36 Dari hasil analisis sidik ragam Lampiran 8, diketahui bahwa perlakuan
pelilinan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap susut bobot. Hal ini disebabkan karena lapisan lilin pada kulit buah yang dapat menghambat proses
respirasi dan transpirasi. Sedangkan perlakuan VHT dan interaksi antara VHT dengan pelilinan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap susut bobot.
Lama perlakuan panas tidak mempengaruhi peningkatan susut bobot. Lampiran 4. Berdasarkan uji lanjut Duncan, perlakuan yang mempunyai susut bobot kecil
adalah perlakuan dengan pelilinan yaitu VHT 30 menit dengan pelilinan dan kontrol dengan pelilinan sedangkan susut terbesar pada kontrol tanpa pelilinan
Tabel 10. Tabel 10. Pengaruh VHT dengan pelilinan terhadap susut bobot pada hari ke-21.
Perlakuan Susut bobot
Kontrol + Lilin 4.57 a
VHT 0 + Lilin 5.84 ab
VHT 15 + Lilin 4.65 a
VHT 30 + Lilin 4.50 a
Kontrol Tanpa Lilin 8.22 b
VHT 0 Tanpa Lilin 5.58 ab
VHT 15 Tanpa Lilin 7.10 ab
VHT 30 Tanpa lilin 6.62 ab
- Huruf yang sama menunjukkan bahwa perlakuan tidak berbeda nyata pada taraf 0.05.
Perlakuan pelilinan mampu menghambat proses transpirasi dan respirasi buah sehingga susut sobot cenderung lebih kecil Harsono dan Maha, 1987.
Kondisi penyimpanan seperti kelembaban juga mempengaruhi proses transpirasi dan respirasi suatu komoditas. Pada penelitian ini, pepaya disimpan pada suhu
10°C dengan kelembaban 85 – 90.
2. Kekerasan
Nilai kekerasan merupakan salah satu indikasi kematangan buah. Penurunan tingkat kekerasan terjadi karena selama proses pematangan terjadi
perubahan komposisi dinding sel akibat perubahan turgor sel. Laju respirasi yang tinggi akan mempercepat proses respirasi, dimana ikatan selulosa pada dinding sel
akan cepat rusak sehingga buah menjadi cepat lunak Winarno dan Aman, 1981.
37 Pengukuran kekerasan dengan menggunakan rheometer tipe CR-300.
Hasil pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 5. Dari hasil pengukuran dapat diketahui kekerasan pada semua perlakuan mempunyai kecenderungan menurun.
Pada hari ke-0 sebelum disimpan, nilai kekerasan pepaya pada perlakuan dengan pelilinan antara lain, pada VHT 0 menit sebesar 3.48 kgf, VHT 15 menit
sebesar 3.15 kgf, VHT 30 menit sebesar 3.42 kgf, dan pada kontrol sebesar 2.93 kgf. Sedangkan perlakuan tanpa pelilinan antara lain pada VHT 0 menit sebesar
2.83 kgf, VHT 15 menit sebesar 3.53 kgf, VHT 30 menit sebesar 3.71 kgf, dan pada kontrol sebesar 3.67 kgf. Rata-rata pada pengamatan hari ke-0 sebesar 3.42
kgf. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, diketahui bahwa pada hari ke-0 perlakuan VHT, pelilinan, dan interaksi VHT dengan pelilinan tidak berpengaruh
nyata terhadap kekerasan pepaya Lampiran 9. Hal ini karena pepaya masih segar sebelum disimpan dan belum banyak mengalami proses respirasi sehingga
kekerasan pada masing-masing perlakuan baik pada pelilinan dan tanpa pelilinan hampir sama.
Pada hari ke-3 nilai kekerasan pepaya pada perlakuan dengan pelilinan antara lain, pada VHT 0 menit sebesar 3.29 kgf, VHT 15 menit sebesar 3.43 kgf,
VHT 30 menit sebesar 4.12 kgf, dan pada kontrol sebesar 3.36 kgf. Sedangkan perlakuan tanpa pelilinan antara lain pada VHT 0 menit sebesar 3.45 kgf, VHT 15
menit sebesar 3.43 kgf, VHT 30 menit sebesar 3.52 kgf, dan pada kontrol sebesar 3.64 kgf. Dari hasil analisis sidik ragam, diketahui bahwa pada hari ke-3
perlakuan VHT, pelilinan, dan interaksi VHT dengan pelilinan belum berpengaruh nyata terhadap kekerasan pepaya.
Pada hari ke-6 nilai kekerasan pepaya pada perlakuan dengan pelilinan antara lain, pada VHT 0 menit sebesar 3.65 kgf, VHT 15 menit sebesar 3.18 kgf,
VHT 30 menit sebesar 3.67 kgf, dan pada kontrol sebesar 3.74 kgf. Sedangkan perlakuan tanpa pelilinan antara lain pada VHT 0 menit sebesar 4.34 kgf, VHT 15
menit sebesar 3.39 kgf, VHT 30 menit sebesar 2.65 kgf, dan pada kontrol sebesar 4.35 kgf. Dari hasil analisis sidik ragam, diketahui bahwa pada hari ke-6
perlakuan VHT, pelilinan, dan interaksi VHT dengan pelilinan belum berpengaruh nyata terhadap kekerasan pepaya.
38
1 2
3 4
VHT 0 VHT 15
VHT 30 K
Perlakuan N
il a
i kek er
asa n
k g
f
Pelilinan Tanpa lilin
Pada hari ke-9 nilai kekerasan pepaya pada perlakuan dengan pelilinan antara lain, pada VHT 0 menit sebesar 2.34 kgf, VHT 15 menit sebesar 4.03 kgf,
VHT 30 menit sebesar 3.50 kgf, dan pada kontrol sebesar 3.53 kgf. Sedangkan perlakuan tanpa pelilinan antara lain pada VHT 0 menit sebesar 3.02 kgf, VHT 15
menit sebesar 3.13 kgf, VHT 30 menit sebesar 2.96 kgf, dan pada kontrol sebesar 2.53 kgf. Dari hasil analisis sidik ragam, diketahui bahwa pada hari ke-9
perlakuan VHT, pelilinan, dan interaksi VHT dengan pelilinan juga belum berpengaruh nyata terhadap kekerasan pepaya.
Pada hari ke-12, hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada hari perlakuan VHT mulai berpengaruh nyata terhadap kekerasan pepaya, pelilinan
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kekerasan sedangkan interaksi antara VHT dan pelilinan memberikan pengaruh nyata terhadap kekerasan pepaya
selama penyimpanan. Nilai kekerasan pepaya pada perlakuan dengan pelilinan antara lain, pada
VHT 0 menit sebesar 2.83 kgf, VHT 15 menit sebesar 3.73 kgf, VHT 30 menit sebesar 3.59 kgf, dan pada kontrol sebesar 3.58 kgf. Sedangkan perlakuan tanpa
pelilinan antara lain pada VHT 0 menit sebesar 3.91 kgf, VHT 15 menit sebesar 2.15 kgf, VHT 30 menit sebesar 2.53 kgf, dan pada kontrol sebesar 3.94 kgf
Gambar 9.
Gambar 9. Nilai kekerasan pepaya pada hari ke-12.
39 Dari Gambar 9 dapat diketahui bahwa pepaya kontrol masih mempunyai
nilai kekerasan yang paling tinggi daripada perlakuan yang lain. Hal ini disebabkan karena dengan VHT ternyata dapat menurunkan nilai kekerasan.
Pepaya dengan VHT 15 menit dan 30 menit tanpa pelilinan mempunyai nilai kekerasan yang rendah. Sedangkan pada VHT 0 menit nilai kekerasannya masih
cukup tinggi. Hal ini membuktikan bahwa semakin lama VHT, nilai kekerasan akan menurun.
Pada perlakuan dengan pelilinan, penurunan nilai kekerasan tidak signifikan pada VHT 15 dan 30 menit. Sedangkan pada VHT 0 menit cenderung
tidak berpengaruh nyata. Hal ini membuktikan bahwa, interaksi VHT dengan pelilinan berpengaruh nyata terhadap kekerasan pepaya khususnya pada VHT 15
dan 30 menit. Sedangkan pelilinan saja tidak memberikan pengruh nyata. Dari uji lanjut duncan diketahui bahwa kontrol dengan pelilinan maupun
tanpa pelilinan mempunyai nilai kekerasan paling tinggi Tabel 11 Tabel 11. Pengaruh VHT dengan pelilinan terhadap kekerasan
pada hari ke-12.
Perlakuan Kekerasan kgf
Kontrol + Lilin 3.58 bc
0 + Lilin 2.83 ab
15 + Lilin 3.73 c
30 + Lilin 3.59 bc
Kontrol Tanpa Lilin 3.94 c
0 Tanpa Lilin 3.91 c
15 Tanpa Lilin 2.15 a
30 Tanpa lilin 2.53 a
- Huruf yang sama menunjukkan bahwa perlakuan tidak berbeda
nyata pada taraf 0.05.
Pada hari ke-15 nilai kekerasan pepaya pada perlakuan dengan pelilinan antara lain, pada VHT 0 menit sebesar 2.59 kgf, VHT 15 menit sebesar 3.16 kgf,
VHT 30 menit sebesar 2.48 kgf, dan pada kontrol sebesar 3.08 kgf. Sedangkan perlakuan tanpa pelilinan antara lain pada VHT 0 menit sebesar 3.49 kgf, VHT 15
menit sebesar 2.48 kgf, VHT 30 menit sebesar 2.81 kgf, dan pada kontrol sebesar 1.54 kgf. Dari hasil analisis sidik ragam, diketahui bahwa pada hari ke-15
perlakuan VHT dan pelilinan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kekerasan sedangkan interaksi antara VHT dan pelilinan memberikan pengaruh
40 nyata terhadap kekerasan pepaya selama penyimpanan. Dari uji lanjut Duncan
diketahui bahwa kontrol tanpa pelilinan berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Pada hari ke-18 nilai kekerasan pepaya pada perlakuan dengan pelilinan
antara lain, pada VHT 0 menit sebesar 1.65 kgf, VHT 15 menit sebesar 1.68 kgf, VHT 30 menit mempunyai nilai kekerasan paling tinggi sebesar 2.99 kgf, dan
pada kontrol sebesar 2.52 kgf. Sedangkan perlakuan tanpa pelilinan antara lain pada VHT 0 menit sebesar 1.29 kgf, VHT 15 menit sebesar 2.29 kgf, VHT 30
menit sebesar 2.15 kgf, dan pada kontrol sebesar 1.14 kgf. Dari hasil analisis sidik ragam, diketahui bahwa pada hari ke-18,
perlakuan VHT dan pelilinan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kekerasan sedangkan interaksi antara VHT dan pelilinan memberikan pengaruh
nyata terhadap kekerasan pepaya selama penyimpanan. Dari uji lanjut Duncan pada hari ke-18, kontrol tanpa lilin berbeda nyata
terhadap kontrol dengan pelilinan dan VHT 30 menit dengan pelilinan. Pada hari ke-21 diketahui bahwa VHT 15 menit dengan pelilinan berbeda nyata dengan
VHT 30 menit dengan pelilinan, VHT 0 menit tanpa pelilinan, kontrol dengan pelilinan, dan VHT 15 menit tanpa pelilinan.
Hal ini disebabkan karena pada pepaya tanpa pelilinan terjadi proses respirasi dan transpirasi yang lebih cepat daripada perlakuan dengan pelilinan.
Tanpa adanya pelilinan, VHT akan berpengaruh pada kekerasan pepaya. VHT akan memberikan efek lunak pada buah. Pemberian lilin mampu menghambat
efek lunak akibat pengaruh VHT selama penyimpanan. Pada hari ke-21 nilai kekerasan pepaya pada perlakuan dengan pelilinan
antara lain, pada VHT 0 menit sebesar 1.53 kgf, VHT 15 menit sebesar 1.25 kgf, VHT 30 menit sebesar 2.69 kgf, dan pada kontrol sebesar 2.95 kgf. Sedangkan
perlakuan tanpa pelilinan antara lain pada VHT 0 menit sebesar 2.90 kgf, VHT 15 menit sebesar 2.95 kgf, VHT 30 menit sebesar 2.01 kgf, dan pada kontrol sebesar
2.21 kgf. Dari hasil analisis sidik ragam, diketahui bahwa pada hari ke-21,
perlakuan VHT dan pelilinan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kekerasan sedangkan interaksi antara VHT dan pelilinan memberikan pengaruh
nyata terhadap kekerasan pepaya selama penyimpanan.
41 Menurut Pantastico 1986, rendahnya nilai kekerasan disebabkan oleh
pecahnya protopektin menjadi zat dengan berat molekul yang lebih rendah karena aktivitas enzim poligalakturonase. Enzim ini menguraikan propektin dengan
komponen utama asam galakturonat sehingga larut dalam air dan mengakibatkan lemahnya dinding sel dan turunnya daya kohesi yang mengikat satu dengan yang
lain. Dalam penelitian ini, nilai kekerasan cukup fluktuatif meskipun
kecenderungannya tetap menurun Lampiran 5. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena tingkat keseragaman kematangan pepaya kurang dari 100.
3. Total Padatan Terlarut