Kebijakan daerah Dasar Hukum Pengelolaan Perikanan Tangkap .1 Hukum internasional

67 Sementara itu, kewenangan provinsi di wilayah laut sebagaimana dijelaskan pada Pasal 3 ayat 5, meliputi: 1 penataan dan pengelolaan perairan di wilayah laut provinsi; 2 eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut sebatas wilayah laut kewenangan provinsi; 3 konservasi dan pengelolaan plasma nuftah spesifik lokasi serta suaka perikanan di wilayah laut kewenangan provinsi; 4 pelayanan izin usaha pembudidayaan dan penangkapan ikan pada perairan laut di wilayah laut kewenangan provinsi; dan 5 pengawasan pemanfaatan sumber daya ikan di wilayah laut kewenangan provinsi.

3.8.3 Kebijakan daerah

Kebijakan daerah yang ada adalah Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 8 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Tingkat I Jawa Barat No. 10 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pelelangan Ikan. Peraturan Daerah ini mengacu pada beberapa peraturan perundang- undangan, seperti Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan, Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang- undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1957 tentang Penyerahan Sebagian dari Urusan Pemerintah Pusat di Lapangan Perikanan Laut, Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1990 tentang Usaha Perikanan, dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Sementara itu, beberapa peraturan daerah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Indramayu yang berkaitan dengan kegiatan perikanan, diantaranya yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu No. 20 Tahun 2002 tentang Retribusi Usaha Perikanan, Penangkapan Ikan, Pembudidayaan dan 68 Pengolahan Hasil Ikan Laut. Bentuk surat izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Indramayu berdasarkan peraturan daerah ini, yaitu: 1 Ijin Usaha Perikanan IUP, untuk 5 GT ke bawah dan untuk 6 - 10 GT; 2 Surat Keterangan Penangkapan Ikan SKPI untuk masing-masing alat tangkap, 3 Surat Keterangan Pembudidayaan Ikan SKPBI, 4 Surat Keterangan Pengolahan Hasil Ikan SKPHI. Peraturan daerah lain yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Indramayu adalah Nomor: 556kep.528- diskanla2004 penetapan Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai kawasan konservasi dan wisata laut. Berdasarkan penelaahan terhadap peraturan daerah tersebut di atas, terlihat bahwa kebijakan tersebut hanya mengatur tentang kegiatan ekonomi di bidang perikanan atau hanya aspek ekonomi dan sosial, sedangkan aspek ekologi belum mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Terdapat tiga aspek yang belum diatur pada periode sentralistik, meliputi: 1 Aspek transparansi dalam mekanisme pengelolaan. 2 Aspek sosialisasi kebijakan dan peraturan perundang-undangan tentang konservasi dan pengelolaan. 3 Aspek industri penangkapan yang mendorong perikanan yang bertanggungjawab. Sedangkan memasuki periode desentralistik, pemerintah perlu menyediakan 11 aspek kebijakan, yang meliputi: 1 Pemulihan sumber daya yang terancam kepunahan. 2 Pencegahan pencemaran lingkungan. 3 Pengaturan upaya penangkapan. 4 Pengaturan jenis dan ukuran ikan yang boleh ditangkap. 5 Pengaturan musim penangkapan. 6 Pengaturan zonasi dan jalur penangkapan. 69 7 Partisipasi masyarakat. 8 Identifikasi stakeholders. 9 Kelembagaan. 10 Pembangunan prasarana perikanan. 11 Pengaturan pendidikan pelatihan dan penyuluhan. Berpijak pada kondisi tersebut, seharusnya kebijakan pengelolaan perikanan ke depan pemerintah daerah harus lebih proaktif sebagaimana yang diamanatkan Undang-undang No. 32 Tahun 2004, melalui pembuatan kebijakan pelaksanaan berupa peraturan daerah yang melengkapi, menggantikan dan atau menyempurnakan kebijakan pelaksanaan yang dibuat oleh pemerintah pusat. Selain itu, kebijakan pelaksanaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah hendaknya konsisten dengan Undang-undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan, yaitu mendukung paradigma pembangunan berkelanjutan. 4 METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian