Dekomposisi Kerangka Operasional Penelitian

d. Teknik Pemulusan Eksponensial

Teknik pemulusan eksponensial adalah prosedur yang dapat merevisi hasil ramalan secara kontinyu dengan menggunakan informasi terbaru. Teknik ini berdasarkan pemulusan yang menurun secara eksponensial. Prediksi dilakukan dengan memberi bobot yang lebih tinggi untuk informasi yang lebih baru. Teknik ini terdiri dari dua yaitu: 1. Teknik Pemulusan Eksponensial Tunggal Teknik ini sangat cocok untuk pola data stasioner dan tidak efektif dalam menangani peramalan yang pola datanya memiliki komponen trend dan pola musiman. Teknik ini hanya menyimpan data terakhir, ramalan terakhir dan konstanta pemulusan α sehingga dapat mengurangi masalah penyimpanan data. 2. Teknik Pemulusan Eksponensial Ganda Teknik ini menetapkan bahwa ramalan merupakan hasil dari perhitungan dua kali pemulusan eksponensial dengan tujuan mengatasi masalah data yang tidak stasioner dengan trend linear. Hasil yang diperoleh dari pemulusan eksponesial tunggal dilakukan pemulusan kembali dengan memberi bobot yang menurun secara eksponensial.

e. Dekomposisi

Dekomposisi adalah salah satu pendekatan yang berupaya mengidentifikasi faktor komponen yang mempengaruhi setiap nilai pada deret. Setiap komponen diidentifikasi secara terpisah. Proyeksi setiap komponen kemudian dapat dikombinasikan yang menghasilkan nilai ramalan masa depan deret waktu. Teknik ini digunakan hanya sekedar menampilkan pertumbuhan dan penurunan suatu deret, atau untuk menyesuaikan deret dengan cara menghilangkan satu atau beberapa komponen. Secara umum Teknik dekomposisi dibagi atas dua macam yaitu dekomposisi aditif dan dekomposisi multiplikatif.

f. Teknik Box-Jenkins ARIMA

Teknik Box-Jenkins mengacu pada himpunan prosedur untuk mengidentifikasikan, mencocokkan dan memeriksa model ARIMA autoregressive integrated moving average dengan data deret waktu. Peramalan mengikuti langsung dari bentuk model disesuaikan Henke dan Reitsch, 2003. Prosedur Box-Jenkins terdiri dari beberapa langkah atau tahapan, yaitu identifikasi, estimasi, pemeriksaan diagnostik, dan peramalan. 1. Identifikasi Identifikasi model adalah penentuan apakah deretnya stasioner atau tidak. Pada tahap ini, komponen trend dihilangkan dari deret dengan melakukan proses differencing pembedaan sehingga model sementara dapat diidentifikasi. Model umumnya berupa autoregressive, moving average , atau autoregressive-moving average gabungan. Prosedur identifikasi biasanya dilakukan dengan mempelajari perilaku atau pola dari fungsi autokorelasi ACF dan autokorelasi parsial PACF. 2. Estimasi Parameter Model Pada tahap estimasi, pertama kali kita menghitung nilai estimasi awal untuk parameter-parameter dari model sementara kemudian dengan menggunakan program komputer melalui proses iterasi untuk memperoleh nilai estimasi akhir. Walaupun ada beberapa formula untuk menghitung nilai estimasi awal, biasanya kita menggunakan nilai 0,1 sebagai koefisien estimasi untuk masing-masing ,... , ,..., , 2 1 2 1 Θ Θ Φ Φ dan menggunakan nilai rata-rata atau rata-rata sebagian dari deret stasioner sebagai nilai estimasi awal konstanta. 3. Pemeriksaan Model Setelah diperoleh persamaan untuk model sementara, pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk menguji kecukupan dan kedekatan model dengan data. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menguji nilai residual dan dengan menguji signifikansi dan hubungan-hubungan antara parameter. Jika ada hasil uji yang tidak dapat diterima atau tidak memenuhi syarat, maka model dapat diperbaiki dengan mengulangi langkah-langkah sebelumnya. ∧ − t t Y Y 4. Peramalan Model yang telah memadai dapat diintegrasikan trend dimasukkan kembali ke dalam model dan nilai ramalan untuk beberapa periode ke depan dapat diperoleh. Interval kepercayaan juga dapat dihitung untuk masing-masing titik ramalan.

3.1.4 Pemilihan Teknik Peramalan

Menurut Sugiarto dan Harijono 2000, terdapat beberapa kriteria yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memilih teknik peramalan yang sesuai bagi data yang ingin diramal. Beberapa kriteria yang biasa dipakai adalah akurasi, jangkauan peramalan, biaya dan kemudahan dalam penerapan. Walaupun banyak ukuran akurasi peramalan tetapi tidak ada sebuah ukuran yang diakui secara umum sebagai ukuran yang paling baik, karena setiap ukuran memiliki kelebihan dan kekurangan. Ukuran akurasi yang sering digunakan adalah nilai mean square error MSE. Teknik ini mengevaluasi akurasi peramalan dengan mengkuadratkan nilai kesalahan peramalan error, hasilnya dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah observasi. Pendekatan ini membebankan kesalahan peramalan yang besar, karena errornya dikuadratkan Hanke Reitsch dan Wichern, 2003. Mean absolut persentase galat MAPE dihitung dengan mencari jumlah nilai absolut galat di setiap periode, kemudian membaginya dengan pengamatan nilai aktual, dan kemudian absolut galat persentase. Pendekatan ini sangat bermanfaat apabila ukuran variabel peramalan merupakan hal yang sangat penting dalam pengevaluasian keakuratan peramalan. MAPE memberikan indikasi seberapa besar galat ramalan dibandingkan dengan nilai aktual deret data. Tekniknya secara khusus berguna jika nilai Y t yang besar. MAPE juga dapat digunakan untuk membandingkan keakuratan dari teknik yang sama atau teknik yang berbeda pada dua deret data yang berbeda Makridakis et al, 1999.

3.1.5 Metode Kausal

Metode ini mencoba mengajukan variabel lain yang berkaitan dengan rangkaian data dan mengembangkan suatu model yang menyatakan adanya saling ketergantungan fungsional diantara semua variabel tersebut. Salah satu dari metode kausal adalah regresi. Analisis regresi yang digunakan dalam suatu model terdapat variabel tidak bebas dependent-Y dan variabel bebas independent-X. Regresi sederhana mempunyai satu variabel tidak bebas Y dan satu variabel bebas X, sedangkan regresi berganda mempunyai satu variabel tidak bebas dan lebih satu variabel bebas.

3.1.6 Hipotesi Penelitian

1. Harga beras IR II tingkat konsumen untuk masing-masing kota dipengaruhi oleh harga tingkat produsen, harga beras IR II tingkat grosir, jumlah pasokan, stok bulog, dan impor beras. 2. Hubungan antara harga beras IR II tingkat konsumen dengan harga tingkat produsen adalah positif. Artinya jika terjadi kenaikkan harga tingkat produsen maka harga beras IR II tingkat konsumen akan naik, cateris paribus. 3. Hubungan antara harga beras IR II tingkat konsumen dengan harga tingkat produsen adalah positif. Artinya jika harga beras IR II tingkat grosir naik maka harga beras IR II akan naik, cateris paribus. 4. Hubungan antara jumlah pasokan dengan harga beras IR II tingkat konsumen adalah negatif. Artinya jika jumlah pasokan meningkat maka harga beras IR II akan turun, cateris paribus. 5. Hubungan antara stok bulog dengan harga beras IR II tingkat konsumen adalah negatif. Artinya jika stok bulog meningkat maka harga beras IR II tingkat konsumen akan turun, cateris paribus. 6. Hubungan antara impor beras dengan harga beras IR II tingkat konsumen adalah negatif. Artinya jika impor beras meningkat maka harga beras IR II tingkat konsumen akan turun, cateris paribus.

3.2 Kerangka Operasional Penelitian

Beras merupakan bahan pangan yang sangat penting di Indonesia, yaitu menyumbang lebih dari 60 persen konsumsi kalori pada masyarakat berpenghasilan rendah. Peningkatan harga beras yang cukup tinggi mempunyai dampak besar pada standar hidup konsumen. Penurunan harga beras terjadi karena pasokan yang berlebih pada saat musim panen. Kemungkinan lain adalah pelepasan stok lama, baik oleh pedagang maupun pelaku lain, yang dikumpul sejak lama. Adanya aktivitas ilegal berupa masuknya beras selundupan juga ikut menekan harga beras domestik. Menurunnya harga beras domestik diduga karena masuknya beras impor di pasar domestik. Fluktuasi harga beras IR II yang begitu cepat dan tidak adanya kepastian menuntut perlunya dilakukan peramalan harga. Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengindentifikasi pola data mingguan harga beras IR II dalam plot harga terhadap waktu. Dengan melakukan plot harga tersebut akan dapat diduga pola data sementara, apakah pola data tersebut memiliki pola stasioner, trend, musiman maupun siklik. Berdasarkan plot data tersebut, kemudian dilakukan penerapan metode peramalan kuantitatif yaitu metode time series. Teknik time series yang digunakan, yaitu teknik rata-rata sederhana simple average, teknik rata-rata bergerak sederhana simple moving average, teknik trend, teknik pelicinan eksponensial tunggal single exsponential smoothing, teknik brown, teknik winter, teknik dekomposisi, dan teknik ARIMA atau SARIMA. Untuk mendapatkan hasil ramalan yang baik dan akurat dilakukan pemilihan teknik peramalan berdasarkan nilai MSE terkecil. Semakin kecil nilainya maka akan semakin baik, karena mendekati nilai aktualnya. Tahap selanjutnya yaitu evaluasi model peramalan harga beras terbaik. Selain teknik time series dalam penelitian ini juga digunakan teknik kausal yakni analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda ini digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap harga beras IR II ditingkat konsumen di masing-masing kota besar Tahap akhir dari penelitian ini adalah mengimplikasikan hasil. Peramalan akan memberikan informasi yang relevan untuk mengetahui harga beras dimasa yang akan datang sehingga memberikan informasi yang berguna dalam menyusun perencanaan dan pengambilan keputusan. Kebijakan dapat mengacu pada variabel-variabel independen pada model regresi berganda yang berpengaruh secara nyata terhadap fluktuasi harga beras IR II tingkat konsumen. . ... . Kebutuhan Terhadap Metode Peramalan Terbaik dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Beras Evaluasi Model Peramalan Harga Beras Terbaik Hasil dan Implikasinya Identifikasi Pola Data Harga Beras IR II Metode Kausal Regresi Berganda Metode Time Series ƒ Teknik trend ƒ Teknik rata-rata sederhana simple average ƒ Teknik rata-rata bergerak sederhana simple moving average ƒ Teknik pelicinan eksponensisl tunggal single exsponential smoothing ƒ Teknik Brown, ƒ Teknik Winter ƒ Teknik dekomposisi ƒ Teknik ARIMA-SARIMA. Fluktuasi harga beras IR II yang begitu cepat dan tidak ada kepastian dimasa datang. Gambar 4 Kerangka Operasional Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian berupa data perkembangan harga beras mingguan di lima kota besar, data bulanan harga tingkat produsen dan jumlah pasokan. Data sekunder lainnya diperoleh dari Badan Urusan Logistik Bulog berupa data bulanan impor, cadangan beras dalam negeri, harga beras IR II tingkat grosir Data mingguan yang dianalisis dari bulan Oktober 2004-Juli 2006 dengan jumlah data sebanyak 100 observasi, sedangkan untuk data bulanan yang dianalisis dari Januari 2001-Mei 2006 dengan jumlah data sebanyak 65 observasi.

4.2 Pengolahan dan Teknik Analisis Data

Pengolahan dan analisis data kuantitatif yang diperoleh menggunakan software Minitab versi 14 Release. Pertimbangan penggunaan program tersebut karena lebih mudah dalam pengoperasiannya dan output komputer yang disajikan lebih lengkap. Pengolahan data dilakukan selama tiga bulan yaitu dari bulan Januari sampai Maret 2007.

4.2.1 Identifikasi pola data harga beras IR II

Tahap pertama dari pengolahan data adalah menyajikan serial data harga beras mingguan dalam plot harga terhadap waktu. Dengan melakukan plot harga tersebut akan dapat diduga pola data sementara, sehingga nantinya akan diketahui jenis pola data stasioner, trend, musiman atau siklik. Tujuan membuat plot serial