21 berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada
enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,
kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pengajaran. Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada hasil belajar ranah kognitif, yakni perubahan perilaku dan pemahaman siswa
terhadap mata pelajaran IPA materi Bentuk Energi.
2.1.4 Teori Belajar IPA
Menurut Wisudawati dan Sulistyowati 2014:40-5 beberapa teori belajar yang digunakan dalam pembelajaran IPA yaitu teori disiplin mental,
behaviorisme, perubahan konsep, konstruktivisme, belajar bermakna Ausubel, dan skema. Sedangkan Haryono 2013:49 menyatakan di dalam pembelajaran
IPA teori belajar yang menonjol adalah teori kognitivisme dan teori konstruktivisme. Teori belajar yang sesuai dengan model POE adalah teori
konstruktivisme. Teori konstruktivisme menekankan bahwa individu tidak menerima begitu saja ide-ide dari orang lain tetapi membangun sendiri dalam
pikiran mereka ide-ide tentang peristiwa alam dari pengalaman sebelum mereka mendapat pelajaran IPA di sekolah Haryono 2013:50. Jadi pengajaran IPA yang
telah didapatkan siswa beserta ide-ide yang telah dibentuk siswa akan disimpan dalam struktur kognitif mereka sendiri. Richartson t.t dalam Hidayati 2011
22 dalam Haryono 2013:51 menjelaskan bahwa teori konstruktivisme memandang
pembentukan pengetahuan sepenuhnya persoalan individu. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan di dalam teori konstruktivisme
peran siswa itu sendiri dalam proses pembentukan pengetahuan sangat penting. Siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap peristiwa belajar dan hasil
belajarnya.
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Slameto 2010:54-72 menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor
yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
2.1.5.1 Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar. Faktor intern digolongkan menjadi tiga faktor, yaitu:
2.1.5.1.1 Faktor Jasmaniah
Faktor jasmaniah mencakup dua faktor, yaitu faktor kesehatan, dan cacat tubuh.
1 Faktor Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah dan kurang bersemangat dalam
belajar.
23 2
Cacat Tubuh Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Jika seseorang mengalami
cacat tubuh maka hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus. 2.1.5.1.2 Faktor Psikologis
Dalam faktor psikologis terdapat beberapa faktor yaitu faktor intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
1 Inteligensi
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru
dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan
cepat. 2
Perhatian Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa
itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek bendahal atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajari, jika bahan pelajaran tidak menjadi bahan perhatian siswa, maka akan timbul kebosanan,
sehingga ia tidak lagi suka belajar. 3
Minat Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang
dipelajari tidak sesuai minat, siswa tidak akan belajar dengan sebaik- baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.
24 4
Bakat Bakat atau aptitude menurut Hilgard 1962 adalah
“the capacity to learn”. Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar.
5 Motif
Jamies Drever 1952 menerangkan bahwa motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam proses belajar haruslah
diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan
perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar.
6 Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
7 Kesiapan
Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever 1952 adalah Preparedness to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk
memberi repon atau bereaksi. Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka
hasil belajarnya akan lebih baik. 2.1.5.1.3 Faktor Kelelahan
Kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik harus menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Faktor
kelelahan meliputi:
25 1
Kelelahan jasmani Kelelahan jasmani dapat dilihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga
darah tidakkurang lancar pada bagian-bagian tertentu. 2
Kelelahan rohani Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini dapat terjadi secara terus menerus memikirkan masalah yang dianggap
berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama atau konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai
dengan bakat, minat dan perhatiannya.
2.1.5.2 Faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan faktor yang berada di luar diri individu yang sedang belajar. Faktor ekstern, meliputi tiga faktor keluarga, sekolah, dan
masyarakat. 2.1.5.2.1 Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan
faktor masyarakat. 1
Cara Orang Tua Mendidik Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar
anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipto Wirowidjojo dengan
26 pernyataanya yang menyatakan bahwa: keluarga adalah lembaga pendidikan
yang pertama dan utama. 2
Relasi Antar Anggota Keluarga Relasi antar anggota keluarga terpenting adalah relasi orang tua dengan
anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak.
3 Suasana Rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Agar anak
dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram karena hal tersebut anak dapat belajar dengan baik.
4 Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal
makan, pakaian, perlindungan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar.
5 Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian dari orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-
kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang
dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.
27 6
Latar Belakang Kebudayaan Tingkat pendidikan atau kebiasaan didalam keluarga mempengaruhi sikap
anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.
2.1.5.2.2 Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar dan tugas rumah. 2.1.5.2.3 Faktor Masyarakat
Kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Kondisi masyarakat yang memiliki masyarakat terpelajar memberikan
pengaruh positif terhadap siswa sehingga dapat belajar dengan baik.
2.1.6 Karakteristik Siswa Tingkat Sekolah Dasar
Mengenal dan memahami siswa merupakan salah satu kriteria guru yang baik. Dengan mengenal dan memahami siswanya guru dapat memberikan
pendidikan dan pembelajaran. Menjadi seorang guru, terutama guru sekolah dasar harus mengenal benar karakteristik siswa SD. Dengan begitu diharapkan guru
dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat, sesuai dengan karakteristik siswa SD. Desmita 2012:35-6 berpendapat bahwa anak-anak usia sekolah ini
memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang
merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Oleh sebab itu, guru
28 hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan,
mengusahakan siswa berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam
pembelajaran. Havighurst t.t dalam
Desmita 2012:35 menyebutkan tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi:
1 Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan
aktivitas fisik. 2
Membina hidup sehat. 3
Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok. 4
Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin. 5
Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.
6 Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif.
7 Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai.
8 Mencapai kemandirian pribadi.
Selain itu Sapriati dkk 2011: 2.5 menjelaskan bahwa “siswa SD pada
umumnya berada dalam usia yang masih senang bermain, senang melakukan kegiatan, memiliki rasa ingin tahu yang besar.
” Jadi, siswa SD memiliki keinginan yang tinggi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Mereka juga tertarik untuk
melakukan penggalian, melakukan kegiatan, melakukan permainan, dan mendapatkan pengalaman yang bervariasi.
29
2.1.7 Hakikat IPA