3.33 sebagai berikut: 1 Masa coreng moreng 2-4 tahun Pada usia 2 tahun atau sebelumnya, anak mulai memiliki dan senang mencoret-coret yang lebih dimaksudkan sebagai melatih gerak tangan dan jarinya sesuai dengan perkembangan motoriknya. 2 Masa pra-bagan 4-7 tahun Perkembangan visual sudah mulai terarah ketika anak menginjak usia 4 tahun. ciri-ciri seni rupa mereka adalah bentuk-bentuk geometri yang masih kabur, objek gambar kadang tidak saling berhubungan, dan penempatan serta ukuran objek bersifat subjek sehingga menjadi tidak proporsional. 3 Masa bagan 7-9 tahun Pada usia ini, konsep bentuk mulai berkembang bahkan mereka sering mengulang bentuk namun pada masa ini konsep ruang belum berkembang. 4 Masa awal realisme 9-12 tahun Pada rentangan usia ini, kesadaran perspektif atau linear perspektif anak telah muncul, sehingga gambarnya mulai mendekati kenyataan dengan latar yang tepat. 21 5 Masa naturalismpseudo naturalistic usia 12-14 tahun Pada rentang masa ini perkembangan berpikir abstrak terus berlangsung dengan pesat. Begitu pula perspektif tentang dunia dimana ia berpijak paada kesadaran sosialnya. Anak usia 12-14 mulai kritis terhadap seni tidak hanya seni orang lain tetapi juga terhadap diri sendiri yang diperlihatkan dengan kepuasannya bila dapat menghasilakan karya yang lebih baik dari karya sebelumnya. 6 Masa dewasa the periode of decision Pada rentang masa ini, kesadaran perspektif, bentuk, ruang telah dimiliki. Perkembangan berpikir abstrak jauh lebih maju dibandingkan dengan masa pseudo naturalistic. Jika dilihat dari klasifikasi tersebut, maka siswa kelas V termasuk dalam periode realisme awal. Periode ini ditandai dengan adanya kesadaran perspektif, sehingga karya seni yang dibuat oleh siswa mulai mendekati kenyataan dengan latar yang tepat. Objek yang dibuat sudah mulai memperlihatkan rincian dan detail-detail namum belum memperhatikan gerak atau aktivitas objek yang dibuat. Siswa mulai menggunakan konsep berpikir abstak dan mengenali objek secara keseluruhan dan tidak terpisah-pisah.

2.1.8 Pembelajaran Seni Rupa di SD

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION PADA KELAS IV SD NEGERI 2 METRO SELATAN

0 7 65

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI JENIS JENIS UNSUR TARI NUSANTARA MELALUI TEKNIK MODELLING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PENDAWA 01 KABUPATEN TEGAL

14 139 214

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION BAGI Peningkatan Minat Belajar Ipa Melalui Penerapan Strategi Pembelajaran Explicit Instruction BagiSiswa Kelas V Sd N Klari 2 KaranggedeTahun Ajaran 2015/2016.

0 3 17

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS V Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Karangpandan Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN PANJANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN PANJANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 02 SUKOSARI KEC. JUMANTONO

0 0 15

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Materi Pokok Volum Kubus dan Balok dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah di SD Negeri Sumurpanggang 3 Kota Tegal.

0 0 1

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Materi Pokok Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan melalui Pembelajaran Matematika Realistik di SD Negeri Dumeling 02 Brebes.

0 1 1

Peningkatan Pemahaman Konsep Daur Air Melalui Model Explicit Instruction Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kahuman Tahun Ajaran 2015/2016 JURNAL

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: eningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Explicit Instruction pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Gunungwungkal 01

0 0 12

KEEFEKTIFAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION TERHADAP HASIL BELAJAR SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN KARYA TOPENG KELAS V SDN GUGUS SRIKANDI KOTA SEMARANG

0 4 79