Uji Linearitas Uji Asumsi Klasik

5.2. Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produksi Usahatani Kentang

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor produksi terhadap produksi tanaman kentang diuji dengan analisis regressi non-linear model Cobb-Douglass, yang dalam operasionalnyai diubah dalam bentuk linier berganda. Sebelum dianalisis dengan model linear berganda, sebelumnya dilakukan uji terlebih dahulu apakah data faktor produksi dan hasil produksi usahatani kentang yang digunakan memiliki hubungan yang linear atau tidak, sehingga diketahui tidak ada penyimpangan pada model regresi. Setelah uji linieritas, dilanjutkan dengan uji asumsi klasik mencakup uji multikoliniertas, heteroskedisitas dan autokorelasi.

5.2.1. Uji Linearitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan linear secara signifikan antara 2 variabel, yaitu antara produksi dengan bibit, produksi dengan pupuk alami, produksi dengan pupuk kimia, produksi dengan insektisida, produksi dengan insektisida dan produksi dengan tenaga kerja. Untuk mengetahui apakah ada hubungan linear diketahui lewat hipotesis sebagai berikut : Ho : tidak ada hubungan linear antara bibit, pestisida, pupuk, tenaga, kerja terhadap hasil produksi usaha tani kentang H1 : ada hubungan linear antara bibit, pestisida, pupuk, tenaga, kerja terhadap hasil produksi usaha tani kentang Dengan kriteria uji, bila : 3. Signifikansi linearity α 0,05, maka H1 diterima Universitas Sumatera Utara 4. Signifikansi linearity α 0,05, maka H0 diterima Hasil uji linearitas yang ditampilkan berikut ini diperoleh dengan menggunakan software SPSS 16 masing-masing dalam taraf kepercayaan 95. Tabel 5.2.1 Nilai Signifikansi Linearitas antara Bibit, Pupuk Alami, Pupuk Kimia, Insektisida, Fungisida dan Tenaga Kerja terhadap Produksi Hubungan Linearitas Nilai Signifikansi Linearity bibit-produksi 0.000 pupuk alami-produksi 0.000 pupuk kimia-produksi 0.000 insektisida-produksi 0.001 fungisida-produksi 0.046 tenaga kerja-produksi 0.001 Sumber : Lampiran 14 Dari tabel di atas dapat dilihat nilai signifikansi linearity masing-masing faktor produksi bibit, pupuk alami, pupuk kimia, insektisida, fungisida dan tenaga kerja sebesar 0,00-0,046 dengan kata lain lebih kecil dari 0,05. Ini menandakan bahwa antara faktor produksi dengan hasil produksi usahatani kentang berhubungan secara linear.

5.2.2. Uji Asumsi Klasik

Uji klasik ini dapat dikatakan sebagai kriteria ekonometrika untuk melihat apakah hasil estimasi memenuhi dasar linear klasik atau tidak. Uji asumsi klasik ini dibagi dalam 3 bagian yaitu multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi yang dijelaskan sebagai berikut : a. Uji Multikolinearitas Menurut Gujarati 2003 dalam Widyananto 2010 multikolinearitas berarti ada hubungan linear korelasi yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Model regresi yang baik Universitas Sumatera Utara seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Ada atau tidaknya multikolinearitas pada model regresi terlihat dari nilai tolerance dan VIF Variance Inflaction Factor. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas maka diuji melalui hipotesis berikut. Ho : tidak ada terdapat multikolinearitas pada model regresi yang digunakan H1 : terdapat multikolinearitas pada model regresi yang digunakan Kriteria uji dilihat dari nilai tolerance dan nilai VIF Variance Inflaction Factor. Bila : Nilai tolerance 0,1, maka H1 diterima Nilai tolerance 0,1, maka H0 diterima Bila : Nilai VIF 10, maka H0 diterima Nilai VIF 10, maka H1 diterima Berikut ini ditampilkan tabel hasil uji multikolinieritas masing-masing faktor produksi. Tabel 5.2.2a Hasil Uji Multikolinearitas masing-masing Faktor Produksi Usahatani Kentang Model Collinearity statistics Tolerance VIF Bibit 0.493 2.030 Pupuk Alami 0.641 1.561 Pupuk Kimia 0.544 1.838 Insektisida 0.780 1.281 Fungisida 0.655 1.526 Tenaga Kerja 0.498 2.006 Sumber : Lampiran 15 Dari tabel di atas dapat dilihat nilai tolerance dan VIF faktor produksi bibit, pupuk alami, pupuk buatan, insektisida, fungisida dan tenaga kerja masing-masing lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF dari masing-masing faktor produksi lebih kecil Universitas Sumatera Utara dari 10. Hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada model regresi tersebut. b. Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Menurut Ghozali 2005 dalam Widyananto 2010, dasar dari analisis grafik scatterplot tersebut adalah jika terdapat pola tertentu dan teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas, sedangkan jika tidak ditemui pola yang jelas, yaitu titik- titiknya menyebar, maka diindikasikan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Berikut gambar scatterplot yang akan menunjukkan ada atau tidak heteroskedastisitas. Gambar 5.2.2b Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Sumber : Lampiran 15 Dari gambar di atas, diketahui bahwa titik-titik telah menyebar, tidak membentuk pola tertentu yang mengumpul. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model regresi diindikasikan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara

c. Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson DW. Bila nilai Durbin Watson DW berada di antara du dan 4- du maka model regresi tersebut dinyatakan bebas dari masalah autokorelasi Widyananto, 2014. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas maka di uji melalui hipotesis berikut. Ho : tidak ada terdapat autokorelasi pada model regresi yang digunakan H1 : terdapat autokorelasi pada model regresi yang digunakan Dengan kriteria uji : Universitas Sumatera Utara Berikut ini diperlihatkan hasil uji autokorelasi antar variable yang digunakan. Tabel 5.2.2c Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Mod el R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin- Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .771 a .594 .547 .58038 .594 12.683 6 52 .000 1.954 a. Predictors: Constant, TENAGA KERJA, INSEKTISIDA, PUPUK ALAMI, FUNGISIDA, PUPUK KIMIA, BIBIT b. Dependent Variable: PRODUKSI Sumber : Lampiran 15 Tabel 5.2.2c menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson DW sebesar 2,022. Sedangkan dari tabel distribusi DW dengan α = 5, n = 60, dan k = 6 diperoleh nilai du sebesar 1,76711 dan 4-du sebesar 2,23289 serta dl sebesar 1,40832 dan 4-dl sebesar 2, 59165. Dengan demikian du d 4-du atau 1,76 1,95 2,23, hal ini menunjukkan bahwa model regresi tidak terdapat masalah autokorelasi. Setelah uji asumsi klasik dilakukan maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi pada model regresi pada penelitian ini, maka analisis regresi linear berganda dapat dilanjutkan. Berikut hasil yang diperoleh dari analisis regresi linear berganda. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2. Nilai Regresi dan Variabel Input Produksi Usahatani Kentang di Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, 2014 No. Input Produksi Xi Unstandardized Coefficients B t-hitung Significant Constant 3,724 5,858 1 Bibit X1 0,264 2,338 0,023 2 Pupuk alami X2 0,221 2,446 0,018 3 Pupuk kimia X3 0,005 0,037 0,971 4 Insektisida X4 0,112 1,477 0,146 5 Fungisida X5 -0,055 -0,620 0,538 6 Tenaga kerja X6 0,152 2,489 0,016 R Square = 0,594 F Hitung = 12,683 t tabel = 2,01 F tabel = 2,28 Sumber : Lampiran 16 Tabel 5.2 menunjukkan koefisien determinasi R 2 sebesar 0,594 yang menandakan bahwa variabel tidak bebas Y pada model dijelaskan oleh variabel bebas Xi secara bersama-sama sebesar 59,4 dan sisanya sebesar 40,6 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model. Selain itu diperoleh hasil analisis faktor produksi yang mempengaruhi produksi dimasukkan ke dalam persamaan fungsi Cobb Douglas sebagai berikut : Ln Y = 3,724+0,264LnX1+0,221LnX2+0,005LnX3+0,112LnX4-0,055LnX5+0,152LnX6+e u Y= 3,724X1 0,264 X2 0,221 X3 0,005 X4 0,112 X5 -0,055 X6 0,152 Dari persamaan di atas dapat diketahui masing-masing koefisien tiap faktor produksi, apabila tiap koefisien dijumlahkan akan menunjukkan nilai Return to Scale Skala Pengembalian, apabila nilai RTS 1 maka terjadi Increasing Return to Scale, jika RTS = 1 maka terjadi Constant Return to Scale dan RTS 1 maka terjadi Decreasing Return to Scale. Universitas Sumatera Utara Sehingga dapat diketahui, RTS = 0,264+0,221+0,005+0,112-0,055+0,152 = 0,699 Dari hasil perhitungan diatas maka didapat 0,699 1 menunjukkan terdapat Decreasing Return to Scale, yang artinya ketika semua faktor produksi bibit, pupuk alami, pupuk kimia, insektisida, fungisida dan tenaga kerja dinaikkandigandakan sebesar 2 kali maka penambahan produksi yang hanya sebesar 2 0,699 . Sehingga usaha tani ini tidak mampu memberikan nilai tambah dikarenakan proporsi penggunaan input faktor produksi terlalu berlebihan, tidak proporsional dengan penambahan output produksi. Dari persamaan di atas dapat juga diinterpretasikan pengaruh faktor produksi secara serentak dan parsial. Pengaruh faktor produksi terhadap produksi secara serempak melalui nilai F hitung F tabel pada taraf kepercayaan 95 12,683 2,28 yang artinya bahwa bibit, pupuk alami, pupuk kimia, insektisida, fungisida dan tenaga kerja secara bersama-sama keseluruhan berpengaruh nyata terhadap produksi kentang. Jika dilihat dari hasil uji-t, diperoleh t hitung t tabel pada taraf kepercayaan 95 yang berpengaruh nyata terhadap produksi adalah bibit, pupuk alami dan tenaga kerja. Sementara yang tidak berpengaruh secara parsial adalah pupuk kimia, insektisida dan fungisida. Universitas Sumatera Utara

5.3. Tingkat Efisiensi Teknis, Harga dan Ekonomi pada Usahatani Kentang