2.2.1 Limbah Padat
Limbah padat adalah semua limbah yang berbentuk padatan atau berada dalam fase padat. Dalam usaha peternakan limbah padat berasal dari kotoran
ternak, rumput sisa makanan ternak, ternak yang mati, isi rumen dan isi usus hasil pemotongan Soehardji, 1989. Komposisi dan nilai produksi urine sapi bervariasi
tergantung pada spesies, berat dan jumlah pakan serta jumlah dan jenis bedding.
2.2.2 Limbah Cair
Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair. Dalam usaha peternakan limbah cair berasal dari air seni urine
ternak, air pencucian kandang, air pencucian pada rumah potong hewan, air pembersih ruang pemotongan dan darah Soehardji, 1989.
2.2.3 Limbah Gas
Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas. Limbah gas dalam usaha peternakan selalu berhubungan dengan limbah
padat dan cair. Hal ini disebabkan limbah-limbah tersebut dapat dijadikan limbah gas sebagai fase dekomposisi dari zat kimia yang terkandung pada limbah tersebut
Soehardji, 1989.
2.3 Pengertian dan Sejarah Perkembangan Biogas
Biogas adalah gas yang timbul jika bahan-bahan organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia, atau sampah direndam di dalam air dan disimpan di
dalam tempat tertutup atau anaerobik BSTDI, 1977. Biogas merupakan campuran berbagai gas, biasanya metana CH
4
dan karbondioksida CO
2
, juga hidrogen sulfida H
2
S tergantung dari substrat yang dikandung oleh bahan
asalnya. Gas tersebut dihasilkan akibat aktivitas mikroorganisme jenis anaerobik yaitu bakteri yang bekerja pada kondisi tanpa udara atau oksigen. Sebenarnya
biogas dapat terbentuk secara alami namun untuk mempercepat dan menampung gas yang terbentuk agar dapat digunakan, diperlukan alat yang memenuhi syarat.
Gas metana tidak berwarna, tidak berbau dan mudah terbakar Marchaim, 1992. Volta pada tahun 1776 adalah orang pertama yang mengaitkan gas bakar
ini dengan proses pembusukan bahan sayuran dan Henry pada tahun 1806 mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai metana Marchaim,
1992. Berbagai negara telah memanfaatkan hasil biogas untuk berbagai keperluan seperti bahan bakar rumah tangga, penerangan jalan dan menggerakkan
mesin. Pada awal tahun 1896, gas metana yang dihasilkan dari dekomposisi kotoran hewan secara anaerobik, telah digunakan untuk penerangan jalan di
Exeter, Inggris. Pada tahun 1897, gas metana yang dihasilkan dari dekomposisi anaerobik
kotoran manusia, juga digunakan untuk memberikan penerangan di Matinga Leper Asylum Bombay, India.
Pemerintah Cina telah mengembangkan biogas sejak tahun 1975, dengan slogannya “Biogas untuk setiap rumah tangga”. Sebagian besar penduduk Cina
memasang digester alat pencerna dengan tipe Fixed Dome Digester dan Bag- Red Mud Digester
. Biogas yang dihasilkan telah memenuhi kebutuhan energi 25 juta orang untuk memasak dan penerangan, selama delapan hingga 10 bulan tiap
tahun. Di Cina Selatan, produksi gas dengan digester skala keluarga menghasilkan 300 m
3
tiap tahun selama 8 bulan. Di Cina Utara, tiap keluarga menghasilkan biogas 200 m
3
tiap tahun, tergantung suhu lingkungan Marchaim, 1992.
Di Vietnam, lebih dari 20 tahun yang lalu biogas telah diperkenalkan sebagai sumber energi alternatif untuk mengurangi masalah kelangkaan energi
yang selama ini sangat dibutuhkan oleh tiap rumah tangga RERIC, 1990. Teknologi biogas dengan digester terbuat dari plastik lebih disukai karena
harganya murah dan desainnya lebih sederhana. Harga digester untuk skala rumah tangga sekitar US 34 pada tahun 1995 hingga 60 pada tahun 2000 Bui, 2002.
Gas yang dihasilkan tiap rumah tangga yang memiliki enam ekor babi adalah 324.000 liter tiap tahun Bui dan Anna, 2002.
Di Indonesia, biogas telah dikembangkan sejak lama, namun perkembangannya tidak pesat. Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan
lahan sebagai tempat biodigester, mengingat kecilnya kepemilikan lahan oleh tiap keluarga, sementara lahan yang dibutuhkan cukup luas. Adapun penyebab lainnya
adalah kurangnya pengetahuan masyarakat akan bagaimana pembuatan unit biogas yang murah dan sederhana. Perkembangan biogas ditujukan kepada
peternak skala rumah tangga, sebagai contoh PT Mulya Tiara Nusa, Jakarta telah mengusahakan reaktor biogas dari plastik dengan biaya pembuatannya sebesar 1,8
juta rupiah. Lain halnya dengan usaha pembuatan reaktor biogas hasil kerjasama antara Dinas Pertanian Kota Bogor dengan Laboratorium Teknologi Hasil Ternak,
IPB telah memanfaatkan kotoran sapi dalam sistem terapung dan sistem tetap di Desa Kebon Pedes, Bogor. Pembuatan digester sistem terapung membutuhkan
biaya sebesar enam juta rupiah dengan ukuran digester 200 x 200 x 200 cm
3
. Gas yang dihasilkan mampu digunakan untuk memasak selama ± dua jam.
2.4 Proses Pembentukan Biogas