ARIMA Kota Yogyakarta Teknik Box-Jenkins ARIMA-SARIMA

1. Residual peramalan bersifat acak. Untuk memastikan apakah model sudah memenuhi syarat ini dapat digunakan indikator Box-Ljung Statistic. Dari output yang diperoleh diketahui bahwa P-value 0,05 yang berarti residual sudah acak. 2. Model Parsimonius. Model tentatif yang diperoleh yang dapat ditulis sebagai ARIMA 1,1,0 menunjukkan model relatif sudah dalam bentuk yang paling sederhana. 3. Parameter yang diestimasi berbeda nyata dengan nol. Ini dapat dilihat dari P-value koefisien yang kurang dari 0,05. Terlihat pada output bahwa P- value koefisien AR= 0,001 4. Kondisi invertibilitas ataupun stasioneritas harus terpenuhi. Dalam output model di atas terlihat jumlah koefisien AR = 0,3339 kurang dari 1. Hal ini berarti kondisi invertibilitas sudah terpenuhi. Persamaan tidak mengandung koefisien MA. 5. Proses iterasi harus convergence. Pada output sudah terdapat pernyataan relatife change in each estimate less than 0,0010. 6. Model harus memiliki MSE terkecil. Pada model ARIMA didapatkan MSE = 5.810, yang relatif kecil dibandingkan output metode peramalan sebelumnya.

5.2.8.3 ARIMA Kota Yogyakarta

Identifikasi pola data sebelumnya menunjukkan sebaran data harga beras IR II di Yogyakarta masih belum stasioner. Data sudah stasioner setelah dilakukan pembedaan pertama. Plot ACF menunjukkan pola dying down Damped sine wave , sedangkan plot PACF menunjukkan pola cut off. Sehingga model tentatif Box Jenkins adalah AR. Alternatif model ARIMA untuk Yogyakarta yang mungkin, dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Model-model Tentatif ARIMA untuk Yogyakarta Model ARIMA Iterasi Konvergen Parameter Estimasi Berbeda Nyata dengan nol P ≤0,05 MSE 0,1,1 Terpenuhi Terpenuhi 11.260 1,1,0 Terpenuhi Terpenuhi 10.958 1,1,1 Terpenuhi Tidak terpenuhi 10.925 2,1,0 Terpenuhi Tidak terpenuhi 10.868 2,1,1 Terpenuhi Tidak terpenuhi 10.980 Untuk menentukan apakah model diatas sudah merupakan model terbaik maka dilakukan uji dianostik. Terdapat enam kriteria dalam evaluasi model Box- Jenkins. Uji dianostik Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut : 1. Residual peramalan bersifat acak. Untuk memastikan apakah model sudah memenuhi syarat ini dapat digunakan indikator Box-Ljung Statistic. Dari output yang diperoleh diketahui bahwa P-value 0,05 yang berarti residual sudah acak. 2. Model Parsimonius. Model tentatif yang diperoleh yang dapat ditulis sebagai ARIMA 1,1,0 menunjukkan bentuk yang paling sederhana. 3. Parameter yang diestimasi berbeda nyata dengan nol. Ini dapat dilihat dari P-value koefisien yang kurang dari 0,05. Terlihat pada output bahwa P- value koefisien = 0,001 4. Kondisi invertibilitas ataupun stasioneritas harus terpenuhi. Dalam output model di atas terlihat jumlah koefisien AR = 0,3225. Koefisien AR kurang dari satu berarti kondisi invertibilitas terpenuhi. 5. Proses iterasi harus convergence. Pada output sudah terdapat pernyataan relative change in each estimate less than 0,0010. 6. Model harus memiliki MSE terkecil. Pada model ARIMA didapatkan MSE sebesar 10.958, yang relatif kecil dibandingkan output metode peramalan sebelumnya. 5.2.8.4 ARIMA untuk Kota Surabaya Pengamatan terhadap sebaran ACF dan PACF dari harga beras IR II di Surabaya menunjukkan bahwa data sudah stasioner setelah dilakukan pembedaan pertama. Plot ACF menunjukkan pola dying down Damped sine wave, sedangkan plot PACF menunjukkan pola cut off. Sehingga model tentatif Box Jenkins adalah AR. Alternatif model ARIMA untuk Surabaya yang mungkin, dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Model-model Tentatif ARIMA untuk Surabaya Model ARIMA Iterasi Konvergen Parameter Estimasi Berbeda Nyata dengan nol P ≤0,05 MSE 0,1,1 Terpenuhi Terpenuhi 2.195 1,1,0 Terpenuhi Terpenuhi 2.195 1,1,1 Terpenuhi Tidak terpenuhi 2.215 2,1,0 Terpenuhi Tidak terpenuhi 2.216 2,1,1 Tidak terpenuhi Tidak terpenuhi 2.200 Untuk menentukan apakah model diatas sudah merupakan model terbaik maka dilakukan uji dianostik. Terdapat enam kriteria dalam evaluasi model Box- Jenkins. Uji dianostik Surabaya adalah sebagai berikut : 1. Risidual peramalan bersifat acak. Untuk memastikan apakah model sudah memenuhi syarat ini dapat digunakan indikator Box-Ljung Statistic. Dari output yang diperoleh diketahui bahwa P-value 0,05 yang berarti residual sudah acak. 2. Model Parsimonius. Model tentatif yang diperoleh yang dapat ditulis sebagai ARIMA 1,1,0 menunjukkan bentuk yang paling sederhana. 3. Parameter yang diestimasi berbeda nyata dengan nol. Ini dapat dilihat dari P-value koefisien yang kurang dari 0,05. terlihat pada output bahwa P- value koefisien = 0,003 4. Kondisi invertibilitas ataupun stasioneritas harus terpenuhi. Dalam output model di atas terlihat jumlah koefisien AR = 0,2921. Jumlah koefisien tersebut kurang dari satu berarti kondisi invertibilitas terpenuhi. 5. Proses iterasi harus convergence. Pada output sudah terdapat pernyataan relative change in each estimate less than 0,0010. 6. Model harus memiliki MSE terkecil. Pada model ARIMA didapatkan MSE sebesar 2.195, yang relatif kecil dibandingkan output metode peramalan sebelumnya.

5.2.8.5 ARIMA untuk Kota Denpasar