166
segera pergi ke kamar mandi. Orang
tua juga
selalu mengingatkan agar WD buang air
di toilet bukan di kebun belakang. Dalam teknik modelling orang tua
WD mengajarkan bagaimana cara untuk membersihkan diri setelah
buang air. Orang
tua WD
mengerti pentingnya anak dapat buang air
sendiri tanpa bantuan orang lain, menurutnya jika anak dapat buang
air sendiri maka ketika si anak ingin buang air ia dapat melakukan
sendiri tidak tergantung pada orang lain dan tidak merepotkan orang
lain. Menurut orang tua WD kerugian
anak yang belum mampu toilet training yaitu anak akan selalu
tergantung pada orang lain, kasihan keluarga dan diri anak tersebut jika
sampai besar anak itu masih mengompol dan mengobrok
sehingga masih harus dibantu. sehingga orangtua mempunyai sikap
yang positif terhadap konsep toilet training.
Menurut ibu OT pentingnya mampu mandiri dalam toilet training adalah
anak dapat melakukan sendiri tanpa tergantung dengan orang lain. Jika
si
ibu sibuk
anak dapat
melakukannya sendiri.
Ibu OT mengetahui jika di sekolah juga diajarkan kemampuan bina diri
berupa toilet training, mandi dan gosok gigi.
5. Pola asuh orang tua
WD lebih suka jika ia marah ia di sayang dan digendong oleh ibunya.
Sehingga ibu WD terkadang tidak
7. Pola Asuh orang tua .
Ibu OT cenderung merupakan orang
tua yang otoriter.
Saat mengajarkan sesuatu ibu OT
167
tega untuk bersikap keras kepada WD.
Berbeda dengan ayahnya, ayah WD merupakan ayah yang sangat
disiplin. Ayah WD sering bersikap keras kepada WD karena ingin agar
WD tidak manja dan tergantung kepada orang lain. Ayah WD tidak
segan-segan
memukul dan
mencubit WD jika ia marah kepada WD. Menurutnya hukuman itu
dapat membuat
WD tidak
mengulangi hal serupa. Dalam mengasuh ketiga anaknya
orang tua WD tidak pernah membedakan antara satu dengan
yang lain. Orang tua WD selalu melihat
sejauh mana kemampuan WD dan mereka mengamati dan
mendorongnya dari belakang. bersikap keras agar OT tidak manja
dan agar OT cepat mengerti akan apa yang diajarkan.
Ibu OT sebenarnya sangat sayang kepada OT namun ia tidak bisa
bersabar dan mudah marah. Jika marah ia tidak segan untuk mencubit
atau memukul OT.
Ayah OT lebih bersikap demokratis
dalam mengasuh OT.
Ketika ia mengajarkan sesuatu ia lebih melihat kemampuan yang
dimiliki oleh OT, jika OT belum bisa
maka ayah
OT tidak
memaksakan.
Saat mengasuh OT Ayah OT dapat bersikap lebih sabar daripada ibu
OT.
Ayah OT sangat marah jika mengetahui ibu OT memukul atau
menghukum OT secara fisik.
6. Motivasi stimulasi toilet training
Orang tua WD menginginkan WD dapat sepenuhnya mandiri dalam
toilet training sehingga tidak tergantung pada orang lain.
Walaupun WD belum sepenuhnya dapat buang air secara mandiri,
namun orang tua WD tetap selalu mengajarkan WD agar WD dapat
8. Motivasi stimulasi toilet training
Orang tua OT menginginkan OT dapat sepenuhnya mandiri dalam
toilet training
sehingga tidak
tergantung pada orang lain. Orang tua tidak putus asa
mengajarkan toilet training kepada OT.
Walaupun waktu
yang dibutuhkan untuk mengajarkan toilet
168
sepenuhnya berhasil dalam toilet training.
Orang tua WD pun sampai sekarang tidak putus asa untuk
mengajarkan WD agar dapat membersihkan dirinya sendiri
setelah buang air. training
cenderung lama
dan berulang-ulang namun orang tua
selalu optimis OT mampu untuk mandiri.
7. Pemberian