Perumusan Masalah Analisis kelayaka usaha instalasi biogas dalam mengelola limbah ternak sapi potong (PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur)

Pupuk organik merupakan pupuk yang dapat memperbaiki kondisi tanah karena mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanah.

1.2 Perumusan Masalah

Sebagian besar mesin berbagai jenis industri, digerakkan dengan listrik dan hampir semua industri yang memproduksi semua komponen produknya sendiri. Produksi suatu industri dapat menjadi bahan dasar industri lain untuk menjadi barang kebutuhan konsumennya. Jadi jika proses produksi di suatu industri terhenti akan menghambat, bahkan menghentikan juga proses produksi industri lainnya yang terkait. Pernahkah kita bayangkan apa jadinya jika pasokan listrik untuk sektor industri terhenti sama sekali. Selain akan banyak pekerja yang menganggur, tentu banyak sekali kerugian yang akan ditanggung oleh berbagai perusahaan. Terlebih lagi untuk memulai kembali operasional mesin industri, tidak dapat dilakukan secara langsung ketika aliran listrik kembali ada, harus menunggu beberapa saat untuk pengoperasiannya kembali. Dari sini bisa kita hitung berapa banyak waktu produksi terbuang sia-sia. Listrik merupakan komponen yang penting bagi PT. Widodo Makmur Perkasa, karena sebagai penunjang operasional kandang, kantor dan industri pakan sapi potong. Dengan pemakaian listrik lebih dari 50.000 kwh perbulan, dan permasalahan energi listrik dari PT. PLN persero saat ini yang kekurangan pasokan listrik dengan adanya pemutusan arus listrik bergilir, sehingga operasional industri PT. Widodo Makmur Perkasa terganggu yang mengakibatkan kerugian cukup besar. PT. Widodo Makmur Perkasa berencana membangun instalasi listrik biogas dengan memanfaatkan limbah kotoran peternakan. Potensi limbah yang cukup besar, lebih baik dimanfaatkan daripada dibiarkan menumpuk. Beberapa cara pemanfaatan kotoran sapi antara lain dengan mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik maupun biogas, yaitu suatu energi yang dihasilkan dari proses biodegradasi dengan bantuan bakteri dalam kondisi anaerob pada material organik kotoran sapi. Peternakan yang dimiliki oleh PT. Widodo Makmur Perkasa selain menghasilkan produk peternakan juga menghasilkan limbah kotoran dengan populasi kandang minimal 5000 ekor menghasilkan limbah kotoran yang perlu ditangani dan dipikirkan cara pengendaliannya. Jika diasumsikan seekor sapi mengeluarkan kotoran sebanyak 31 kghari, maka jumlah kotoran yang akan dibuang ke sungai sekitar 155.000 kghari. Limbah peternakan yang selama ini belum ditangani dengan baik dan dibuang kesungai secara langsung, akan memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan sekitar. Dampak tersebut dapat berupa pencemaran air sungai, bau yang tidak enak dan bibit-bibit penyakit, sehingga dapat mengganggu masyarakat sekitar lingkungan peternakan. Selain itu, perusahaan akan mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk pembuangan limbah tersebut perharinya. Potensi limbah kotoran ternak tersebut, perlu ditangani dan dipikirkan cara pengendaliannya, agar tidak mengganggu lingkungan sekitar. PT. Widodo Makmur Perkasa berencana membangun instalasi biogas yang akan dikonversi ke energi listrik, tetapi belum yakin akan keputusan investasi tersebut, apakah menguntungkan atau tidak. Karena biaya yang dikeluarkan cukup besar untuk investasi tersebut, waktu yang diperlukan juga lama serta biaya investasi dikeluarkan di awal tahun. Pada penelitian ini akan dikaji apakah layak atau tidak investasi instalasi biogas pada PT. Widodo Makmur Perkasa. Biaya investasi yang cukup besar, terutama untuk generator yang didatangkan dari Jerman dengan nilai mencapai lebih dari 3 milyar. Diharapkan analisis kelayakan investasi ini dapat memberikan pertimbangan untuk perusahaan, apakah layak atau tidak untuk pembangunan instalasi biogas tersebut dilaksanakan. Pengolahan limbah yang tepat dapat memberikan nilai ekonomis bagi para peternak, manfaat yang didapat tidak hanya secara finansial tetapi juga manfaat sosial. Biogas yang dihasilkan akan dikonversi ke energi listrik sebagai pengganti energi listrik dari PT. PLN Persero, sedangkan ampas biogas dapat dijadikan pupuk organik kemasan. Menurut Gittinger 1986, aspek kelayakan seperti aspek teknis, aspek pasar, aspek institusional-organisasi-managerial, aspek finansial dan aspek sosial merupakan kriteria yang perlu dikaji dalam menilai kelayakan proyek. Aspek- aspek tersebut dipaparkan secara deskriptif untuk mendukung kelayakan. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu : a. Bagaimana keragaan pengelolaan limbah dengan instalasi biogas yang dikonversi ke energi listrik di lokasi penelitian? b. Apakah proyek instalasi biogas dalam mengelola limbah ternak sapi potong di lokasi penelitian layak untuk dilaksanakan? c. Bagaimana kepekaan kelayakan proyek terhadap perubahan komponen biaya dan manfaat dalam mengelola limbah di lokasi penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian