71
dan perlu ditingkatkan lagi, yaitu pada aspek melaksanakan tugas harian kelas, mengelola waktu pembelajaran secara efisien, dan meningkatkan keterlibatan
siswa melalui pengalaman langsung. Nilai pada aspek melaksanakan tugas harian kelas masih perlu
ditingkatkan lagi karena pada saat hendak memulai kegiatan pembelajaran, guru tidak memeriksa kebersihan dan kerapihan papan tulis terlebih dahulu, serta tidak
mengecek kesiapan alat-alat pelajaran siswa. Sedangkan pada aspek mengelola waktu pembelajaran secara efisien juga masih perlu ditingkatkan lagi. Hal ini
disebabkan karena pada saat pembelajaran guru kurang tegas dalam memberikan batas waktu pada saat mengerjakan Lembar Kerja Siswa LKS. Hal ini juga
mempengaruhi kesempatan siswa untuk terlibat secara langsung dalam pembelajaran menjadi kurang maksimal.
4.1.1.3 Refleksi
Pada siklus I, nilai APKG 1 sudah baik dan setiap aspeknya sudah memperoleh nilai yang baik. Sedangkan pada APKG 2, ada beberapa aspek yang
memperoleh nilai kurang dan masih perlu ditingkatkan, yaitu pada aspek melaksanakan tugas harian kelas, mengelola waktu pembelajaran secara efisien,
dan meningkatkan keterlibatan siswa melalui pengalaman langsung. Pada aspek melaksanakan tugas harian kelas, ada dua hal yang belum dilakukan oleh guru,
yaitu tidak memeriksa kebersihan dan kerapihan papan tulis dan tidak mengecek kesiapan alat-alat pelajaran siswa. Sedangkan pada aspek mengelola waktu
pembelajaran secara efisien, guru cenderung kurang tegas memberikan batas waktu pada saat mengerjakan Lembar Kerja Siswa LKS, sehingga
72
mempengaruhi kesempatan siswa untuk terlibat secara langsung dalam pembelajaran menjadi kurang maksimal.
Secara umum, perolehan nilai APKG pada siklus I memang baik, namun ada beberapa perolehan nilai pada aspek tertentu yang perlu ditingkatkan lagi,
terutama pada APKG 2 atau pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dikarenakan perolehan aktivitas belajar dan hasil belajar tentu tidak terlepas dari performansi
guru saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dari data yang diperoleh, persentase kehadiran siswa pada siklus I
mencapai 98. Persentase kehadiran siswa ini telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu
≥90. Persentase aktivitas siswa pada saat pembelajaran yang menerapkan penggunaan model pembelajaran Explicit
instruction pada siklus I pertemuan 1 mencapai 50.00 dan pada pertemuan 2
meningkat menjadi 74,35 sehingga diperoleh rata-rata aktivitas siswa pada siklus I 62,17. Persentase aktivitas siswa yang diperoleh pada siklus I belum
mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu ≥75. Hal ini dikarenakan
masih ada beberapa aspek yang belum dicapai secara maksimal, sehingga guru masih perlu melakukan upaya untuk lebih merangsang anak agar turut aktif dalam
pembelajaran serta pada saat kerja kelompok ternyata siswa belum mampu membagi peran secara merata bagi masing-masing anggota dalam kelompoknya.
Aspek-aspek tersebut antara lain keberanian siswa untuk menjawab dan mengajukan pertanyaan.
Keberhasilan siklus I terlihat pada nilai rata-rata hasil belajar yang mencapai nilai 75,23. Nilai rata-rata ini telah mencapai indikator keberhasilan
73
yang telah ditentukan yaitu ≥75. Sedangkan persentase tuntas belajar klasikal
diperoleh nilai 71. Persentase tuntas belajar klasikal ini belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75. Hal ini dikarenakan masih ada
beberapa siswa yang masih kurang persiapan dalam mengerjakan soal-soal tes formatif serta kurang memperhatikan instruksi dari guru pada saat praktik
membuat produk berupa topeng berbahan kertas.
4.1.1.4 Revisi