BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Rusaknya ekosistem mangrove sangat erat terkait dengan rendahnya kapasitas
perencanaan daerah dalam mengelola wilayah pesisir di pantai Timur Sumatera Utara.
2. Kondisi sosial ekonomi masyarakat pantai Timur Sumatera Utara dengan
indikator kondisi rumah, pendidikan, penghasilan, pengeluaran, kepemilikan rumah, kepemilikan lahan tambak dan kepemilikan kerambajaring apung,
termasuk pada kategori rendah. Rendahnya kondisi sosial ekonomi ini terkait erat dengan rendahnya kapasitas perencanaan daerah dalam mengelola wilayah pesisir
di pantai Timur Sumatera Utara. 3.
Kondisi sosial budaya masyarakat pantai Timur Sumatera Utara dengan indikator penilaian terhadap ekosistem mangrove dengan parameter persepsi terhadap
kawasan mangrove, nilai sosial mengenai mangrove dan larangan dalam pengelolaan ekosistem mangrove, serta rendahnya konflik sosial dan keberadaan
norma agama dalam termasuk kategori cukup baik. Kondisi ini kurang terkait dengan rendahnya kapasitas perencanaan daerah yang rendah dalam mengelola
pesisir pantai Timur Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
4. Kondisi pola pemanfaatan terhadap sumberdaya alam dengan indikator pola
pemanfaatan ekosistem mangrove dan persepsi masyarakat terhadap kerusakan ekosistem mangrove, sumberdaya laut dan kawasan pesisir termasuk kategori
cukup baik. Namun untuk indikator pemanfaatan sumberdaya laut dan kawasan pesisir termasuk kategori rendah. Kondisi ini kurang terkait dengan kapasitas
perencanaan dalam pengelolaan wilayah pesisir yang rendah. 5.
Tidak ada perbedaan yang signifikan kondisi sosial ekonomi, sosial budaya, dan pola pemanfaatan sumberdaya alam pesisir antara desa dengan program MCRMP
dan desa tidak melaksanakan program MCRMP. 6.
Berdasarkan metode AHP diperoleh prioritas strategi yang harus dilakukan dalam rangka pengembangan kapasitas perencanaan pengelolaan wilayah pesisir, yaitu:
a. Elemen SDM merupakan prioritas pertama dalam alternatif pengembangan
kapasitas perencanaan pengelolaan wilayah pesisir pantai Timur Sumatera Utara, disusul oleh kerjasama, aturan dan organisasi. Menempatkan SDM
sebagai prioritas utama dalam alternatif pengembangan kapasitas perencanaan tentunya diarahkan pada peningkatan kompetensi, peningkatan pendapatan
serta pembinaan karir dan kemampuan SDM secara teratur dan terukur. b.
Kriteria pengembangan kapasitas perencanaan wilayah pesisir pantai Timur Sumatera Utara adalah elemen ekonomi, elemen sosial, dan elemen ekologi.
Ini artinya ketiga elemen ini menjadi bagian penting ketika upaya pengembangan kapasitas perencanaan wilayah pesisir akan dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
c. Alternatif strategi kebijakan yang harus dilakukan agar tercapainya
pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu dan berkelanjutan yang bisa dipraktekkan untuk kawasan pesisir Timur Sumatera Utara adalah sebagai
berikut: i.
Perlunya dilakukan upaya mendekatkan akses modal kepada masyarakat untuk memberi nilai tambah produksinya;
ii. Perlunya mendorong stakeholder yang terkait dengan proses pemanfaatan
kawasan pesisir untuk membentuk asosiasikoperasi nelayan untuk mengatasi sistem rantai pemasaran produk perikanan;
iii. Mendorong Pemerintah dan stakeholder lainnya untuk mengadakan
pelatihan manajemen usaha perikanan skala rumah tangga; iv.
Diperlukan upaya bersama untuk memberdayakan LSM, PTSekolah Lembaga Pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan wilayah pesisir; v.
Mengadopsi normanilai tradisional yang ada dalam masyarakat ke dalam Perda pengelolaan wilayah pesisir;
vi. Mengadakan pelatihan tentang hukum lingkungan. Konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistem serta UU Perikanan bagi aparat penegak hukum;
vii. Membuat kesepakatan bersama tentang kewenangan pengelolaan wilayah
pesisir;
Universitas Sumatera Utara
viii. Mengembangkan pola pemanfaatan hutan mangrove berwawasan
lingkungan; ix.
Meningkatkan kemampuan staf teknis dan masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan pencemaran;
x. Mengembangkan program penanganan sampah untuk desa dalam
pengelolaan pesisir; xi.
Menerbitkan Perda dan mengawasi pelaksanaan Perda pengelolaan wilayah pesisir.
6.2. Saran