Keragaan Sumber Daya Perikanan Tangkap

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Keragaan Sumber Daya Perikanan Tangkap

Analisis kebijakan yang diutarakan sebelumnya bertujuan untuk mengetahui implementasinya di lapangan dengan melihat kondisi sumber daya dan status perikanan tangkap saat ini. Sumber daya ikan yang terdata di lokasi penelitian berdasarkan pengamatan langsung di beberapa pangkalan pendaratan ikan seperti Karangsong, Eretan, Dadap, Tegal Agung dan Juntinyuat serta hasil wawancara dengan nelayan dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu adalah ikan layang, kembung, selar, bawal, tongkol, tenggiri, kakap, cucut dan pari serta berbagai jenis ikan lainnya termasuk udang dan cumi. Perkembangan produksi perikanan laut sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2004 terlihat mengalami fluktuasi Tabel 7 dan Gambar 11, sedangkan nilai produksinya menunjukkan kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun secara signifikan. Kenaikan angka produksi terjadi pada tahun 1997 dan 2004. Kenaikan angka produksi pada tahun 1997 dimungkinkan oleh meningkatnya harga jual ikan seiring dengan meningkatnya nilai tukar mata uang dollar Amerika pada saat itu. Peningkatan angka produksi tahun 2004 diduga karena terjadinya peningkatan jumlah unit tangkapan ikan. Berdasarkan data runtun dari tahun 1995-2004 sebagaimana tercantum pada Tabel 8, diketahui bahwa jumlah rumah tangga perikanan RTP di lokasi penelitian meningkat setiap tahunnya yaitu dari 25.898 RTP pada tahun 1995 menjadi 30.256 RTP pada tahun 2004. Peningkatan ini diduga sebagai dampak resesi ekonomi, dimana banyak tenaga kerja perusahaan industri yang 95 mengalami pemutusan hubungan kerja PHK beralih ke industri perikanan baik sebagai buruh atau nelayan tangkap. Tabel 7 Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan laut di Kabupaten Indramayu pada tahun 1995-2004 PRODUKSI NILAI PRODUKSI Tahun TAHUNAN ton Rp 1995 60.217,00 153.047.390.000 1996 62.131,60 167.905.772.000 1997 65.320,70 186.398.385.000 1998 61.968,00 424.653.070.000 1999 60.976,50 421.386.315.000 2000 61.897,50 421.978.210.000 2001 61.062,15 430.440.798.000 2002 59.584,08 520.866.439.000 2003 59.242,50 404,479.407.500 2004 66.789,40 376.034.710.000 Sumber: DKP Jabar dan Kabupaten Indramayu 1995-2004 Gambar 11 Perkembangan total produksi tahunan perikanan laut di Kabupaten Indramayu pada tahun 1995-2004. Perkembangan jumlah nelayan juga diikuti oleh perkembangan armada kapal Tabel 8. Peningkatan jumlah armada tanpa adanya kontrol diduga akan 54,000.00 56,000.00 58,000.00 60,000.00 62,000.00 64,000.00 66,000.00 68,000.00 Produksi Ton 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun 96 meningkatkan tekanan terhadap stok sumberdaya ikan akibat peningkatan upaya penangkapan. Tabel 8 Perkembangan jumlah RTP dan armada berbagai jenis kapal di Kabupaten Indramayu pada tahun 1995-2004 JENIS ARMADA KAPAL unit Tahun RTP PTM Motor Tempel Kapal Motor 1995 25.898 - 3.999 136 1996 26.019 - 3.923 220 1997 26.500 - 3.935 225 1998 26.702 - 3.950 239 1999 26.802 - 3.782 242 2000 27.985 160 3.718 213 2001 28.667 160 3.788 283 2002 29.721 160 3,.878 285 2003 30.256 78 4.143 320 2004 30.256 78 4.143 320 Sumber: DKP Jabar dan Kabupaten Indramayu 1995-2004 Sejalan dengan perkembangan nelayan dan armada penangkapan ikan, secara langsung berdampak pula terhadap perkembangan jumlah alat tangkap di masing-masing lokasi penelitian. Jenis alat tangkap yang banyak dipergunakan oleh nelayan adalah payang atau lampara, jaring insang hanyut, dan jaring klitik. Namun, khusus untuk jaring klitik terjadi penurunan sangat drastis pada tahun 2002 Tabel 9. Gambaran mengenai perkembangan jumlah alat tangkap per tahun khususnya untuk empat alat tangkap terbanyak digunakan di Kabupaten Indramayu adalah payang atau lampara, purse seine, jaring insang hanyut dan jaring klitik. Perkembangan alat tangkap dari tahun 1995 sampai tahun 2004 dapat dilihat pada Gambar 12. Mempertimbangkan bahwa wilayah pengelolaan Kabupatenkota menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2004 adalah sejauh 4 mil, maka dipilih pendekatan sumber daya ikan pelagis kecil dan demersal dengan alat tangkap yang dominan digunakan nelayan. 97 Tabel 9 Perkembangan jenis alat tangkap di Kabupaten Indramayu pada tahun 1995-2004 ALAT TANGKAP unit Tahun Payang Lampara Dogol Pukat Pantai Purse Seine Jaring Insang Hanyut Jaring Klitik Pancing Sero 1995 537 95 77 63 1.591 3.274 350 92 1996 539 95 77 65 1.598 3.274 353 92 1997 548 100 91 76 1.706 3.277 351 92 1998 553 100 91 84 1.717 3.280 354 92 1999 673 81 62 75 1.326 2.652 160 270 2000 1.198 191 268 76 1.948 811 338 322 2001 157 111 318 89 2.249 722 313 237 2002 1.198 111 288 146 2.366 811 338 186 2003 1.281 205 288 156 2.091 870 332 80 2004 1.486 2.698 288 156 2.390 870 332 80 Sumber: DKP Jabar dan Kabupaten Indramayu 1995-2004 Gambar 12 Grafik perkembangan jumlah alat tangkap utama per tahun di Kabupaten Indramayu tahun 1995-2004. Memperhatikan perkembangan produksi yang terus meningkat dari tahun ke tahun sampai di atas 200 dari MSY dan JTB yang diakibatkan bertambahnya jumlah RTP dan armada penangkapan menjadikan perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu sangat menarik. Hal ini dimungkinkan karena banyak nelayan Indramayu yang melakukan penangkapan ikan jauh di luar 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun Jumlah Alat Tangkap Purse Seine Gillnet Lampara J. Klitik Pancing Sero Pukat Pantai Dogol Unit 98 wilayahnya sampai ke perairan Bangka Belitung, Selat Bali, Selat Makasar dan wilayah perairan lainnya. Hal ini menguatkan pendapat bahwa stok sumberdaya ikan di perairan Indramayu telah mengalami penurunan. Over-fishing secara simultan disebabkan oleh armada perikanan tangkap skala industri industrial fisheries, perikanan skala kecil artisanal fisheries, perikanan yang bersifat rekreasional maupun komersial, dan penangkapan dengan menggunakan alat tangkap yang ilegal maupun legal. Perikanan skala kecil artisanal menjadi sensitif karena eksploitasi biasanya dilakukan di sekitar pantai yang menjadi wilayah kritis bagi keberlanjutan stok sumber daya ikan. Perikanan skala besar yang sangat potensial sebagai penyebab over fishing terutama karena lemahnya penegakan hukum dan aturan-aturan terhadap jalur-jalur penangkapan ikan berdasarkan ukuran effort. Penangkapan ikan dengan metode tidak ramah lingkungan akan mempercepat proses terjadinya over-fishing karena hasil tangkapan yang tidak selektif dan kerusakan habitat sebagai akibat dari metode penangkapan yang merusak. Namun alat tangkap legal juga tetap menyebabkan over fishing jika penerapan effort dilakukan melebihi kapasitas yang mungkin bagi stok sumber daya dalam melakukan pemulihan. Terjadinya penangkapan secara berlebihan disebabkan oleh : 1 Meningkatnya jumlah penduduk sehingga meningkatkan tekanan terhadap sumber daya ikan akibat kegiatan perikanan tangkap. 2 Perikanan tangkap bersifat akses terbuka sehingga setiap orang berhak untuk melakukan penangkapan secara bebas. 3 Gagalnya pengelolaan perikanan. 99

6.2 Analisis Kondisi dan Status Perikanan Tangkap Kabupaten Indramayu