Metode Pengumpulan Data Multikolearitas Heteroskedastisitas

Ajibuhara yang paling banyak menanam komoditas kentang dengan jumlah petani 60 KK, sementara 2 desa lainnya Ajimblang dan Ajijulu memiliki petani kentang di daerah tersebut tidak mencapai 50 KK. Sehingga ditentukanlah sampel dalam penelitian ini di Desa Ajibuhara secara sensus, yaitu 60 KK.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan cara wawancara kepada petani yang menjadi sampel secara langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Data primer yang digunakan antara lain meliputi: data penggunaan faktor produksi usaha tani kentang, dan jumlah produksi dalam satu kali musim tanam kentang.

3.4. Metode Analisis Data

Data-data yang diperoleh dari data primer diolah dan dianalisis dengan metode kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi dan efisiensi produksi ubi jalar di Desa Ajibuhara. Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan program SPSS 16 dan Frontier 4.1. ProgramFrontier versi 4.1 digunakan untuk mendapatkan estimasi nilai parameter dari maximum-likelihood untuk model fungsi produksi stochastic frontier. Berikut bagan dalam menganalisis data dalam penelitian ini : Universitas Sumatera Utara Keterangan : Y = produksi C = total biaya produksi X1-X6 = faktor produksi secara berturut-turut : bibit, pupuk alami, pupuk kimia, insektisida, fungisida, tenaga kerja P1-P6 = harga tiap faktor produksi secara berturut-turut : bibit, pupuk alami, pupuk kimia, insektisida, fungisida, tenaga kerja Gambar 3.4. Bagan Metode Analisis Data Ln Y= lnbo + b1lnx1+ b2lnx2 + b3lnx3 +b4lnx4 +b5lnx5 + b6lnx6 Ln C= ln Y + d1lnP1+ d2lnP2 + d3lnP3 +d4lnP4 +d5lnP5 + d6lnP6 B1,b2,b3,b4,b5,b6 diestimasi dengan OLS Frontier Production Function B1,b2,b3,b4,b5,b6 diestimasi dengan MLE Mean Efficiency d1,d2,d3,d4,d5,d6 diestimasi dengan OLS B1,b2,b3,b4,b5,b6 diestimasi dengan MLE Frontier Cost Function Mean Efficiency Efisiensi Teknik Efisiensi Harga Efisiensi Ekonomis Universitas Sumatera Utara

3.4.1. Uji Linearitas

Uji linearitas merupakan salah satu uji persyaratan analisis atau uji asumsi statistik yang bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis regresi linear Anonimous, 2013 3.4.2. Uji Asumsi Klasik Menurut Gujarati 2003 dalam Widyananto 2010, sebelum dilakukan estimasi model regresi berganda, data yang digunakan harus dipastikan terbebas dari penyimpangan asumsi klasik untuk multikolinearitas, heteroskesdasitas, dan autokorelasi. Uji klasik ini dapat dikatakan sebagai kriteria ekonometrika untuk melihat apakah hasil estimasi memenuhi dasar linear klasik atau tidak. Dengan terpenuhinya asumsi asumsi klasik ini maka estimator OLS dari koefisien regresi adalah penaksir tak bias linear terbaik Best Linear Unbiazed Estimator. Setelah data dipastikan bebas dari penyimpangan asumsi klasik, maka dilanjutkan dengan uji hipotesis dan kemudian dilakukan uji efisiensi sehingga tujuan penelitian yang kedua dapat terjawab, yakni untuk menghitung tingkat efisiensi teknis penggunaan faktor produksi pada usahatani. Persamaan yang diperoleh dari sebuah estimasi dapat dioperasikan secara statistik jika memenuhi asumsi klasik, yaitu memenuhi asumsi bebas multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Pengujian asumsi klasik ini dilakukan dengan bantuan software SPSS 16.0 for Windows. Universitas Sumatera Utara

a. Multikolearitas

Menurut Gujarati 2003 dalam Widyananto 2010 multikolinearitas berarti ada hubungan linear korelasi yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya di atas 0,90, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. 2. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari 1 nilai tolerance dan lawannya 2 variance inflation factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai nilai VIF yang tinggi karena VIF = 1tolerance. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10 Widyananto, 2010

b. Heteroskedastisitas

Imam Ghozali 2005 dalam Widyananto 2010 menyatakan uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Universitas Sumatera Utara Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskesdastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual Y prediksi ─ Y sesungguhnya yang telah di-studentized. Dasar analisis : a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskodastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas Widyananto, 2010

c. Autokorelasi