Teknik Pemulusan Eksponensial Ganda Teknik Winter Teknik Dekomposisi

secara eksponensial semua nilai pengamatan yang lalu. Modelnya cocok untuk data tanpa trend yang tidak dapat diprediksi meningkat atau menurun. Pemulusan eksponensial secara berkesinambungan merevisi estimasi berdasarkan pengalaman terkini. Teknik ini berbasis rerata pemulusan nilai lampau deret secara menurun eksponensial. Penerapan teknik pemulusan eksponensial tunggal dengan program komputer MINITAB Release 14 menyediakan nilai α optimum, sehingga memudahkan dalam penentuan nilai α yang memberikan nilai MSE terkecil tanpa perlakuan coba-coba. Nilai MSE terkecil terdapat pada Kota Surabaya dengan α = 1,342 dan MSE = 2.276,74. Nilai MSE terbesar terdapat pada Kota Yogyakarta dengan α = 1,263 dan MSE = 11158,40. Nilai MSE hasil penerapan teknik pemulusan eksponensial tunggal dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Nilai MSE Hasil Penerapan Teknik Pemulusan Eksponensial Tunggal No. Kota α MSE 1 Jakarta 1,392 4.682,06 2 Bandung 1,305 5.855,12 3 Yogyakarta 1,263 11.158,40 4 Surabaya 1,342 2.276,74 5 Denpasar 1,426 3.991,52

5.2.5 Teknik Pemulusan Eksponensial Ganda

Teknik pemulusan eksponensial ganda sangat mirip dengan pemulusan tunggal, bedanya pemulusan eksponensial ganda ada tambahan untuk trend. Konstanta pemulusan kedua adalah β digunakan untuk memuluskan estimasi trend . Program Komputer MINITAB Release 14 telah menyediakan kombinasi nilai α dan β yang memberikan nilai MSE terkecil, sehingga bobot α dan β tidak perlu dipilih secara subyektif. Kombinasi bobot α dan β akan menghasilkan nilai yang meminimasi nilai MSE. Tabel 6 Nilai MSE Hasil Penerapan Teknik Pemulusan Eksponensial Ganda No. Kota α β MSE 1 Jakarta 1,399 0,013 4.661,48 2 Bandung 1,310 0,007 5.788,42 3 Yogyakarta 1,253 0,030 11.236,00 4 Surabaya 1,311 0,012 2.157,27 5 Denpasar 1,422 0,009 4.039,07 Penerapan dari teknik ini memberikan nilai MSE yang relatif kecil untuk kota Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Denpasar dibandingkan dengan penerapan pemulusan tunggal, kecuali Kota Yogyakarta yang mengalami peningkatan nilai MSE. Perbandingan nilai MSE untuk masing-masing kota menunjukkan bahwa Kota Surabaya memiliki nilai MSE terkecil.

5.2.6 Teknik Winter

Teknik Winter yang diterapkan untuk peramalan harga beras IR II menggunakan konstanta α = 0,2 , β = 0,2 dan µ = 0,2 dan panjang musiman L = 48. Panjang musiman tersebut merupakan periode musiman yang meminimalisasi nilai MSE. Teknik ini memberikan cara yang mudah untuk menjelaskan musiman didalam model ketika data memiliki pola musiman. Dalam hal nilai parameter, teknik winter tidak lebih baik dibandingkan dengan teknik pemulusan dalam meminimasi nilai MSE. Berdasarkan nilai MSE pada Tabel 7, menunjukkan bahwa teknik winter aditif lebih meminimasi nilai MSE dibandingkan winter multiplikatif. Tabel 7 Nilai MSE Hasil Penerapan Teknik Winter MSE No. Kota Multiplikatif Aditif 1 Jakarta 24.651,10 22.041,70 2 Bandung 17.648,20 11.796,90 3 Yogyakarta 37.636,90 34.326,50 4 Surabaya 14.790,40 6.214,43 5 Denpasar 13.273,00 18.805,30

5.2.7 Teknik Dekomposisi

Teknik dekomposisi mengidentifikasi setiap komponen trend, musiman, siklis dan ketidak-beraturan secara terpisah. Proyeksi setiap komponen kemudian dapat dikombinasikan yang menghasilkan nilai ramalan masa depan deret waktu. Teknik ini digunakan hanya sekedar menampilkan pertumbuhan dan penurunan suatu deret, atau untuk menyesuaikan deret dengan cara menghilangkan satu atau beberapa komponen. Model yang memperlakukan nilai-nilai deret waktu sebagai jumlah dari komponen-komponen disebut sebagai model komponen aditif. Model yang memperlakukan nilai-nilai deret waktu sebagai hasil perkalian dari komponen-komponen disebut sebagai model komponen multiplikatif. Tabel 8 Nilai MSE Hasil Penerapan Teknik Dekomposisi MSE No. Kota Multiplikatif Aditif 1 Jakarta 38.476,30 41.941,30 2 Bandung 16.431,00 19.050,20 3 Yogyakarta 40.048,80 47.939,40 4 Surabaya 16.657,20 17.883,00 5 Denpasar 29.383,90 34.229,60 Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa teknik dekomposisi tidak meminimasi nilai MSE, hal ini ditunjukkan dengan nilai MSE yang semakin meningkat. Dekomposisi multiplikatif memberikan nilai MSE lebih kecil dibandingkan dengan dekomposisi aditif. Perbedaan nilai MSE tersebut tidak terlalu tinggi. Penerapan teknik ini kurang baik dibandingkan dengan teknik- teknik sebelumnya.

5.2.8 Teknik Box-Jenkins ARIMA-SARIMA