54 perlakuan yang optimum dengan nilai rasa 4.67 suka. Dari data tersebut buah
pepaya masih enak dimakan pada hari ke-15.
6. Serangan Hama dan Penyakit
Selama penyimpanan pepaya dilakukan pengamatan fisik secara visual terhadap tingkat serangan hama dan penyakit pepaya. Selama penyimpanan,
pepaya terserang penyakit tanpa ada serangan hama. Tingkat serangan penyakit selama penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Tingkat serangan penyakit selama penyimpanan berdasarkan
pengamatan visual.
Hari Perlakuan
VHT 0 menit VHT 15 menit VHT 30 menit
Kontrol P TP P TP
P TP P TP 0 -
- -
- - - - - 3 -
- -
- - - - - 6 -
- -
- - - + ++ 9 -
- -
- - - ++ ++
12 - - - -
- - ++ ++
15 + + +
+ - - ++ +++
18 ++ ++
+ ++ - - ++
+++ 21 +++
+++ ++
+++ + + +++ +++
Keterangan : P = Pelilinan, Tp = Tanpa Pelilinan + = Sedikit, ++ = Agak banyak, +++ = Banyak
Penyakit yang menyerang pepaya selama penyimpanan antara lain jamur, antraknosa, dan busuk pangkal. Serangan mulai terlihat pada pepaya kontrol
dengan pelilinan dan tanpa pelilinan pada hari ke-6. Pada tangkai buah terlihat kecoklatan dan terlihat bulatan-bulatan pada buah dan terus bertambah sampai
akhir penyimpanan Lampiran 14. Pada hari ke-15 walaupun masih sedikit mulai terlihat tanda-tanda
serangan pada pepaya VHT 0 menit dan VHT 15 menit baik pada pepaya yang diberi pelilinan maupun tanpa pelilinan. Serangan mulai terlihat banyak pada hari
ke-18 dan 21. Tingkat serangan lebih banyak pada pepaya dengan VHT 0 menit daripada VHT 15 menit. Gejala serangan pada pepaya dengan VHT 30 menit baik
dengan pelilinan maupun tanpa pelilinan mulai terlihat pada hari ke-21. Dari Tabel 18 diketahui bahwa pada pepaya kontrol dengan pelilinan
mempunyai tingkat serangan jamur yang lebih rendah daripada pepaya kontrol
55 tanpa pelilinan. Hal ini terjadi kemungkinan karena pelilinan mampu menghindari
kontak langsung dengan lingkungan sekitar yang mempunyai kelembaban tinggi. Kelembaban yang tinggi dapat mempercepat tumbuhnya jamur. Pepaya dengan
VHT 30 menit setelah conditioning dengan pelilinan maupun tanpa pelilinan mampu menghambat serangan penyakit sampai akhir penyimpanan.
Dari analisis tingkat serangan penyakit dan uji lanjut Duncan terhadap mutu selama penyimpanan yang meliputi susut bobot, kekerasan, total padatan
terlarut, dan kadar air, dapat diketahui bahwa pepaya pada VHT 30 menit dengan pelilinan merupakan perlakuan yang optimum. Apabila dibandingkan dengan
perlakuan yang lain, pepaya pada VHT 30 menit dengan pelilinan mempunyai susut bobot yang paling rendah yaitu sebesar 4.51, nilai kekerasan yang paling
tinggi yaitu sebesar 2.99 kgf, nilai total padatan terlarutnya cukup tinggi sampai hari ke-18 yaitu sebesar 12,21° brix walaupun menurun pada akhir penyimpanan
hari ke-21 menjadi 10.55° brix, nilai kadar airnya juga paling tinggi yaitu sebesar 88.26 dan mampu bertahan terhadap serangan penyakit sampai akhir
penyimpanan hari ke-21. Meskipun nilai total padatan terlarut pada akhir penyimpanan menurun, tetapi nilai total padatan terlarut pepaya pada VHT 30
menit dengan pelilinan masih tinggi yaitu sebesar 12,21° brix sampai hari ke-18. Berdasarkan hasil uji organoleptik pada hari ke-18 panelis masih memberikan
nilai 3.11 yang berarti rasanya masih diterima panelis Lampiran 13. Sedangkan pepaya pada VHT 0 menit dan VHT 15 menit baik dengan pelilinan maupun
tanpa pelilinan hanya mampu bertahan dari serangan penyakit sampai hari ke-12 dan mempunyai nilai susut bobot, kekerasan, dan kadar air yang lebih rendah dan
nilai rasa yang hampir sama dengan pepaya pada VHT 30 menit dengan pelilinan.
56
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
1. Waktu yang dibutuhkan pepaya mutu A dengan berat rata-rata 556.3 g,
panjang rata-rata 17.3 cm, dan diameter rata-rata 8.0 cm untuk mencapai suhu pusat buah 45.5°C pada perlakuan panas metode VHT dengan suhu medium 46.5°
C adalah selama 85 menit. Berdasarkan suhu duga, suhu target tercapai dalam waktu 80 menit.
2. Model matematika penyebaran suhu yang digunakan selama VHT pada mutu A, B, dan C adalah model asimtotik, dengan persamaan T
θ
= 48.59 - 22.48 EXP -0.02
θ dengan r
2
= 0.992 untuk pepaya mutu A, T
θ
= 47.24 - 22.41 EXP - 0.06
θ dengan r
2
= 0.998 untuk pepaya mutu B, dan T
θ
= 49.7 - 21.21 EXP - 0.07
θ dengan r
2
= 0.993 untuk pepaya mutu C. 3. Pelilinan memberikan pengaruh nyata terhadap susut bobot, dan kadar air.
pelilinan mampu menghambat proses transpirasi dan respirasi buah sehingga susut bobot cenderung lebih kecil. Perlakuan dengan pelilinan mempunyai kadar air
yang lebih tinggi daripada perlakuan tanpa pelilinan. 4. Lama VHT tidak mempengaruhi susut bobot dan kadar air. VHT berpengaruh
nyata terhadap perubahan total padatan terlarut pepaya dan kekerasan pepaya. Semakin lama perlakuan panas VHT akan menurunkan nilai total padatan
terlarut dan akan memberikan efek lunak pada buah. 5. Interaksi antara VHT dan pelilinan memberikan pengaruh nyata terhadap
kekerasan pepaya selama penyimpanan. Pemberian lilin mampu menghambat efek lunak akibat pengaruh VHT selama penyimpanan.
6. Perlakuan VHT selama 30 menit setelah conditioning dengan pelilinan 6 merupakan perlakuan yang optimum karena dapat mempertahankan mutu pepaya
berdasarkan parameter mutu susut bobot, kekerasan, total padatan terlarut, kadar air, dan mampu bertahan terhadap serangan penyakit sampai akhir penyimpanan
hari ke-21. 7. Dari hasil organoleptik diketahui bahwa perlakuan VHT 0 menit setelah
conditioning dengan pelilinan lebih disukai karena rasanya lebih manis daripada
perlakuan yang lain meskipun hanya mampu bertahan sampai hari ke-12.