Kesiapan psikologis Kesiapan psikologis  DV mau dan tidak rewel jika sendirian Kemampuan komunikasi Kemampuan komunikasi Kemampuan sensorik Kesiapan orang tua Kesiapan orang tua

163  WD juga mempunyai kemampuan motorik halus berupa membuka celana dan baju serta memakainya kembali. Kecuali jika celana yang ia kenakan menggunakan sabuk, WD masih kesulitan untuk membuka sabuk tersebut sehingga perlu orang lain untuk membantu. celana dan baju serta memakainya kembali. menempatkan diri di kloset terkadang DV masih dibantu oleh ibu DV karena DV pernah terpeleset ketika ingin buang air besar.

2. Kesiapan psikologis

 Proses toilet training OT tidak pernah rewel atau merajuk. OT mau menuruti apa yang dikatakan oleh ibunya.  Ketika ibu OT menyuruh OT untuk ke kamar mandi sendiri, OT menurut tidak pernah merengek minta di temani saat buang air.  OT nyaman ketika berada di dalam kamar mandi.  OT termasuk anak yang pemberani, OT tidak takut untuk buang air atau mandi di kamar mandi sendiri tanpa ditemani orang lain.

2. Kesiapan psikologis  DV mau dan tidak rewel jika sendirian

berada di kamar mandi. DV merasa senang ketika berada di kamar mandi karena DV senang bermain air.

2. Kemampuan komunikasi

 Sejak WD berusia enam tahun dalam mengungkapkan keinginan untuk buang air WD sudah dapat menunjukan lewat kata-kata.  Kemampuan WD untuk memberitahukan bahwa dirinya

3. Kemampuan komunikasi

 OT sudah dapat berbicara untuk menunjukan keinginannya kepada orang lain.  Sejak umur 6 tahun OT sudah dapat meminta sesuatu yang dia inginkan kepada orang lain. OT sudah dapat 164 ingin buang air juga sudah dapat WD tunjukan kepada gurunya. Ketika di sekolah jika ingin buang air WD kadang memberitahukan kepada guru terkadang juga tidak. Jika terburu-buru WD masih suka buang air besar di celana. memberitahukan dengan berbicara dengan orang tuanya bahwa ia ingin buang air.

4. Kemampuan sensorik

 OT dapat menahan keinginannya untuk buang air hingga ia berada di kamar mandi.  Saat tidur pun OT dapat terbangun dan buang air sendiri tanpa mengompol.  OT juga tidak mempunyai kesulitan untuk untuk meniru dan tidak ada masalah dalam perencanaan motorik. OT sudah dapat mengontrol kandung kemih dan perutnya ketika buang air.

3. Kesiapan orang tua

 Kesiapan orang tua WD dalam mengenal tingkat kesiapan berkemih dan defekasi WD sudah baik. Ketika WD menunjukan keinginan untuk buang air orang tua sudah mengerti dan segera meminta WD untuk membuka celana dan mengantarkan ke toilet.  Setiap WD menunjukan keinginannya untuk buang air,

5. Kesiapan orang tua

 Kesiapan orang tua OT dalam mengenal tingkat kesiapan berkemih dan defekasi OT sudah baik.  Orang tua meluangkan waktu secara rutin untuk latihan toileting ketika OT menunjukan keinginan untuk buang air.  Ibu OT mengajarkan OT dimana tempat untuk buang air kecil dan dimana buang air besar yang benar. 165 orang tua atau anggota keluarga akan selalu mengingatkan agar WD cepat pergi ke toilet. Orang tua atau anggota keluarga juga mengawasi apakah WD ke toilet, upaya ini agar WD tidak melakukan buang air besar di kebun belakang lagi. Orang tua WD masih mengajarkan WD untuk membersihkan diri ketika buang air.  Ibu mengajarkan cara membersihkan diri setelah buang air dengan ikut mencontohkan bagaimana cara membersihkan diri setelah buang air yang benar.  Ayah OT juga mengajarkan toilet training pada OT. Ayah OT mau bila harus membersihkan diri OT sesudah buang air.  Ibu OT mengetahui jika di sekolah juga diajarkan kemampuan bina diri berupa toilet training, mandi dan gosok gigi.  Ibu OT tidak merasa kesulitan mengajarkan toilet training pada OT.

4. Pengetahuan orang tua tentang