Penentu Volatilitas Harga Saham di Indonesia

dari sektor keuangan dan dalam beberapa kasus volatilitas historis yang signifikan, mengalami penurunan yang cepat meskipun harga saham untuk sektor tersebut mengalami penurunan yang sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa pasar khawatir dan diharapkan sektor tersebut akan stabil di masa depan. Volatilitas tersirat memberikan banyak informasi bagaimana pasar menunjukkan pergerakan saham.Volatilitas tersirat adalah volatilitas harga aset dasar yang tersirat dalam harga pasar opsi sesuai dengan model tertentu. Volatilitas tersirat menggunakan data terkini tentang harga opsi, sehingga berisi harapan investor ke depan.

2.4.4. Penentu Volatilitas Harga Saham di Indonesia

Tim volatilitas pasar modal Indonesia 2011 menyebutkan bahwa faktor - faktor penentu volatilitas pasar modal di Indonesia yaitu 1 faktor sektor riil, 2 faktor sektor keuangan, 3 kejadian luar bias shock, 4 kebijakan moneter, 5 investor yang tidak memperoleh informasi yang memadai sehingga menimbulkan kesalahan harga mispricing, 6 investor yang bereaksi berlebihan terhadap suatu informasi, 7 investor yang bertransaksi dengan motif spekulasi, dan 8 investor domestik yang cenderung mengikuti pola transaksi investor asing herding behavior . Salah satu faktor yang menentukan volatilitas harga saham yaitu stabilitas ekonomi makro, termasuk sektor rill. Volatilitas memiliki keterkaitan yang erat dengan siklus bisnis dan ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat produksi industri, dan pergerakan saham komoditas di pasar dunia Schwert, 1989; Dritsaki dan Zan, 2003. Faktor-faktor fundamental perusahaan juga dapat mempengaruhi volatilitas harga saham, seperti tingkat utang leverage perusahaan dan profitabilitas perusahaan Wang, 2000; Wei dan Zhang, 2006. Gejolak politik dan bencana alam juga dapat mempengaruhi volatilitas Panetta et al., 2006. Kebijakan moneter yang terkait inflasi dan tingkat suku bunga, pergerakan nilai tukar serta pertumbuhan jumlah uang bererdar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap volatilitas saham Schwert, 1989; Dritsaki dan Zan, 2003. Volatilitas juga berbeda saat pasar sedang mengalami tren naik bullish dan turun bearish. Investor biasanya merealisasikan profit pada saat pasar dalam tren bullish . Sebaliknya, apabila pasar sedang dalam keadaan bearish, banyak investor yang merasa tidak nyaman dan tidak ingin mempertahankan harga tersebut, sehingga terjadi panic selling Tim studi volatilitas pasar modal Indonesia, 2011. Panic selling merupakan keadaan di mana terjadi penjualan saham dalam volume besar di pasar. Kondisi ini terjadi karena investor bereaksi secara berlebihan terhadap rumor atau informasi yang beredar di pasar. Tim studi volatilitas pasar modal Indonesia 2011 menyebutkan bahwa transaksi investor lokal di Indonesia, lebih mendominasi daripada investor asing. Meskipun transaksi investor lokal lebih mendominasi daripada investor asing, namun terdapat anggapan bahwa pihak asing memiliki riset dan sumber informasi yang lebih dibandingkan dengan investor lokal. Kondisi ini menyebabkan investor lokal bertindak sebagai pengikut atas keputusan investasi yang diambil oleh investor asing. Selain itu, aksi dari para spekulan yang menginginkan profit dengan melakukan trading jangka pendek, juga menimbulkan gejolak di pasar.

2.5. Teori Efisiensi Pasar

Kendall 1953 menyatakan bahwa pola harga saham tidak dapat diprediksi unpredictable karena bergerak secara acak random walk. Hasil penelitian tersebut menjadi dasar dari teori random walk.Sunariyah 2003 menjelaskan bahwa sebuah pasar dikatakan efisien apabila harga sekuritas sekarang tidak dapat mencerminkan perubahan harga masa lalu, artinya harga tersebut bersifat acak. Anton 2006 menjelaskan apabila harga saham mengikuti pola random walk, maka perubahan harga pada masa lalu tidak dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan harga di masa yang akan datang. Estimasi harga terbaik untuk hari perdagangan selanjutnya adalah harga hari ini. Samsul 2006:269 menyebutkan, harga saham yang bergerak secara acak berarti bahwa fluktuasi harga saham tergantung pada informasi baru yang akan diterima, tetapi informasi tersebut tidak diketahui kapan akan diterima, sehingga informasi baru dan harga saham itu disebut unpredictable. Rentang harga yang lebar mengindikasikan bahwa harga pasar tidak mencerminkan semua informasi yang diperoleh investor, sehingga kondisi pasar tersebut dikatakan tidak efisien. Berdasarkan teori hipotesis pasar efisien Efficient Markets Hypothesis, pasar dikatakan benar-benar efisien apabila harga saham akan cepat melakukan penyesuaian terhadap seluruh informasi yang relevan begitu informasi tersebut tersedia Brigham dan Houston, 2013.