Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Responden Sejarah

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Makan Sate Kiloan Empuk SKE di Jalan Raya Mayor Oking Cininong-Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja, dengan pertimbangan Rumah Makan SKE merupakan rumah makan yang baru berdiri pada tanggal 10 Juni 2007. Saat ini masih berada pada tahap perkenalan dalam siklus hidup produknya dengan tingkat penjualan setiap bulannya masih berfluktuasi. Dengan demikian strategi pemasaran yang tepat sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan perusahaan. Pengumpulan data dilakukan pada bulan November – Desember 2007.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan mencakup data primer dan data sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Data primer akan diperoleh dengan melakukan pengamatan di lapangan, wawancara dan kuesioner kepada pihak pengelola rumah makan, pemasok, konsumen dan pelanggan. Data sekunder akan diperoleh dari pustaka dan literatur, buku yang relevan dengan penelitian ini, dari Rumah Makan SKE, skripsi, maupun textbook lainnya.

4.3. Metode Pengambilan Responden

Metode pengambilan responden pihak pengelola rumah makan akan menggunakan teknik sengaja purposive dengan menggunakan metode observasi wawancara dan kuesioner kepada pemilik Rumah Makan Sate Kiloan Empuk dan dua orang terpercaya. Pembeli adalah pengunjung Rumah Makan Sate Kiloan Empuk yang dipilih berdasarkan kunjungan-kunjangan saat ramai, biasa dan sepi. Pemilihan pembeli atau responden adalah secara sengaja purposive dengan menggunakan kuesioner. Jumlah responden yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 50 responden. Ukuran responden tersebut sebagai sampel dari jumlah rata-rata pengunjung setiap bulannya, dan sebagai sampel diambil 25 persen dari jumlah rata- rata jumlah pengunjung yang berjumlah 200 orang setiap bulannya untuk mendapatkan rata-rata sebaran normal.

4.4. Metode Pengolahan Data dan Proses Hierarki Analisis

Menurut Mulyono 1996, sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya ketidakpastian atau ketidaksempurnaan informasi. Terdapat penyebab lain yang yang juga menjadi faktor yang penting dan mempengaruhinya terhadap pilihan-pilihan yang ada. Jika kriteria pilihan yang diinginkan yang beragam menjadi penyebab kerumitan masalah tersebut, maka salah satu metode untuk menyelesaikan masalah ini adalah Analytical Hierarchy Process AHP yang diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty. Penelitian ini memilih menggunakan metode AHP adalah upaya untuk menangkap permasalahan yang ditemukan, dan kriteria-kriteria atas jawaban yang dibutuhkannya. Kemudian disederhanakan dalam pemecahan masalah-masalah tersebut hingga ke aspek yang paling sederhana. Metode AHP memungkinkan untuk menggunakan instrumen intuisi sebagai input utama, namun intuisi yang digunakan adalah datang dari pengambil keputusan yang cukup informasi dan memahami masalah yang dihadapi. Data dan informasi yang diperoleh diolah dan dianalisis. Tujuannya untuk menyederhanakan data yang terkumpul dari hasil pengisian kuesioner oleh responden, menyajikannya dalam susunan yang baik dan rapi untuk dianalisis. Pengolahan data diperlukan untuk menterjemahkan angka-angka yang didapat dari hasil penelitian maupun menjawab tujuan penelitian. Analisis terhadap faktor-faktor tersebut harus sesuai dengan tujuan pemasaran perusahaan, dan pemilihan alternatif bauran pemasaran dilakukan dengan Metode Proses Hierarki Analisis Analitycal Hierarchy Process-AHP. Berdasarkan kerangka kerja AHP penelitian ini diawali dengan pengumpulan data dan informasi melalui wawancara dengan pihak pengelola rumah makan sebagai pengambil keputusan yang cukup informasi dan memahami masalah yang dihadapi, peneliti hanya memberikan arahan berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang diterapkan. Berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selanjutnya dibuat struktur hierarki. Struktur hierarki yang telah disusun menjadi dasar untuk pembuatan kuesioner yang diberikan pada bagian pemasaran. Kuesioner diberikan untuk mengetahui pembobotan setiap elemen pada seluruh tingkat struktur hierarki. AHP diperlukan untuk penentuan bobot bagi elemen di satu tingkat yang akan berpengaruh pada bobot elemen pada tingkat dibawahnya dan pada akhirnya metode AHP dapat digunakan untuk menghitung bobot pada setiap level untuk penilaian tujuan seluruhnya. Kemudian data hasil kuesioner yang diperoleh dari responden diproses dengan menggunakan program komputer Expertchoice 11.5. Program ini merupakan program yang disusun oleh Expert Choice Company. Hasil pengolahan ini kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk uraian, gambar dan tabel. Menurut Saaty 1993, kerangka kerja AHP terdiri dari delapan langkah, yakni :

1. Mendefinisikan masalah dan merinci pemecahan masalah yang diinginkan

Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penguasaan secara mendalam, karena yang akan menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan, kriteria, dan elemen-elemen yang menyusun struktur hierarki. Tidak terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem, seperti tujuan, kriteria, dan aktifitas-aktifitas yang akan dilibatkan dalam suatu struktur hierarki. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasi berdasarkan kemampuan pada analisis untuk menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem.

2. Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajemen secara

keseluruhan Hierarki merupakan abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap sistem. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor- faktor pendorong yang mempengaruhi sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku- pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan pelaku dan akhirnya ke alternatif strategis, pilihan atau skenario. Penyusunan hierarki berdasarkan jenis keputusan yang diambil, pada tingkat puncak hierarki hanya terdiri dari satu elemen yang disebut dibawahnya dapat terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok homogen, agar dapat dibandingkan dengan elemen-elemen yang berada pada tingkat sebelumnya.

3. Menyusun matriks perbandingan berpasangan

Matriks perbandingan berpasangan untuk kontribusi atau pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat diatasnya. Matriks perbandingan berpasangan dimulai dari puncak hierarki untuk fokus A, yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan antar elemen yang terkait yang ada dibawahnya. Perbandingan berpasangan pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua F 1 , F 2 ,F 3 ,…F n terhadap fokus A yang ada di puncak hierarki. Menurut perjanjian, suatu elemen yang ada disebelah kiri suatu elemen di puncak matriks.

4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk

pengembangan perangkat matriks dilangkah tiga Pada langkah ini dilakukan perbandingan berpasangan antara setiap variabel pada kolom ke-j dengan setiap variabel pada baris ke-i yang berhubungan dengan fokus A. Perbandingan berpasangan antar variabel tersebut dapat dilakukan dengan pertanyaan : “Seberapa kuat variabel baris ke-I didominasi ole fokus A, dibandingkan dengan kolom ke-j ?”. Untuk mengisi matriks berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Skala Banding Secara Berpasangan Tingkat Kepentingan Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama penting Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lain Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen dibanding elemen 5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lain Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding elemen 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya Satu elemen dengan kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangaan yang berdekatan Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i Sumber : Saaty 1993

5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal

utama, penentuan prioritas dan pengujian konsistensi Angka 1 sampai 9 digunakan bila F i lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hierarki A dibandingkan dengan F j . Sedangkan bila F i kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat A dibandingkan dengan F j , maka digunakan angka kebalikannya. Matriks dibawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Untuk tahap 6-8, dapat diolah menggunakan komputer dengan program komputer Expertchoice 11.5. 6. Melaksanakan langkah 3,4,5 untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hierarki berkenaan dengan kriteria elemen diatas Matriks perbandingan dalam metode AHP dibedakan menjadi dua, yaitu Matriks Pendapat Individu MPI dan Matriks Pendapat Gabungan MPG. MPI adalah matriks hasil perbandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij yaitu elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j. Matriks Pendapat Individu dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Matriks Pendapat Individu A A 1 A 2 A 3 … A n A 1 a 11 a 12 a 13 … a 1n A 2 a 21 a 22 a 23 … a 2n A 3 a 31 a 32 a 33 … a 3n … … ... … ... ... … … … … … … A n a n1 a n2 a n3 .. a nn Sumber : Saaty 1993 MPG adalah susunan matriks baru yang elemen G ij berasal dari rata-rata geometric pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10 persen, dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. Matriks Pendapat Gabungan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks Pendapat Gabungan G G 1 G 2 G 3 … G n G 1 g 11 g 12 g 13 … g 1n G 2 g 21 g 22 g 23 … g 2n G 3 g 31 g 32 g 33 … g 3n … … ... ... ... ... G n g n1 g n2 g n3 .. g nn Sumber : Saaty 1993 Rumus matematika yang digunakan untuk memperoleh rata-rata geometrik adalah : m g ij = m ∏ a ij k k=1 dimana : g ij = Elemen MPG baris ke-i kolom ke-j a ij k = Elemen baris ke-i dari MPI ke-k m = Jumlah MPI yang memenuhi persyaratan m ∏ = Perkalian dari elemen k = 1 sampai dengan k = m k=1 m = Akar pangkat dari m

7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas

Menggunakan komposisi secara hierarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap, yaitu : 1 Pengolahan horisontal dan 2 Pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diolah secara horisontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan Rasio Inkonsistensi. a. Pengolahan horisontal bertujuan untuk melihat prioritas suatu elemen terhadap tingkat yang persis berada satu tingkat diatas elemen tersebut, yang terdiri dari tiga bagian, yaitu penentuan vektor prioritas Rasio Vektor Eigen, uji konsistensi, dan revisi MPI dan MPG yang memiliki rasio inkonsistensi tinggi. Tahap perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horisontal ini adalah : - Perkalian baris Z atau vektor Eigen VE dengan rumus : n Zi = n ∏ a ij i,j, = 1,2,…,n k=1 - Perhitungan vektor prioritas VP atau Rasio Vektor Eigen adalah : n n ∏ a ij VP = VP i , untuk i = 1,2,3,…,n k=1 VP i = n n ∑ n ∏ a ij i=1 k=1 - Perhitungan nilai Eigen Maks λ maks , dengan rumus : VA = a 1j x VA dengan VA = Va i VA VB = dengan VB = Vb i VP i n λ maks = ½ ∑ vb i untuk I = 1,2,3,…,n i=1 - Perhitungan Indeks Inkonsistensi CI dengan rumus : CI = λmaks – n n – 1 - Perhitungan Rasio Inkonsistensi CR adalah : CI CR = RI RI = indeks acak random indeks yang dikelularkan oleh Oal Ridge Laboratory Saaty, 1993 dari matriks berorde 1 sampai dengan 15 yang menggunakan sample berukuran 100 Tabel 4. Nilai rasio inkonsistensi CR yang lebih kecil atau sama dengan 10 persen merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolak ukur bagi konsistensi atau setidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan dalam suatu matriks pendapat. Tabel 7. Nilai Indeks Acak Orde n Indeks Acak RI Orden Indeks Acak RI 1 0,00 8 1,41 2 0,00 9 1,45 3 0,58 10 1,49 4 0,90 11 1,51 5 1,12 12 1,48 6 1,24 13 1,56 7 1,32 14 1,57 Sumber : Saaty 1993 b. Pengolahan Vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Apabila CV ij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-I terhadap sasaran utama, maka : CV ij = ∑ CH ij t,i – 1 x VWt i – 1 Untuk : i = 1,2,3,…,n j = 1,2,3,…,n t = 1,2,3,…,n Dimana : CH ij t,i-1 = nilai prioritas pengaruh elemen ke-I terhadap elemen ke-t pada tingkat diatasnya i-1, yang diperoleh dari hasil pengolahan horisontal VW t i-1 = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke- i-1 terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil perhitungan horisontal P = jumlah tingkat hierarki keputusan r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i-1

8. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hierarki

Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pertanyaan sejenis yang menggunakan indeks acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama, setiap indeks acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistensi ini harus bernilai 10 persen atau kurang.

V. GAMBARAN UMUM RUMAH MAKAN SATE KILOAN EMPUK

5.1. Sejarah

Rumah Makan Sate Kiloan Empuk RM. SKE mulai membuka usaha kulinernya pada tanggal 10 Juni 2007. Sejarah usaha rumah makan ini diawali dengan sebuah usaha rumah tangga yang menyediakan pesanan paket masakan berbahan baku daging kambing, khususnya pesanan masakan kambing untuk kegiatan aqiqah kegiatan menyambut kelahiran bayi dalam ritual agama Islam. Demikian juga usaha ini melayani pesanan untuk acara lain yang memesan masakan berupa sate kambing dan sop atau gulai kambing. Melihat pertumbuhan konsumen yang mengkonsumsi masakan yang cukup bertumbuh, usaha tersebut pada saat ini berkembang menjadi sebuah usaha rumah makan kecil dengan karyawan sebanyak tiga orang. Pada awal tahun 2007 Pak Lukman sebagai pemulai dari usaha kuliner ini mendapatkan tawaran untuk bekerjasama dari seorang pemilik modal untuk bekerjasama membuka usaha rumah makan sate kambing, dengan pola kerjasama secara Islami atau Syarikah Mudharabah pola kerjasama antara kepemilikan modal tunggal dan kepengelolaan usaha secara aturan Islam. Kerjasama ini diawali dengan penjajakan dan pemantapan konsep, sampai pada kemudian hari usaha Rumah Makan Sate Kiloan Empuk dibuka di sebuah kios berukuran lebar 4 meter dan panjang 14 meter yang terletak di Jalan Raya Mayor Oking Cibinong. Kios tersebut adalah disewa untuk lokasi usaha rumah makan dengan kapasitas tamu sebanyak 30 orang. Pemilihan konsep rumah makan sate kiloan adalah atas kesepakatan antara Pak Lukman dan tiga rekannya. Pak Iwan selaku pemilik modal memilih konsep sate kiloan dengan alasan konsep ini adalah sebuah keunikan usaha kuliner yang hanya ada di daerah Citereup dan Sentul Kabupaten Bogor yang sudah banyak dikenal masyarakat pecinta makanan. Penamaan RM. Sate Kiloan “Empuk” adalah berasal dari keunikan yang dimiliki sate kambing olahannya yang sudah dikenal oleh para pelanggannya karena keempukannya.

5.2. Visi dan Misi