beras tidak terlalu cepat dan cenderung stabil pada tingkat harga Rp 3.000 per kg , Rp 3.600 per kg dan Rp 3.800 per kg. Peningkatan harga beras IR II tertinggi
terjadi pada periode 71 Januari-III 2006 sampai periode 76 Februari-III 2006 pada tingkat harga Rp 4.300 per kg. Plot data harga beras IR II di Bandung untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.
1,000 2,000
3,000 4,000
5,000 6,000
1 10
19 28
37 46
55 64
73 82
91 100
Periode mingguan H
ar g
a B er
as IR
I I
R p
Gambar 6 Plot Data Harga Beras IR II di Bandung
Pengamatan terhadap Plot ACF dan PACF dari harga beras beras IR II di Bandung masih menunjukkan pola data yang tidak stasioner, sehingga perlu
dilakukan pembedaan. Pada pembedaan pertama, data harga beras IR II sudah stasioner, hal ini terlihat dari koefisien autokorelasi nol pada beda kala pertama.
Plot ACF dan PACF untuk data harga beras IR II di Bandung dapat dilihat pada Lampiran 8.
5.1.3 Identifikasi pola data terhadap Harga Beras IR II di Yogyakarta
Plot data harga beras IR II di Yogyakarta memperlihatkan pola data yang hampir sama dengan pola data harga beras IR II di Bandung, dimana terdapat pola
data yang mengandung unsur trend meningkat. Tingkat harga terendah terjadi pada periode awal Oktober-I 2004 sebesar Rp 2.600 per kg. Harga beras
perlahan-lahan naik pada periode 16 Januari-III 2005 dan turun kembali pada periode 30 April-IV 2005 pada tingkat harga Rp 2.700 per kg. Pada periode 41
Juli-I 2005 sampai dengan periode 73 Januari-V 2006 harga beras meningkat dengan cepat, dimana harga tertinggi saat itu terjadi pada periode 73 dengan
tingkat harga Rp 4.700 per kg. Pada periode 81 Maret-IV 2006 harga turun dan stabil pada tingkat harga Rp 3.800 per kg. Kestabilan harga tidak berlangsung
lama, hal ini terlihat pada periode 88 Mei-II 2006 yang menunjukkan peningkatan. Fluktuasi harga beras IR II di Kota Yogyakarta dapat dilihat pada
Gambar 7.
1,000 2,000
3,000 4,000
5,000 6,000
1 10
19 28
37 46
55 64
73 82
91 100
Periode mingguan H
a rg
a B
e ra
s IR
II R
p
Gambar 7 Plot Data Harga Beras IR II di Yogyakarta
Berdasarkan plot autokorelasi, pola data harga beras IR II di Yogyakarta menunjukkan ketidakstasioneran. Hal ini dapat diketahui dari nilai pada beberapa
beda kala yang masih berbeda nyata dengan nol. Untuk menghilangkan ketidakstasioneran ini maka dilakukan pembedaan pertama. Koefisien korelasi
sama dengan nol setelah beda kala pertama. Plot autokorelasi pada pembedaan pertama sudah menunjukkan data yang stasioner. Plot ACF dan PACF untuk data
harga beras IR II di Yogyakarta dapat dilihat pada Lampiran 9.
5.1.4 Identifikasi pola data terhadap Harga Beras IR II di Kota Surabaya
Identifikasi pola data harga beras IR II di Surabaya menunjukkan pola data trend
yang meningkat. Pada awal periode, harga beras IR II stabil pada tingkat harga Rp 2.600 per kg. Harga beras IR II mulai meningkat pada periode 15
Januari-II 2005 dan stabil pada periode 72 Januari-IV 2006 dengan tingkat harga Rp 4.000 per kg. Harga beras tertinggi terjadi pada periode 91 Juni-I 2006
sampai periode 100 Juli-V 2006 dengan tingkat harga Rp 4.200 per kg. Plot data harga beras IR II di Surabaya dapat dilihat pada Gambar 8.
1,000 2,000
3,000 4,000
5,000 6,000
1 10
19 28
37 46
55 64
73 82
91 100
Periode mingguan H
ar g
a B er
as I R
I I
R p
Gambar 8 Plot Data Harga Beras IR II di Surabaya
Adanya unsur trend mengindikasikan bahwa data tersebut belum stasioner. Berdasarkan pengamatan terhadap plot ACF dan PACF, koefisien autokorelasi
masih berbeda nyata dengan nol. Untuk mengatasi ketidakstasioneran data harga
beras ini maka dilakukan pembedaan pertama. Setelah dilakukan pembedaan pertama, koefisien autokorelasi sama dengan nol setelah beda kala pertama. Hal
ini berarti data sudah stasioner. Plot ACF dan PACF untuk data harga beras IR II di Surabaya dapat dilihat pada Lampiran 10.
5.1.5 Identifikasi pola data terhadap Harga Beras IR II di Kota Denpasar