Kabupaten Langkat KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI

Tabel 3.1. Kota dan Kabupaten yang Terletak di Pesisir Pantai Timur Sumatera Utara No. KabupatenKota Letak Jumlah Kecamatan Jumlah Desa Kel. 1. Langkat 3 14’ – 4 13’ LU dan 97 52’ – 98 45’ BT 20 260 2. Medan 2 27’ – 2 47 LU dan 98 35’- 98 44’ BT 21 151 3. Deli Serdang 2 57 – 3 16 LU dan 98 33’ – 99 27’ BT 22 394 4. Serdang Bedagai 2 57’ – 3 16’ LU dan 98 33’ – 99 27’ BT 11 243 5. Asahan termasuk Batubara 2 03’ – 3 26’ LU dan 97 01’ – 100 00’ BT 20 271 6. Tanjung Balai 2 58’ – 3 26’ LU dan 99 – 99 48’ BT, 6 30 7. Labuhan Batu 1 26’ – 2 06’ LU dan 97 07’ – 98 53’ BT 22 242 Sumber: BPS, 2007.

3.1. Kabupaten Langkat

3.1.1. Letak Geografis dan Administrasi

Kabupaten Langkat adalah salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan catatan saat ini ada 14 kabupatenkota di Propinsi Sumatera Utara dan ada 8 kabupatenkota yang merupakan wilayah pesisir yaitu Kabupaten Langkat, Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Batubara, Kabupaten Asahan, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Labuhan Batu yang terletak di pesisir Timur Propinsi Sumatera Utara. Sedangkan di Pantai Barat, kabupaten yang memiliki garis pantai adalah adalah Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Kota Sibolga, Nias Utara dan Nias Selatan. Universitas Sumatera Utara Kabupaten Langkat secara geografis berada pada koordinat 30 14’ – 40 13’ LU dan 970 52’ – 980 45’. Ibukota Kabupaten Langkat adalah Stabat. Luas wilayah Kabupaten Langkat sekitar 6.263,26 km 2 termasuk Pulau Sambilan. Batas-batas administratif Kabupaten Langkat ini adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yaitu Kabupaten Aceh Tamiang dan Selat Malaka, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh TenggaraTanah Alas. Saat ini, Kabupaten Langkat terbagi atas 20 kecamatan yang terdiri atas 226 desa dan 34 kelurahan. Bila dilihat dari data yang ada sebelum tahun 2007, terlihat bahwa kecamatan yang dimekarkan adalah Kecamatan Padang Tualang menjadi 4 kecamatan 3 kecamatan baru dan satu kecamatan induk. Dari 20 kecamatan yang ada, terdapat 8 kecamatan pesisir. Berdasarkan data tahun 2000 yang dipublikasi oleh PKSPL-IPB terdapat 42 desa pesisir di Kabupaten Langkat. Secara umum delapan kecamatan pesisir tersebut adalah Kecamatan Secanggang, Tanjung Pura, Gebang, Babalan, Sei Lepan, Brandan Barat, Besitang dan Pangkalan Susu. Berdasarkan laporan Pemerintah yang dimuat dalam situs resmi Pemerintah Kabupaten Langkat diketahui bahwa kedelapan kecamatan yang terletak di pesisir tersebut cenderung menjadi sentra penghasil produk budidaya perairan dan produk tangkapan dari laut. Potensi pantai yang ada di Langkat sangat sesuai untuk pengusahaan perikanan terutama udang dan ikan air dalam Kerapu. Selama dekade terakhir, usaha tambak udang dan tambak ikan konsumsi lainnya telah menjadi Universitas Sumatera Utara primadona yang dikembangkan oleh pengusaha dan masyarakat. Kabupaten Langkat memiliki laut yang sangat ideal untuk budidaya ikan kerapu dan telah pula diusahai oleh beberapa investor. Melihat tingginya permintaan terhadap daging ikan kerapu, maka prospek usaha tambak ikan kerapu layak dikembangkan di Kabupaten Langkat. Lokasi potensial budidaya ikan kerapu adalah Pulau Sembilan di Kecamatan Pangkalan Susu dan Pulau Kampar di Kecamatan Secanggang. Untuk lebih jelasnya tentang kondisi desakelurahan di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut. Tabel 3.2. Pembagian Wilayah Kabupaten Langkat Tahun 2006 Jumlah Desa Kelurahan No Kecamatan Desa Kelurahan Luas Wilayah Ha 1 Bahorok 21 1 95.510 2 Salapian 24 1 46.990 3 Sei Bingei 15 1 33.845 4 Kuala 17 1 19.476 5 Selesai 12 1 15.208 6 Binjai 6 1 4.955 7 Stabat 6 4 9.064 8 Wampu 12 1 19.375 9 Batang Serangan 7 1 93.490 10 Sawit Seberang 4 1 43.507 11 Padang Taualang 9 1 27.491 12 Hinai 11 1 11.428 13 Secanggang 14 1 24.873 14 Tanjung Pura 18 1 16.578 15 Gebang 9 1 16.299 16 Babalan 4 4 10.180 17 Sei Lepan 9 5 30.681 18 Brandan Barat 5 2 9.200 19 Besitang 8 3 71.048 20 Pangkalan Susu 15 2 27.131 Total 226 34 626.329 Sumber: BPS, 2007. Universitas Sumatera Utara

3.1.2. Karakteristik Topografi dan Klimatologi

Kabupaten Langkat berdasarkan topografinya memiliki ketinggian 0 - 3.010 meter di atas permukaan laut dpl. Wilayah ini terbagi menjadi daerah rawa, dataran rendah, daerah lipatan dan pegunungan. Puncak tertinggi berada di Gunung Bandahara yaitu 3.010 meter. Secara umum topografi Kabupaten Langkat dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu: 1. Pesisir dengan ketinggian 0 sampai 4 meter di atas permukaan laut dpl, yaitu meliputi Kecamatan Secanggang, sebagian Kecamatan Tanjung Pura, Gebang, Babalan, Pangkalan Susu dan Besitang. 2. Dataran rendah dengan ketinggian 4-300 meter dpl yang meliputi Kecamatan Stabat, Selesai, sebagian Kecamatan Sei Binjai, sebagian Kecamatan Tanjung Pura dan Padang Tualang. 3. Dataran tinggi dengan ketinggian 300 meter dpl, meliputi sebagian kecil Kecamatan Bahorok, Salapian, Kuala dan sebagian Kecamatan Sei Bingai. Iklim di wilayah pesisir Kabupaten Langkat dipengaruhi oleh sistem angin muson yang berubah arah sesuai dengan kedudukan matahari terhadap bumi. Pada musim penghujan November – Februari bertiup angin muson Utara – Timur Laut dan pada musim kemarau Juni – September bertiup angin Selatan – Tenggara. Diantara kedua musim ini terdapat musim peralihan pancaroba di mana arah angin sangat bervariasi karena arahnya akan berubah. Perubahan musim yang menyertai perubahan arah angin sangat berperan dalam tingginya curah hujan dan hari hujan. Curah hujan rata-rata per tahun di Kabupaten Langkat cukup tinggi, yaitu 2.000 – 3. Universitas Sumatera Utara 000 mmtahun. Berdasarkan laporan BPS 2007 pada tahun 2006 curah hujan tertinggi jatuh pada bulan Juni dan Agustus. Di bulan Oktober, curah hujan juga tinggi di mana saat tersebut biasanya bertiup angin muson Utara – Timur Laut. Di tahun yang sama, curah hujan minimum terjadi pada bulan Januari dan Februari. Sementara itu angin muson Selatan – Tenggara juga sering berbarengan dengan datangnya musim kemarau. Bila dilihat berdasarkan letak topografisnya, semakin ke arah pegunungan, curah hujan yang turun semakin tinggi. Berdasarkan data curah hujan dari Dinas PU Propinsi Sumatera Utara, pada periode 1987 sd 1993, curah hujan rata-rata per tahun di ketiga kecamatan pesisir, yakni Kecamatan Secanggang, Gebang dan Babalan adalah masing-masing 2.743,4 mmth, 1.624,2 mmth dan 1.974,96 mmth.

3.1.3. Kependudukan dan Kondisi Sosial Budaya

Kependudukan merupakan salah satu indikator kewilayahan yang cukup signifikan berkontribusi dalam memberikan gambaran pembangunan suatu wilayah. Banyaknya penduduk suatu wilayah akan berkorelasi positif terhadap keberadaan prasarana dan sarana kewilayahan, seperti pemukiman, transportasi, perhubungan, perdagangan, pendidikan dan sebagainya. Karena semakin banyak penduduk yang bermukim di suatu wilayah, maka semakin banyak pula prasarana dan sarana yang dapat dijumpai di sekitar wilayah tersebut. Dari gambaran kependudukan besaran populasinya juga dapat ditentukan kepadatan penduduk suatu wilayah yang dihitung melalui jumlah penduduk dengan luasan wilayahnya biasanya per kilometer persegi atau hektar. Undang-Undang Universitas Sumatera Utara Nomor 56 Prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Wilayah Pertanian menetapkan besaran tingkat kepadatan penduduk menjadi empat kelompok. Pengelompokan tingkat kepadatan penduduk tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Pengelompokan Tingkat Kepadatan Penduduk No KriteriaKategori Indikator 1. Sangat Padat Apabila tingkat kepadatan penduduk lebih dari 400 jiwakm 2. Cukup Padat Apabila tingkat kepadatan penduduk berkisar antara 251-400 jiwakm 3. Kurang Padat Apabila tingkat kepadatan penduduk berkisar antara 51-250 jiwakm 4. Tidak Padat Apabila tingkat kepadatan penduduk kurang dari 50 jiwakm Sumber: Bappedasu, 2002. Bila merujuk pengelompokan tingkat kepadatan yang dimuat pada tabel di atas, maka berdasarkan data proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Langkat tahun 2006 hanya ada 4 kabupaten yang memiliki tingkat kepadatan sangat padat yaitu; Selesai 436,19 jiwakm 2 , Kecamatan Binjai 805,17 jiwakm 2 , Stabat 892,82 jiwakm 2 , Hinai 400,60 jiwakm 2 , Tanjung Pura 416,64 jiwakm 2 dan Babalan 609,73 jiwakm 2 . Sementara itu, kondisi kecamatan lain terutama yang berada di pesisir cenderung masuk dalam kategori Kurang Padat dan Cukup Padat. Pun demikian terdapat dua kecamatan di pesisir yang masuk dalam kategori sangat padat yaitu Tanjung Pura dan Babalan. Gambaran lengkap tentang luas dan kepadatan penduduk delapan kecamatan pesisir di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 3.4. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.4. Luas dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Pesisir di Kabupaten Langkat Tahun 2006 No Kecamatan Pesisir Luas Wilayah Km Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan Penduduk JiwaKm Kategori Tingkat Kepadatan 1 Secanggang 248,73 66.675 268,06 Cukup Padat 2 Tanjung Pura 165,78 69.071 416,64 Sangat Padat 3 Gebang 162,99 46.679 286,39 Cukup Padat 4 Babalan 101,80 62.071 609,73 Sangat Padat 5 Sei Lepan 306,81 52.308 170,49 Kurang Padat 6 Brandan Barat 92,00 23.208 252,26 Cukup Padat 7 Besitang 710,48 63.505 89,38 Kurang Padat 8 Pangkalan Susu 217,31 54.626 201,34 Kurang Padat Sumber: BPS, 2007. Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Langkat terutama di kawasan pesisir yang tinggi terjadi karena banyak hal. Namun demikian besarnya potensi ekonomi yang bisa dikembangkan di kawasan pesisir menjadi faktor penarik yang mengundang orang untuk datang. Kecamatan yang terletak di pesisir amat layak dikembangkan sebagai sentra perekonomian berbasis hasil tangkapan laut dan budidaya perikanan. Berdasarkan data yang ada dipublikasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Utara, tahun 2007 produksi perikanan laut Kabupaten Langkat mencapai angka 21.332,7 ton. Sedangkan produksi hasil tangkapan di perairan umum mencapai 755 ton. Adapun jumlah rumah tangga perikanan yang ikut serta berkontribusi dalam proses produksi perikanan tangkap dan budidaya di Kabupaten Langkat di tahun yang sama adalah 5,563 RTPPP. Perkembangan suatu wilayah akan diwarnai dengan proses perubahan sosial ekonomi dan budaya masyarakatnya, terutama jika perkembangan wilayahnya diiringi dengan peningkatan jumlah penduduk yang juga diakibatkan adanya imigrasi penduduk. Fenomena ini akan berpengaruh terhadap Universitas Sumatera Utara proses akulturasi budaya antara masyarakat setempat dan masyarakat pendatang. Proses perubahan ini mempunyai dampak yang cukup signifikan terhadap kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Bilamana proses tersebut terjadi secara alami dengan daya adaptasi yang baik, maka proses transfer dan akulturasi akan berjalan damai. Namun bilamana proses tersebut tidak berjalan secara alami dan mempunyai daya tolak negatif, maka proses transfer dan akulturasi akan diwarnai dengan meningkatnya suhu kecemburuan taraf hidup, yang akan menimbulkan gejolak sosial. Namun demikian, corak budaya dan nilai-nilainya yang menjadi keberagaman struktur masyarakat, tidak menjadi halangan untuk secara bersama mengembangkan pembangunan wilayah di kabupaten ini. Bahkan proses akulturasi dan transfer sosial ekonomi masing-masing komponen suku bangsa dapat terjadi secara alami untuk saling melengkapi dan memenuhi. Kondisi sosial ekonomi masyarakat biasanya digambarkan oleh keadaan sarana dan prasarana pendidikan serta gambaran tingkat pendidikan masing-masing. Kondisi sosial – ekonomi masyarakat nelayan juga dapat dilihat dari tipologi rumah tangga nelayan. Hasil survey lapangan tipologi rumah tangga nelayan di Kabupaten Langkat disajikan pada Tabel 3.5. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.5. Tipologi Rumah Tangga Nelayan di Pesisir Kabupaten Langkat Karakteristik Rumah Tangga Nelayan Lokasi Kecamatan Pangkalan Susu dan Pangkalan Brandan termasuk desa-desa pesisirnya. Tempat Berusaha Laut lepas, kawasan pesisir muara sungai, daerah tambak. Faktor Produksi Luas perairan, lahan pertambakan, tenaga kerja, perahu, nelayan, mesin, alat tangkap jaring udang, gillnet, gillnet kecil, purse sein tuamang, pancing, dayung. Musim 23 hari dalam satu bulan dan tidak menentu. Waktu Kegiatan Dominan malam Bulan gelap, kadang- kadang siang hari Pekerjaan di Laur Kegiatan Utama Membetulkan jaring, home industry emping ikan, terasi. Tenaga Kerja Dominan laki-laki, dan anak laki-laki. Jenis Pekerjaan Pemilik Kapal, ABK, buruh nelayan, petambak udang. Bentuk Kegiatan Pada umumnya dilakukan secara bersama- sama. Adanya tipologi rumah tangga nelayan berguna untuk pengembangan sistem informasi tentang rumah tangga nelayan yang selama ini, namun belum merupakan prioritas dari badan penyedia data untuk disediakan. Dengan mengetahui tipologi rumah tangga nelayan ini, maka diharapkan mampu memberikan jawaban terhadap berbagai masalah yang muncul yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan nelayan di pesisir Kabupaten Langkat. Selanjutnya akan bermanfaat untuk penyusunan bahan perencanaan dan program-program yang berkaitan dengan perbaikan kehidupan nelayan di wilayah pesisir Kabupaten Langkat. Persoalan lain yang juga terkait dengan kondisi sosial budaya masyarakat adalah komposisi pembentuk masyarakat itu sendiri. Berdasarkan data yang Universitas Sumatera Utara dipublikasi BPS pada tahun 2007, diketahui bahwa pemeluk Agama Islam, Katolik, Protestan, Budha dan Hindu dapat dijumpai di kabupaten ini walau dengan persentase yang bervariasi. Kabupaten Langkat terkenal sebagai Culture Area masyarakat Melayu, namun berbagai suku bangsa lainnya seperti Karo, Toba, Mandailing dan lain-lain juga ada di Kabupaten Langkat. Kenyataan ini jelas memberi kontribusi bagi terbentuknya kondisi sosial yang dinamis. Tidak hanya di tingkat kabupaten, kehadiran pemeluk agama dan suku bangsa yang beragam juga ditemukan di kecamatan yang masuk dalam kawasan pesisir. Lebih jelas tentang hal ini dapat dilihat pada tabel distribusi suku bangsa dan agama berikut ini: Tabel 3.6. Persentase Penduduk di Kecamatan Pesisir Kabupaten Langkat Menurut Agama yang Dianut dan Suku Bangsa Hasil Sensus Tahun 2000 Sumber: BPS, 2007. Keterangan : a= Melayu b= Karo c= Simalungun d= Toba e= MandailingAngkola f = Pakpak g= Nias h= Jawa i= Minang j = Cina k= Aceh l= Lainnya Agama No Kecamatan Pesisir Islam Katolik Protestan Hindu Budha Lainnya 1 Secangggang 99,68 0,06 0,18 0,01 0,07 0,00 2 Tanjung Pura 95,11 0,25 0,79 0,17 3,68 0,00 3 Gebang 86,20 1,46 11,79 0,06 0,44 0,04 4 Babalan 85,17 1.12 11,16 0,02 2,52 0,00 5 Sei Lepan 92,80 1,68 4,47 0,02 0,87 0,15 6 Brandan Barat 97,92 0,22 1,72 0,03 0,10 0,00 7 Besitang 85,85 2,37 11,47 0,05 0,21 0,06 8 Pangkalan Susu 95,58 0,43 3,00 0,09 0,90 0,00 Suku Bangsa a b c d e f g h i j k l 1 Secangggang 20,06 0,35 0,03 0,53 0,92 0,00 0,06 63,95 0,25 0,10 0,70 13,05 2 Tanjung Pura 42,28 1,34 0,08 1,37 3,07 0,13 0,05 36,49 1,66 3,79 1,24 8,50 3 Gebang 18,28 2,50 0,03 13,21 2,22 0,04 0,19 53,37 0,91 0,57 1,74 6,94 4 Babalan 14,46 2,57 0,23 13,51 5,69 0,02 0,21 39,41 6,42 2,78 3,01 11,69 5 Sei Lepan 20,05 5,14 0,35 5,10 4,87 0,22 0,17 51,60 2,68 0,48 2,59 6,75 6 Brandan Barat 26,64 1,60 0,16 2,62 6,24 0,03 0,13 39,46 1,12 0,09 5,65 16,26 7 Besitang 13,13 4,01 0,18 13,90 4,62 1,36 0,25 49,77 0,80 0,24 6,55 5,18 8 Pangkalan Susu 15,40 1,84 0,05 4,13 3,87 0,07 0,16 39,31 2,66 0,80 20,01 11,68 Universitas Sumatera Utara 3 .2 . Kabupat en Deli Serdang

3.2.1. Letak Geografis dan Administrasi

Kabupaten Deli Serdang secara geografis terletak pada posisi 2 o 57” – 3 o 16” Lintang Utara dan 98 o 33” – 99 o 27” Bujur Timur. Menurut laporan tahunan, ketinggian wilayah kabupaten ini berkisar antara 0 – 1000 meter di atas permukaan laut. Walaupun demikian, sebagian wilayah kabupaten ini juga memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Saat ini, luas wilayah Kabupaten Deli Serdang adalah 2.497,72 km 2 atau lebih kurang sekitar 249.772 Ha. Dilihat dari letak dan kondisi geografisnya, secara administratif Kabupaten Deli Serdang memiliki batas-batas antara lain: Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka. Wilayah Kabupaten Deli Serdang mengelilingi Kota Medan yang terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desakelurahan yang telah definitif. Secara umum keduapuluh dua kecamatan tersebut tersebar mulai dari ketinggian 0 m sampai dengan 500 m di atas permukaan laut. Ini artinya di beberapa kecamatan terdapat lahan datar yang luas, sementara di kecamatan lain terdapat daerah dengan perbukitan. Mengingat sebagian wilayah kabupaten ini berbatasan langsung dengan Selat Malaka, maka secara otomatis pula terdapat beberapa kecamatan yang memiliki Universitas Sumatera Utara tepian pantai atau dapat dimasukkan dalam kawasan pesisir. Kecamatan yang memiliki garis pantai di Kabupaten Deli Sedang diantaranya adalah Kecamatan Hamparan Perak, Labuhan Deli, Percut Sei Tuan, Pantai Labu dan Beringin. Secara geografis, garis pantai yang dimiliki kabupaten ini membujur dari arah Tenggara menuju Barat Laut. Sebelum tahun 2004 jumlah kecamatan di Kabupaten Deli Serdang yang memiliki garis pantai jauh lebih banyak. Namun karena pada tahun 2004 terjadi pemekaran, maka beberapa kecamatan tersebut akhirnya menjadi bagian wilayah dari kabupaten baru yaitu Kabupaten Serdang Bedagai. Lebih jelas tentang data mengenai jumlah desakelurahan di masing-masing kecamatan yang ada di Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 3.7. Pembagian Wilayah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006 Jumlah Desa Kelurahan No Kecamatan Desa Kelurahan Luas Wilayah Km 2 1 Gunung Meriah 12 - 76,65 2 STM. Hulu 20 - 223,38 3 Sibolangit 30 - 179,96 4 Kutalimbaru 14 - 174,92 5 Pancur Batu 25 - 122,53 6 Namo Rambe 36 - 62,30 7 Biru-Biru 17 - 89,69 8 STM. Hilir 15 - 190,50 9 Bangun Purba 33 - 129,95 10 Galang 28 1 150,29 11 Tjg. Morawa 25 1 131,75 12 Patumbak 8 - 46,79 13 Deli Tua 3 3 9,36 14 Sunggal 17 - 92,52 15 Hamparan Perak 20 - 230,15 16 Labuhan Deli 5 - 127,23 17 Percut Sei Tuan 18 2 190,79 18 Batang Kuis 11 - 40,34 19 Pantai Labu 19 - 81,85 20 Beringin 11 - 52,69 21 Lubuk Pakam 6 7 31,19 22 Pagar Merbau 16 - 62,89 Total 389 14 2.497.72 Sumber: BPS, 2007.

3.2.2. Karakteristik Topografi dan Klimatologi

Berdasarkan topografinya, wilayah Kabupaten Deli Serdang tergolong dataran rendah, terutama pada wilayah pesisirnya. Elevasi muka tanah bervariasi antara 0 – 100 meter di atas muka laut pada zona antara garis pantai sampai jarak 3,5 km ke arah laut. Kemiringan daerah pesisir ini antara 0 – 5 atau 0 – 3. Ke arah darat dari wilayah pesisir, topografi Kabupaten Deli Serdang terdiri dari perbukitan, landai dan Universitas Sumatera Utara bergelombang dengan ketinggian sampai lebih 1000 meter dengan lereng bervariasi antara 15 – 40. Wilayah Daerah Kabupaten Deli Serdang bila dirinci menurut kemiringan dapat dibedakan atas: 1. Dataran hingga berombak kemiringan 0 – 2 seluas 230.726 hektar atau 52,46. 2. Berombak hingga bergelombang kemiringan 3 – 15 seluas 83.772 hektar atau 19,05. 3. Bergelombang hingga berbukit kemiringan 15 – 40 seluas 91.961 hektar atau 20,91. 4. Berbukit, pegunungan dan terjal kemiringan 40 ke atas seluas 33.335 hektar atau 7,58. Daerah Kabupaten Deli Serdang sebagian besar terletak di daerah Pantai Timur Sumatera Utara dan secara umum terletak pada ketinggian 0 – 100 meter di atas permukaan laut dpl. Pembagian wilayah Kabupaten Deli Serdang berdasarkan elevasi ketinggian dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Ketinggian 0 – 500 meter dpl seluas lebih kurang 412.858 hektar 93,88 terdapat di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Gunung Meriah. 2. Ketinggian 500 – 1000 meter dpl seluas lebih kurang 25.428 hektar 5,78, terdapat di Kecamatan Gunung Meriah, STM Hulu, STM Hilir dan Sibolangit. 3. Ketinggian 1000 meter ke atas seluas lebih kurang 1.508 hektar 0,34 terdapat di Kecamatan Gunung Meriah, STM Hulu dan Sibolangit. Universitas Sumatera Utara Dari perincian tersebut di atas dapat dilihat bahwa lebih kurang 945 wilayah Daerah Kabupaten Deli Serdang berada pada ketinggian 0 – 500 meter dpl, yaitu daerah yang dikategorikan sebagai daerah pantai atau dataran rendah. Seperti halnya pesisir Timur Sumatera Utara lainnya, iklim di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang juga dipengaruhi oleh arah tiupan angin yang berubah sesuai dengan perubahan musim. Secara umum, Kabupaten Deli Serdang beriklim tropis, yakni berkisar antara 1.500 – 5000 mmtahun. Curah hujan terendah terdapat di bagian Utara hingga ke arah pantai. Curah hujan semakin tinggi ke arah Selatan yakni ke daerah yang elevasinya makin tinggi dengan curah tertinggi terdapat di sekitar perbukitan. Berdasarkan data curah hujan dari tahun 1987 sd 1999 pada berbagai stasiun klimatologi, Dinas PU Propinsi Sumatera Utara menyajikan curah hujan rata-rata per tahun untuk kecamatan yang ada di wilayah pesisir termasuk yang ada di Deli Serdang adalah sebagai berikut: Pantai Labu 1.584,84, Percut Sei Tuan 1.584,84, Labuhan Deli 1.624,20 dan Hamparan Perak sebesar 1.624,20. Berdasarkan data tersebut, curah hujan di kecamatan pesisir Deli tergolong rendah.

3.2.3. Kependudukan dan Kondisi Sosial Budaya

Jumlah penduduk di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2006 adalah 1.634.115 jiwa yang terdiri dari 821.352 jiwa laki-laki dan 812.763 jiwa perempuan. Adapun jumlah rumah tangga di Kabupaten Deli Serdang ada sebanyak 357.137 dengan rata-rata dihuni oleh 5 jiwa. Rataan kepadatan penduduk adalah 654 Universitas Sumatera Utara jiwa per km 2 . Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 1990 sd 2000 adalah 1,58 per tahun dan periode tahun 2000 sd 2006 mengalami peningkatan menjadi 2,05. Secara umum, penyebaran penduduk di Kabupaten Deli Serdang hampir menyebar merata dengan melihat tingkat kepadatan penduduk yang terbilang tinggi. Khusus untuk kecamatan yang berada di pesisir Kabupaten Deli Serdang, bila kita menggunakan Undang-Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Wilayah Pertanian menetapkan besaran tingkat kepadatan penduduk menjadi empat kelompok, maka tingkat kepadatannya juga terbilang tinggi. Dengan melihat kondisi semacam ini, maka secara menyeluruh penyebaran penduduk di Kabupaten Deli Serdang yang berada di kawasan pesisir dapat dikategorikan sebagai daerah yang padat penduduknya Tabel 3.8. Tabel 3.8. Jumlah Penduduk, Kepadatan dan Sex Ratio di Wilayah Pesisir Deli Serdang Jenis Kelamin Penduduk No Kecamatan Luas km Lk Pr Jumlah Kepadatan JiwaKm 2 Status 1 Hamparan Perak 230,15 69.633 68.089 137.722 598 Sangat Padat 2 Labuhan Deli 127,23 27.027 26.360 53.387 420 Sangat Padat 3 Percut Sei Tuan 190,79 161.669 158.517 320.186 1678 Sangat Padat 4 Pantai Labu 81,85 21.752 20.866 42.618 521 Sangat Padat 5 Beringin 52,69 25.566 25.219 50.785 964 Sangat Padat Sumber: PBS Kabupaten Deli Serdang, 2007. Berdasarkan Tabel 3.8, kecamatan di pesisir yang memiliki tingkat kepadatan penduduk paling tinggi adalah Percut Sei Tuan yang mencapai 1678 jiwakm 2 , disusul oleh Kecamatan Beringin sebesar 964 jiwaKm 2 . Sedangkan, daerah yang tingkat kepadatannya paling rendah dibanding kecamatan yang lainnya adalah Kecamatan Labuhan Deli dengan tingkat kepadatan hanya 420 jiwakm 2 . Universitas Sumatera Utara Dilihat dari kelompok umur penduduknya, maka persentase penduduk Kabupaten Deli Serdang yang berusia 0 – 14 tahun menduduki peringkat dua sebesar 35,71. Sedangkan kelompok mayoritas adalah kelompok usia 15 – 64 tahun yang mencapai 60,33. Sedangkan kelompok usia yang terkecil adalah kategori di atas 65 tahun yang hanya 3,96. Bila melihat kondisi umur yang demikian, maka masyarakat Deli Serdang masuk dalam kategori potensial yaitu mayoritas berada pada usia produktif. Secara sosio-kultural masyarakat Deli Serdang merupakan masyarakat yang multietnik, yang terdiri dari etnik Melayu, Batak, Minangkabau, dan Jawa. Tidak ada data resmi tentang persentase masing-masing kelompok etnik. Namun demikian, pengamatan selama penelitian menunjukkan bahwa kemajemukan masyarakat Kabupaten Deli Serdang sangat mempengaruhi kedinamisan di sektor ekonomi. Tidak itu saja, secara sosiologis kondisi yang majemuk di masyarakat pesisir Deli Serdang telah menyebabkan terjadi interaksi sosial yang membentuk karakteristik khas masyarakat di daerah ini melalui proses akulturasi secara budaya dengan berbagai etnik yang ada. Tidak hanya itu, proses akulturasi kebudayaan juga telah terjadi dengan suku bangsa pendatang yang lain seperti Cina, India dan Pakistan. Keberadaan kelompok suku asing tersebut saat ini malah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan khas masyarakat Deli Serdang. Secara antropologis dan sosiologis, kehadiran kelompok suku lokal dan asing dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang telah menempatkan kelompok suku sebagai elemen yang ikut berkontribusi dalam pembentukan kebudayaan masyarakat Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara Di tinjau dari aspek keagamaan, di Kabupaten Deli Serdang dapat ditemukan berbagai penganut agama dengan variasi aliran yang berbeda. Pengembangan aspek keagamaan di kabupaten ini terlaksana dengan baik, di mana setiap penganut agama telah memiliki sarana ibadah walaupun beberapa diantaranya memerlukan bantuan untuk pembangunannya menjadi lebih baik. Guna meningkatkan sumberdaya manusia, di Kabupaten Deli Serdang diperlukan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan secara kualitas maupun kuantitas. Walaupun sarana fasilitas pendidikan di Kabupaten Deli Serdang saat ini sudah cukup memadai, namun diperlukan peningkatan kualitas pengelolaannya agar bisa menghasilkan sumberdaya manusia yang lebih berkualitas. 3 .3 . Kabupat en Asa ha n

3.3.1. Letak Geografis dan Administrasi

Kabupaten Asahan secara geografis berada pada koordinat 2 03’00’’ – 3 26’00’’ Lintang Utara dan 99 1’00’’ – 100 00” Bujur Timur dengan luas wilayah sekitar 4.624,41 km. Ketinggian wilayah Kabupaten Asahan menurut publikasi resmi pemerintah adalah 0 – 1000 meter di atas permukaan laut. Saat ini wilayah Kabupaten Asahan terbagi atas 20 wilayah kecamatan, 242 desa dan 34 kelurahan. Secara geografis, Kabupaten Asahan masuk dalam kategori wilayah pembentuk kawasan Pesisir Timur Sumatera Utara. Adapun batas administrasi Kabupaten Asahan antara lain: Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Simalungun. Universitas Sumatera Utara Sebelah Timur : Berbatasan dengan Selat Malaka. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayah pesisir Kabupaten Asahan mencapai 1.414,69 km 30,6 dari luas keseluruhan wilayah. Dari 20 wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Asahan sebanyak 8 kecamatan diantaranya merupakan kecamatan pesisir. Namun demikian, terhitung tahun 2007, sebagian kecamatan yang berada di pesisir Asahan menjadi bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Batu Bara. Kabupaten Batu Bara sendiri merupakan kabupaten baru yang merupakan hasil pemekaran Kabupaten Asahan sebagai induknya. Dalam narasi ini sebagian kecamatan yang dahulu berada dalam wilayah Kabupaten Asahan dan sekarang telah menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Batu Bara tersebut tetap akan diikutsertakan terutama kecamatan yang ada di pesisir. Untuk lebih jelas mengenai pembagian wilayah Kabupaten Asahan berdasarkan kecamatan dan desakelurahan yang ada dapat dilihat pada Tabel 3.9. berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.9. Pembagian Wilayah Kabupaten Asahan Tahun 2006 Jumlah DesaKelurahan No Kecamatan Desa Kelurahan Luas Wilayah Km 2 1 B.P. Mandoge 8 - 651,00 2 Bandar Pulau 18 - 735,00 3 Pulau Rakyat 12 - 250,99 4 Aek Kuasan 11 - 181,01 5 Sei Kepayang 17 - 464,00 6 Tanjung Balai 8 - 55,61 7 Simpang Empat 12 - 226,55 8 Air Batu 17 - 190,71 9 Buntu Pane 15 - 435,50 10 Meranti 18 - 284,96 11 Air Joman 10 1 155,00 12 Tanjung Tiram 11 1 173,79 13 Sei Balai 11 - 109,88 14 Talawi 12 1 89,80 15 Lima Puluh 26 1 239,55 16 Air Putih 12 1 72,24 17 Sei Suka 12 1 171,47 18 Medang Deras 12 2 65,47 19 Kisaran Barat - 13 32,96 20 Kisaran Timur - 12 38,92 Total 242 24 4624,41 Sumber: BPS, 2007. Kabupaten Asahan memiliki dua buah pulau yang saling berdekatan dan terletak di Selat Malaka dengan jarak 16 – 18 mil dari Bagan Asahan. Kedua pulau tersebut adalah Pulau Pandan dan Pulau Salah Nama. Kedua pulau, khususnya Pulau Pandan saat ini diproyeksikan sebagai salah satu potensi kepariwisataan bahari.

3.3.2. Karakteristik Topografi dan Klimatologi

Topografi Kabupaten Asahan bervariasi dari dataran rendah di wilayah pesisir sampai perbukitan ke arah daratan pedalaman. Elevasi wilayah pesisir, mulai dari garis pantai sampai menjorok ke daratan, bervariasi antara ketinggian 0 meter sampai 33 meter di atas muka laut rata-rata dengan kemiringan bervariasi antara 0 – 5 0 – 3. Seperti halnya Pantai Timur Sumatera Utara lainnya, semakin ke arah darat, elevasi dan kemiringan makin tinggi terutama pada daerah perbukitan yang bervariasi Universitas Sumatera Utara antara landai sampai bergelombang dengan lereng antara 15 – 40 dan ketinggian lebih dari 100 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Asahan dibagi dalam tiga klasifikasi daerah, yaitu Asahan Bawah, Asahan Tengah dan Asahan Atas. Asahan Bawah memiliki topografi dataran rendah yang ketinggiannya 0 – 25 meter dari permukaan laut dengan luas lebih kurang 242.841,91 hektar 52,52, meliputi Kecamatan Medang Deras, Talawi, Tanjung Tiram, Sei Balai, Air Joman, Tanjung Balai dan Sei Kepayang. Asahan Tengah memiliki topografi berbukit-bukit dan bergelombang dengan ketinggian 25 – 100 meter dari permukaan laut lebih kurang 121.233,58 hektar 26,22, meliputi Kecamatan Air Putih, Sei Suka, Lima Puluh, Kota Kisaran Barat, Kota Kisaran Timur, Meranti, Pulau Rakyat, Aek Kuasan, Simpang Empat dan Air Batu. Sedangkan Asahan Atas memiliki topografi daerah dataran tinggi dengan ketinggian 100 – 2.121 meter dari permukaan laut lebih kurang 98.365,51 hektar 21,27 meliputi Kecamatan Buntu Pane, Bandar Pulau dan Bandar Pasir Mandoge. Dari seluruh klasifikasi di atas, daerah yang merupakan wilayah pesisir didominasi oleh daerah Asahan Bawah dan hanya sebagian kecil yang berada pada daerah Asahan Tengah. Bila dilihat dari bentangan daratan pembentuk Kabupaten Asahan, maka dapatlah dipahami bahwa pembangunan wilayah Asahan Atas, Asahan Bawah, Tengah dan Atas bersifat genarsistik. Berdasarkan data lain yang juga diperoleh dari terbitan resmi Pemerintah diketahui bahwa wilayah Kabupaten Asahan yang memiliki ketinggian 0 – 7 m dpl memiliki persentase luas sekitar 28,56 dari total luas Universitas Sumatera Utara wilayah Kabupaten Asahan. Sementara itu, wilayah dengan ketinggian 7 – 25 mdpl dan 25 – 100 m dpl memiliki persentase luas 22,69 dan 23,60. Sedangkan daerah dengan ketinggian 100 – 500 mdpl dan 500 – 1000 mdpl memiliki persentase wilayah sekitar 15,89 dan 4,27 bila dibandingkan dengan total keseluruhan wilayah yang ada. Kondisi iklim di Kabupaten Asahan juga tidak berbeda dengan Pesisir Timur Sumatera Utara secara keseluruhan. Secara umum, iklim wilayah Asahan tergolong tropis. Sistem angin muson yang berubah arahnya sesuai dengan posisi bumi terhadap matahari sangat berperan dalam mempengaruhi kondisi iklim. Saat musim hujan November – Februari, angin bertiup dari Utara – Timur dengan membawa uap air tinggi sehingga curah hujan tinggi. Sementara saat angin bertiup dari Selatan – Tenggara Juni – September curah hujan rendah, karena angin kering sehingga disebut musim kemarau. Diantara kedua musim tersebut, terdapat musim peralihan pancaroba dengan arah angin yang bervariasi sebagai akibat akan berubahnya arah angin. Berdasarkan data dari instansi terkait, curah hujan untuk seluruh Kabupaten Asahan pada tahun 2006 berkisar 2.164 mm dengan hari hujan sebanyak 126 hari. Sementara itu, data curah hujan dari tahun 1987 sd 1996 pada berbagai Stasiun Klimatologi di Kabupaten Asahan, curah hujan rata- rata pada kecamatan pesisir yakni Kecamatan Tanjung Tiram, Talawi dan Medang Deras, masing- masing sebesar 2.282,73 mmth, 2.282,73 mmth dan 1.304,04 mmth. Universitas Sumatera Utara

3.3.3. Kependudukan dan Kondisi Sosial Budaya

Penduduk Kabupaten Asahan sampai tahun 2006 tercatat sebanyak 1.038.554 jiwa, terdiri dari 522.623 laki-laki dan 515.931 perempuan BPS Kabupaten Asahan, 2007. Dengan Jumlah demikian, maka rasio perbandingan laki-laki dengan perempuan senilai 101,30, dengan jumlah rumah tangga 230.932 KK. Artinya jumlah jiwa di masing-masing rumah tangga berkisar 4-5 orang 4,53 untuk setiap kepala keluarga. Dilihat dari sudut demografis, kepadatan penduduk di masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Asahan sangat bervariasi. Namun demikian, secara keseluruhan tingkat kepadatan di kabupaten ini masuk dalam kategori kurang padat dengan jumlah hanya 225 jiwakm 2 . Kategori kurang padat digunakan merujuk pada pengelompokan tingkat kepadatan penduduk sesuai dengan UU No. 56 Prp1960 dengan kondisi yang demikian, maka masih tersedia lahan luas yang potensial untuk dikelola guna peningkatan kesejahteraan penduduk Asahan. Kurang padatnya penduduk di Asahan menjadi indikator bahwa tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Asahan terbilang rendah. Berdasarkan data proyeksi di tahun 2006, laju pertumbuhan penduduk Asahan hanya 1,75. Data tentang laju pertumbuhan penduduk pada periode 1990-2000 hanya menunjukkan angka 0,58. Bila pada bagian sebelumnya sudah diceritakan bahwa tingkat kepadatan untuk seluruh Kabupaten Asahan masuk dalam kategori kurang padat, maka kondisi yang sama tampaknya tidak berlaku secara merata untuk tiap kecamatan pesisir yang Universitas Sumatera Utara ada di Asahan. Berdasarkan data yang ada, dari 20 kecamatan terdapat 8 kecamatan yang memiliki garis pantai dan kedelapan kecamatan tersebut masuk dalam kategori sebagai wilayah pembentuk kawasan pesisir Asahan. Lebih jelas tentang kondisi kependudukan di masing-masing kecamatan pesisir di Asahan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.10. Jumlah Penduduk, Kepadatan dan Status Kepadatan Wilayah Pesisir Asahan Jenis Kelamin Penduduk No Kecamatan Luas Km 2 Lk Pr Jumlah Rata-rata Kepadatan JiwaKm 2 Status 1. Air Joman 155,00 30122 29693 59815 386 Cukup Padat 2. Tanjung Tiram 173,79 30442 29271 59713 344 Cukup Padat 3. Sei Balai 109,88 17257 17563 34820 317 Cukup Padat 4. Talawi 89,80 27745 27051 54796 610 Sangat Padat 5. Lima Puluh 239,55 42899 42628 85527 357 Cukup Padat 6. Tanjung Balai 55,61 17141 16962 34103 613 Sangat Padat 7. Sei Suka 171,47 26230 25595 51825 302 Cukup Padat 8. Medang Deras 65,47 23122 22557 45679 698 Sangat Padat Sumber: BPS Kabupaten Asahan, 2007. Berdasarkan tabel di atas terlihat dengan jelas bahwa untuk kawasan di pesisir, wilayah Kecamatan Medang Deras pada tahun 2006 merupakan kecamatan dengan kepadatan tertinggi yaitu sebanyak 698 Jiwakm 2 . Adapun kecamatan terpadat sesudahnya adalah Kecamatan Tanjung Balai, Talawi dan berturut-turut Air Joman, Lima Puluh, Tanjung Tiram, Sungai Balai dan yang terendah adalah Kecamatan Sei Suka. Data di atas juga memperlihatkan bahwa kawasan pesisir yang ada di Kabupaten Asahan memiliki kecenderungan masuk dalam kategori cukup padat. Ini artinya persebaran penduduk Asahan persentase penyebarannya lebih banyak terjadi di kawasan pesisir. Universitas Sumatera Utara Dari sudut usia penduduk, maka persentasi penduduk dengan kategori usia 0 – 14 tahun ada sebesar 33,16. Sedangkan kelompok usia 14 – 64 tahun memiliki porsi terbesar yaitu 62,59. Adapun kelompok usia 65 tahun ke atas persentasenya hanya berjumlah 4,25. Penduduk Asahan dapat dimasukkan dalam kategori baik sebab jumlah yang produktif jauh lebih besar dari yang tidak produktif. Berdasarkan publikasi dari Pemerintah setempat, diketahui bahwa rasio beban ketergantungan antarusia produktif dengan yang non produktif adalah sebesar 59,76. Ini artinya setiap 100 orang produktif di Asahan menanggung sekitar 60 orang yang tidak produktif. Secara historis dan kultural, Kabupaten Asahan adalah Culture Area-nya masyarakat Melayu Asahan. Ini ditandai dengan adanya kerajaan Melayu Asahan yang menguasai beberapa kawasan, saat ini banyak suku bangsa lainnya masuk dalam wilayah Kabupaten Asahan. Di beberapa ibukota kecamatan dapat ditemukan kelompok masyarakat keturunan langsung dari suku bangsa pendatang seperti Cina. Walaupun demikian, populasi penduduk yang bersuku bangsa Melayu menduduki urutan ketiga dengan persentasi sekitar 17,12 saja. Sedangkan kelompok etnis terbesar yang saat ini ada di Kabupaten Asahan adalah Jawa dengan jumlah sekitar 51,89 dan suku bangsa yang berasal dari Tapanuli Toba, Mandailing, Angkola, Simalungun dengan jumlah sekitar 25,68. Adapun suku bangsa lainnya seperti Minang, Banjar, Aceh, Cina dan lainnya hanya berjumlah sekitar 5,31 BPS Asahan, 2007. Universitas Sumatera Utara Secara umum, struktur masyarakat di Kabupaten Asahan terdiri dari beberapa suku bangsa yang telah disebutkan di atas kehidupannya saling berdampingan secara damai. Bahkan, keberagaman etnik ini menjadi momentum keramaian aktivitas keseharian, baik aktivitas sosial, ekonomi dan budayanya. Demikian pula suku bangsa yang menjadi komponen struktur etnik masyarakat pesisir di Kabupaten Asahan ini yang juga terdiri dari enam suku bangsa dominan Jawa, Melayu, Batak, Banjar, Minang dan Aceh dalam kehidupan bersama, masing-masing etnis memberi kontribusi tersendiri yang kemudian menjadikan masyarakat Asahan memiliki karakter tersendiri bila dibandingkan dengan masyarakat pesisir di kabupaten lainnya di Sumatera Utara. Selain beragam dari sudut etnisitas, masyarakat Asahan juga terdiri atas penganut agama yang berbeda. Walaupun mayoritas penduduk asahan beragama Islam 86,96, namun kehadiran penganut agama lain tidak serta merta terabaikan. Saat ini sekitar 1,48 penduduk Asahan adalah penganut agama Katolik, 10,38 Protestan, 1,12 Budha dan 0,06 penganut agama Hindu. Sejauh ini, masing- masing pemeluk agama telah bebas melakukan aktivitas keagamaan walapun masih diperlukan tambahan rumah ibadah. Dalam bidang pendidikan, secara merata di masing-masing kecamatan telah tersedia sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Jumlah dan kualitas sekolah untuk masing-masing tingkatan di setiap kecamatan memang tidak sama, namun secara umum diperlukan peningkatan kualitas sarana dan Universitas Sumatera Utara prasarana pendukung guna tersedianya sumberdaya manusia yang dibutuhkan dalam proses pembangunan di Kabupaten Asahan. Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN