2.3.3. Klasifikasi Risiko Investasi
Samsul 2006:285 mengelompokkan dua 2 jenis risiko dalam investasi yaitu risiko sistematis systematic risk atau undiversifiable risk dan risiko tidak
sistematis unsystematic risk atau diversifiable risk. Contoh risiko sistematis adalah kenaikan inflasi yang tajam, kenaikan tingkat bunga, dan siklus ekonomi.
Dalam upaya menguragi risiko sistematis, investor dapat melakukan lindung nilai hedging di futures marketatau di option market serta memahami perilaku siklus
ekonomi dan gejala awal leading indicator pergantian siklus ekonomi. Risiko tidak sistematis atau risiko spesifik hanya berdampak pada suatu saham
atau suatu sektor tertentu. Contoh risiko spesifik adalah peraturan pemerintah menganai larangan ekspor atau impor suatu produk, secara khusus risiko ini akan
mempengaruhi harga saham perusahaan yang menjual produk tersebut. Dalam upaya mengurangi kerugian, investor sebaiknya berinvestasi dalam berbagai jenis
saham di berbagai sektor. Tandelilin 2010:103 menyebutkan ada delapan 8 sumber risiko yang dapat
mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Pertama 1, risiko suku bunga yang mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bunga
akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, ceteris paribus. Artinya, apabila suku bunga meningkat maka harga saham akan menurun, ceteris paribus.
Kedua 2, risiko pasar yang berasal dari fluktuasi pasar secara keseluruhan dan berdampak pada variabilitas return suatu investasi. Fluktuasi pasar biasanya
ditunjukkan oleh perubahan indeks pasar saham secara keseluruhan. Perubahan pasar dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kemunculan resesi ekonomi,
kerusuhan, atau gejolak politik. Tim studi volatilitas pasar modal Indonesia 2011 menyebutkan bahwa faktor
– faktor seperti resesi ekonomi, kerusahan atau gejolak politik menjadi penyebab volatilitas harga pasar saham.
Selanjutnya, sumber risiko ketiga 3 adalah risiko inflasi dimana peningkatan inflasi akan mengurangi daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Apabila
inflasi mengalami peningkatan, biasanya investor menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialami. Keempat 4
adalah risiko bisnis yang dipengaruhi oleh karakteristik suatu industri. Sumber risiko yang kelima 5 yaitu risiko finansial yang berkaitan dengan
keputusan perusahaan untuk menggunakan hutang dalam pembiayaan modal perusahaan. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan perusahaan, semakin
besar risiko finansial yang dihadapi perusahaan. Sumber risiko keenam 6 adalah risiko likuiditas yang menunjukkan seberapa cepat suatu sekuritas dapat
diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut.
Sumber risiko selanjutnya 7 adalah risiko nilai tukar mata uang yang berkaitan dengan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai mata uang
lain.Sumber risiko yang terakhir 8 yaitu risiko negara yang berhubungan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri,
stabilitas politik dan ekonomi negara bersangkutan sangat penting diperhatikan untuk menghindari risiko negara yang terlalu tinggi.
2.3.4. Risiko Investasi Saham di Pasar Modal