208
karena mempunyai dua model toilet yaitu toilet duduk dan toilet jongkok, kemampuan toilet training DV masih rendah padahal fasilitas toilet di rumahnya
sudah memadai. Faktor penghambat keberhasilan yang dapat ditemukan pada subjek adalah
adanya rasa khawatir ibu jika anaknya tidak bersih ketika melakukan toilet training sendiri. Subjek terkadang masih dibantu oleh orang tuanya ketika
membersihkan diri setelah buang air karena orang tua mereka merasa belum yakin dan khawatir jika anaknya belum bersih ketika membersihkan sendiri setelah
buang air. Seperti halnya subjek OT walaupun sudah mampu membersihkan diri dan bekas buang airnya, namun orang tua masih mengulangi membersihkan diri
OT karena kurang yakin jika OT sudah bersih.
4.7 Kelemahan Penelitian
Segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia tidak pernah terlepas dari kesalahan atau kelemahan. Kelemahan pada penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang serupa. Kelemahan-kelemahan pada penelitian ini antara lain:
1 Peneliti terbawa alur pembicaraan sehingga banyak pembicaraan yang keluar dari
pedoman wawancara 2
Data observasi yang kurang mengenai kemampuan toilet training subjek karena pada saat peneliti melakukan observasi subjek tidak buang air.
209
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan analisis data yang telah dilakukan di bab 4, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Waktu pencapaian keberhasilan toilet training pada anak down syndrome berbeda
pada setiap anak. Pelaksanaan toilet training pada anak down syndrome membutuhkan waktu yang lama karena dalam mengajarkan toilet training harus
bertahap dan berulang-ulang mengingat anak down syndrome mudah lupa jika diajarkan sesuatu hal. Pengajaran toilet training anak down syndrome
menggunakan teknik lisan dan teknik modeling. Pengajaran toilet training dari orang tua anak down syndrome semuanya menggunakan teknik lisan, namun tidak
semua anak down syndrome mendapatkan pengajaran teknik modelling. Teknik lisan yang diberikan orang tua berupa intruksi yang diberikan agar anak dapat
melepas sendiri celana dan segera ke kamar mandi. Orang tua selalu mengingatkan anak agar tidak lupa membersihkan diri dan menyiram setelah
buang air. Teknik modelling dilakukan dengan mengajarkan anak melalui pemberian contoh bagaimana cara membersihkan diri sendiri sesudah buang air.
2. Faktor pendorong dan penghambat keberhasilan toilet training pada anak down
syndrome berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal dalam diri anak down syndrome yang mendorong keberhasilan toilet training yaitu kesiapan
210
fisik, kesiapan psikologis, dan kemampuan komunikasi anak. Faktor eksternal yang mendorong keberhasilan toilet training pada anak down syndrome berupa
kesiapan orang tua, tingkat pengetahuan orang tua, pola asuh orang tua dan motivasi stimulasi toilet training dari orang tua. Faktor penghambat keberhasilan
toilet training pada anak down syndrome berupa kesiapan intelektual mereka yang kurang. Kemampuan belajar anak down syndrome yang mudah lupa dan sulit jika
diajarkan sesuatu menjadikan penghambat keberhasilan mereka dalam toilet training.
3. Terdapat temuan baru pada faktor pendukung dan penghambat keberhasilan toilet
training. Pemberian reward dan punnishment dari orang tua serta sikap konsisten dan disiplin orang tua dalam mengajarkan toilet training pada anak down
syndrome berpengaruh pada keberhasilan toilet training anak down syndrome. Fasilitas toilet yang memadai ataupun kurang memadai di rumah, tidak
berpengaruh pada keberhasilan toilet training anak down syndrome. Rasa khawatir dan ragu-ragu ibu apabila anak tidak bersih jika melakukan toilet
training sendiri membuat ibu selalu ingin membantu anak dalam proses toilet training menjadikan faktor penghambat keberhasilan toilet training pada anak.
211
5.2 Saran