Regresi Berganda Kota Yogyakarta

Tabel 16 Hasil Uji Variabel dan Multikolinieritas untuk Model Dugaan Regresi Berganda di Bandung Variabel Independen Koefisien Uji t Uji P VIF 10 X1 -0,1337 Terima Ho Terima Ho Terpenuhi X2 0,6469 Tolak Ho Tolak Ho Terpenuhi X3 0,0025 Terima Ho Terima Ho Terpenuhi X4 -0,0001 Terima Ho Terima Ho Terpenuhi X5 -0,0001 Terima Ho Terima Ho Terpenuhi X6 0,3257 Tolak Ho Tolak Ho Terpenuhi Keterangan : Terima Ho = Tidak Signifikan Tolak Ho = Signifikan Persamaan regresi berganda menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikkan harga beras IR II tingkat grosir sebesar Rp 1,00 per kg maka harga beras IR II tingkat konsumen di Kota Bandung akan naik sebesar Rp 0,647 per kg atau 0,647 persen. Bila lag harga naik Rp 1,00 per kg akan mempengaruhi terhadap kenaikkan harga beras IR II tingkat konsumen di Bandung sebesar Rp 0,326 per kg atau 0,326 persen. Hubungan antara kedua variabel independen yang signifikan dengan variabel dependen adalah positif.

5.4.3 Regresi Berganda Kota Yogyakarta

Penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan terhadap harga beras di Kota Jakarta menggunakan enam variabel independen yang terdiri dari harga tingkat produsen X 1 , harga beras IR II tingkat grosir X 2 , pasokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang X 3 , stok bulog X 4 , impor beras X 5 dan lag harga tingkat konsumen di Yogyakarta sebelumnya X 6 . Persamaan regresi berganda untuk Kota Yogyakarta adalah : Yyog = 210 – 0,042 X 1 + 0,485 X 2 – 0,00021 X 3 – 0,000255 X 4 – 0,000470 X 5 + 0,504 X 6 Koefisien determinasi model regresi berganda adalah 93,4 persen. Artinya, 93,4 persen dari variasi harga beras IR II tingkat konsumen dijelaskan oleh harga tingkat produsen, harga beras IR II tingkat grosir, pasokan beras di PIBC, stok Bulog, impor beras dan lag harga, serta sisanya 6,6 persen dijelaskan oleh variabel lain. Dalam persamaan regresi berganda, nilai P untuk variabel X 2 , X 4 dan X 6 berada dibawah level toleransi 0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel dalam model tidak sama dengan nol. Artinya, ketiga parameter secara statistik harus ada dalam model. Nilai F hitung sebesar 133,95 lebih besar dari F 0,05; 6; 58 = 2,34 dan nilai P sebesar 0,000 menunjukkan bahwa Semua variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi besaran harga beras IR II tingkat konsumen di Yogyakarta. Nilai t hitung dari masing-masing variabel menunjukkan bahwa variabel X 1 , X 3 dan X 5 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap naik turunnya harga beras tingkat konsumen di Yogyakarta, karena nilai t hitung lebih kecil dari pada t tabel. Sebaliknya nilai t hitung variabel X 2 sebesar 4,86, X 4 sebesar 2,61 dan X 6 sebesar 5,62 lebih besar dari pada nilai t 0,025; 6; 58 = 2,02, menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut berbeda dengan nol tolak Ho : β 2 = β 4 = β 6 =0. Hal ini berarti ketiga variabel yaitu harga beras IR II tingkat grosir harga beras IR II tingkat grosir, stok Bulog dan lag harga berpengaruh secara signifikan terhadap variabel harga beras IR II tingkat konsumen di Kota Yogyakarta . Pada Tabel 17, nilai VIF 10 untuk semua variabel independennya menunjukkan bahwa tidak ada masalah multikolinier sehingga tidak ada hubungan yang erat antar variabel tersebut. Nilai statistik Durbin-Watson sebesar 1,90 lebih besar dari DU pada nilai tabel distribusi DW 0,05; 6; 65 sebesar 1,77 menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi positif. Tabel 17 Hasil Uji Variabel dan Multikolinieritas untuk Model Dugaan Regresi Berganda di Yogyakarta Variabel Independen Koefisien Uji t Uji P VIF 10 X1 -0 ,0419 Terima Ho Terima Ho Terpenuhi X2 0,4849 Tolak Ho Tolak Ho Terpenuhi X3 -0,0002 Terima Ho Terima Ho Terpenuhi X4 -0,0003 Tolak Ho Tolak Ho Terpenuhi X5 -0,0005 Terima Ho Terima Ho Terpenuhi X6 0,5044 Tolak Ho Tolak Ho Terpenuhi Keterangan : Terima Ho = Tidak Signifikan Tolak Ho = Signifikan Harga beras IR II tingkat grosir dan lag harga memiliki hubungan positif dengan harga beras IR II tingkat konsumen di Yogyakarta. Sebaliknya hubungan antara harga beras IR II tingkat konsumen di Yogyakarta dengan stok Bulog memiliki hubungan yang negative. Setiap kenaikkan harga beras IR II tingkat grosir sebesar Rp 1,00 per kg akan mempengaruhi kenaikkan terhadap harga beras IR II tingkat konsumen di Yogyakarta sebesar Rp 0,485 per kg atau 0,485 persen. Begitu juga dengan lag harga, bila naik sebesar Rp 1,00 per kg akan mempengaruhi kenaikkan terhadap harga beras IR II tingkat konsumen di Yogyakarta sebesar Rp 0,504 per kg atau 0,504 persen. Jika jumlah stok Bulog meningkat sebesar satu persen maka harga beras tingkat konsumen di Yogyakarta akan turun sebesar 0,0003 persen.

5.4.4 Regresi Berganda Kota Surabaya