Tabel 5.66. Skor atas Komponen Organisasi
SkorLokasi No. Paramater
Organisasi Langkat Deli
Serdang Asahan
1. Daya Dukung Organisasi
1.91 1.97
1.98 2. Kuantitas
Program 1.95
1.21 1.56
3. Lama Program
1.79 1.97
1.32 4.
Tingkat Pencapaian Target 1.6
1.69 1.73
Rataan 1.81 1.71
1.64 Total Rataan
1.72 Sumber: Data Olahan Hasil Penelitian.
Data di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Langkat memiliki skor yang lebih baik dalam hal komponen organisasi. Namun secara umum perbedaan antara
tiga kabupaten tidak begitu signifikan, dan dapat dikatakan bahwa skor komponen organisasi pada umumnya rendah.
Sesuai dengan kondisi skor yang diperoleh komponen organisasi, fakta lapangan juga menunjukkan bahwa Pemerintah sebagai pihak yang memiliki
tanggung jawab paling besar dalam membuat merumuskan kebijakan pengelolaan tidak memiliki bagian khusus yang mengatur pengelolaan kawasan pesisir dan laut.
Penelaahan atas struktur organisasi resmi yang ada di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah tingkat Propinsi dan Daerah menunjukkan bahwa bidang
perencanaan berada dalam satu seksi di bawah bagian penelitian dan pengembangan. Untuk lebih jelasnya mengenai seksi perencanaan dapat dilihat pada struktur
organisasi Bappeda dan Dinas Kelautan dan Perikanan di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Gamber 5.14. Struktur Organisasi BAPPEDA KEPALA
UPT
SEKRETARIAT
Sub Bagian Umum Kepegawaiann
Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Program
Kelompok Jabatan
Fungsional
Bidang Ekonomi
Bidang Penelitian dan Pengembangan
Bidang Fisik dan Sarana
Bidang Sosial dan Budaya
Sub Bidang Per-tanian, Kehutanan, dan Kop
Sub Bidang Pertambangan dan Energi, Perdagangan
Dunia Usaha Sub Bidang Litbang dan
Sistem Perencanaan
Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan
Sub Bidang Infrastruktur, Pemukiman, Prasarana Wil,
dan Perhubungan
Sub Bidang Tata Ruang, Tata Guna Tanah, SDA
dan SDA lainnya
Sub bidang Agama, Kesejahteraan sosial, Seni
Budaya dan Pariwisata
Sub bidang Pendidikan, Kesehatan, KB, Sarana
Aparatur dan Ketenagakerjaan
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.15. Struktur Organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan
Bahkan bidang perencanaan di Bappeda sangat umum, tidak ada yang khusus menangani wilayah pesisir. Di Dinas Perikanan dan Kelautan juga bidang
perencanaan di bawah bidang kelautan dan pesisir, yaitu sub bidang litbang dan sistem perencanaan. Adapun tugasnya adalah melaksanakan perencanaan dan
pengembangan perikanan dan kelautan. Sedangkan fungsi bidang perencanaan adalah:
KEPALA
SEKRETARIAT Sub Bagian Umum
Kepegawaiann Sub Bagian
Keuangan Sub Bagian
Program Kelompok
Jabatan Fungsional
Bidang Sarana Prasarana Perikanan
Bidang Kelautan dan Pesisir
Bidang Perikanan Budidaya
Bidang Pengembangan SDM Perikanan dan Kelautan
Seksi Pembenihan
Seksi Obat- obatan, Pupuk dan
Pakan
Sub Bidang Litbang dan Sistem
Perencanaan
Sub Bidang Evaluasi dan
Pelaporan
Seksi Pngembangan Usaha Perikanan
Budidaya
Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan
Seksi Teknologi Perikanan
Seksi Penyuluhan dan Pelatihan
Seksi Alat dan Mesin Perikanan
Seksi Pengawasan Sumberdaya Perikanan
Seksi Pengendalian Hama dan Penyakit
Seksi Pembinaan Ke lembagaan Masyarakat
Perikanan
UPT
Universitas Sumatera Utara
1. Penyusunan program, data potensi dan pengolahan data;
2. Menyiapkan bahan dan penyajian data;
3. Pengkoordinasian, pengkajian, dan penyusunan rencana pembangunan jangka
menengah dan jangka panjang sektor perikanan dan kelautan; 4.
Membuat program kerja dan rencana kegiatan pembangunan tahunan dan rencana pembangunan lima tahunan daerah bidang perikanan dan kelautan;
5. Pelaksanaan monitoring, evaluasi pelaksanaan program dan penyusunan laporan
pelaksanaan program dinas sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan; 6.
Menyusun Renstra, Renja dan Lakip bidang perencanaan. 5.5.2.3. Aturan
Terminologi aturan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kebijakan, atau regulasi yang berkaitan dengan upaya mendorong pengelolaan wilayah pesisir
yang dikeluarkan baik dalam organisasi responden maupun oleh Pemerintah Kabupaten. Penyusunan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir mempunyai
hubungan sinergis dengan kebijakan Pemerintah yang telah disusun sebelumnya. Pengelolaan wilayah pesisir, baik sumberdaya perikanan dan sumberdaya pesisir
lainnya selama ini pengelolaan, aturan dan kebijaksanaannya dikendalikan oleh pusat. Kurangnya koordinasi antarinstitusi yang menyebabkan lemahnya pelaksanaan di
lapangan yang mengakibatkan implementasinya dari semua dokumen yang telah disusun sebelumnya dan kepentingan masyarakat pengguna terhadap setiap jenis
sumberdaya dalam setiap zona.
Universitas Sumatera Utara
Rencana pengelolaan kawasan pesisir ini tunduk pada batas hukum kewenangan administrasi kabupaten dan kota, dan berbagai perundang-undangan lain
yang terkait. Rencana Pengelolaan kawasan pesisir yang telah ditetapkan berdasarkan zona akan memperkuat rencana tata ruang wilayah pesisir yang telah
disusun sebelumnya dan rencana tata ruang wilayah. Berkaitan dengan aturan tentang pengelolaan wilayah pesisir Propinsi Sumatera Utara mengacu pada peraturan
formal dan non formal.
Landasan formal dalam pengelolaan wilayah pesisir yang mempunyai
hubungan sinergis dengan kebijakan Pemerintah yang telah disusun sebelumnya adalah berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Instruksi
Gubernur dan Keputusan Bupati. Peraturan perundangan tersebut dikelompokkan sesuai dengan tema terkait Tabel 5.67 A sd E. Secara ideal, dengan adanya
beberapa peraturan seperti tersebut di atas seharusnya pengelolaan sumberdaya pesisir dengan ekosistemnya tidak perlu dikhawatirkan akan terjadinya tumpang
tindih dalam pemanfaatannya dan pengelolaannya. Tetapi kenyataan di lapangan ternyata sistem perundangan dan peraturan formal yang telah ada masih belum
mampu mencegah praktek ilegal yang dapat merusak ekosistim pesisir. Berkaitan dengan upaya pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir,
selain hukum formal yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah, di kalangan masyarakat pesisir Sumatera Utara sebenarnya tidak memiliki aturan kearifan lokal yang dapat
digunakan sebagai upaya dalam melindungi sumberdaya alam, termasuk sumberdaya
Universitas Sumatera Utara
alam pesisir. Tabel 5.67 berisi Perundang-undangan, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri dan Gubernur dengan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir.
Tabel 5.67. Relevansi Perundang-undangan, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri dan Gubernur dengan Rencana Pengelolaan Wilayah
Pesisir
A. Hayati dan Perikanan
Peraturan
Wewenang Tanggung Jawab Relevansi dengan
Pengelolaan Pesisir
1. UU No. 312004
tentang Perikanan 2.
UU No. 161992 tentang Karantina
Hewan, Ikan dan Tumbuhan
3. KepMen KP No.
022004 tentang Perizinan Usaha
Pembudidayaan Ikan 4.
PP No 1412000 tentang Usaha
Perikanan 5.
PP No. 152002 tentang Karantina Ikan
• Melaksanakan Pengelolaan
Sumberdaya ikan secara terpadu dan terarah dengan melestarikan
sumberdaya ikan beserta lingkungannya untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
• Menetapkan ketentuan mengenai
alat-alat penangkapan ikan, syarat-syarat teknis perikanan,
jumlah yang boleh ditangkap dan jenis serta ukuran ikan yang boleh
ditangkap, daerah, jalur dan musim penangkapan, pencegahan
pencemaran dan kerusakan, pembudidayaan ikan dan
perlindungannya.
• Melarang perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan kerusakan sumberdaya ikan
danatau lingkungannya •
Menetapkan jenis ikan tertentu yang dilindungi danatau lokasi
perairan tertentu sebagai suaka
perikanan. ⇒ DKP Provinsi
Berdasarkan aturan ini, pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya ikan di
wilayah pesisir harus diperhatikan
kelestariannya dan lingkungannya
dengan mencegah semua kegiatan yang
membahayakan agar bermanfaat untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
Universitas Sumatera Utara
B. Konservasi dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan
Wewenang Tanggung Jawab Relevansi dengan
Pengelolaan Pesisir
1. UU No. 51990 tentang Konservasi
Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya
2. UU No. 411999 tentang Kehutanan
3. PP No. 681998 tentang Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Alam
4. PP No. 71999 tentang Pengawetan
Tumbuhan dan Satwa 5. PP No. 81999 tentang
Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa
Liar 6. Keppres No. 321990
tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
• Melakukan konservasi sumberdaya
alam hayati dan ekosistemnya sehingga dapat mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan
manusia •
Melindungi habitat mangrove, terumbu karang, padang lamun dan
habitat penting hewan laut •
Budidaya dan pengolahan hutan mangrove
• Budidaya hewan laut
• Pengelolaan dan pengawasan
kawasan hutan serta satwa yang ada di dalamnya, baik hutan
lindung, hutan konservasi, maupun hutan produksi
• Melindungi tanaman langka
dilindungi dan satwa yang dilindungi
• Pengelolaan tentang tumbuhan dan
satwa liar yang tidak dilindungi dan dilindungi
• Melindungi kawasan hutan lindung
sebagai daerah resapan air
⇒ Dinas Kehutanan Provinsi, BKSDA
Berdasarkan aturan ini, sumberdaya
pesisir harus dilindungi untuk
kesejahteraan masyarakat
7. UU No. 5 Tahun 1993 tentang
Keanekaragaman Hayati
• Melaksanakan Pengelolaan
Keanekaragaman Hayati secara terpadu dan terarah dengan
melestarikan sumberdaya hayati beserta lingkungannya untuk
kesejahteraan dan kemakmuran
Lanjutan Tabel 5.67
Universitas Sumatera Utara
Peraturan
Wewenang Tanggung Jawab Relevansi dengan
Pengelolaan Pesisir
rakyat •
Melarang setiap usaha danatau kegiatan yang dapat menimbulkan
kerusakan pada keanekaragaman
hayati
• Melarang perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan kerusakan keanekaragaman
sumberdaya hayati danatau
lingkungannya
8. UU No. 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Pengaturan sumberdaya alam
dipergunakan untuk sebesar- besarnya bagi kemakmuran rakyat
• Menetapkan kebijaksanaan tentang
pengelolaan lingkungan hidup secara tepadu dengan penataan
ruang, perlindungan sumberdaya alam non hayati, perlindungan
sumberdaya buatan, konservasi sumberdaya alam hayati dengan
ekosistemnya, cagar budaya, keanekaragaman hayati, dan
perubahaan iklim
⇒ Bappedalda
• Berdasarkan
aturan ini, pengelolaan
lingkungan hidup dan pembangunan
pesisir harus terpadu dan
memperhatikan kondisi biofisik,
sosek dan sosbud agar sumberdaya
alam dapat bermanfaat bagi
kemakmuran rakyat
• Kegiatan harus
terus dievaluasi agar dampak
negatif dapat dielminir sedini
mungkin
9. PP No. 19 Tahun 1998 tentang Pengendalian
Pencemaran danatau •
Mewajibkan suatu kegiatan pembangunan yang sudah berjalan
untuk menyajikan penyajian Berdasarkan aturan
ini, baku mutu air laut dan status mutu
Lanjutan Tabel 5.67
Universitas Sumatera Utara
Peraturan
Wewenang Tanggung Jawab Relevansi dengan
Pengelolaan Pesisir
Perusakan Laut 10. PP No. 271999
tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup 11. KepMNLH No.Kep-
49MNKLH6 1987 tentang Pedoman
Penentuan Dampak 12. Kepmen LH No.
451996 tentang Program Pantai Lestari
13. Kepmen LH No. 42001 tentang Kriteria
Baku Mutu Kerusakan Terumbu Karang
lingkungan PEL •
Melakukan perlindungan mutu laut didasarkan pada baku mutu air
laut, kriteria baku kerusakan laut dan status mutu laut
• Melakukan inventarisasi danatau
penelitian data mutu air laut, kondisi tingkat kerusakan laut
yang mempengaruhi mutu laut •
Menetapkan pedomen teknis penilaian dan penetapan status
mutu laut •
Melarang setiap usaha danatau kegiatan yang dapat menimbulkan
pencemaran laut atau kerusakan laut
• Melakukan pengawasan dan
pengevaluasian penerapan peraturan perundang-undangan
di bidang analisis mengenai dampak lingkungan
• Menerbitkan keputusan kelayakan
lingkungan hidup suatu kegiatan berdasarkan hasil penilaian
ANDAL, rencana PEL dan
rencana pemantauan lingkungan
• Mengumumkan kepada
masyarakat setiap kegiatan yang kemungkinannya dapat
menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan hidup ⇒ KLH, Bappedalda, DKP, Dinas KP,
laut harus dilindungi dari segala aktivitas
dan pembangunan yang dapat
menurunkan dan merusak mutu
Berdasarkan aturan ini, kegiatan apa
saja yang berpotensi menimbulkan
kerusakan wilayah pesisir, maka harus
diputuskan bahwa kegiatan tersebut
tidak layak untuk
dijalankan
Lanjutan Tabel 5.67
Universitas Sumatera Utara
C. Perairan dan Hukum Laut Internasional
Peraturan
Wewenang ⇒ Tanggung
Jawab Relevansi dengan
Pengelolaan Pesisir
1. UU No. 171985 tentang Revitalisasi
Hukum Laut Internasional
Perlindungan dan Konservasi Lingkungan dan Sumberdaya Pesisir
DKP, Dishidros, DepLu
2. UU No. 061996 tentang Perairan
Indonesia Batas wilayah laut NKRI
⇒ DKP, Dishidros, DepLu
3. UNCLOS HUKLA 1982
- Hukum Laut Internasional yang sudah diratifikasi oleh ratusan
negara. - Mengamankan perairan laut
guna mencegah pelanggaran pemanfaatan sumberdaya
kelautan.
⇒ DKP, Dishidros, DepLu
Merupakan Issu Kelautan dan
Perikanan Nasional yaitu:
- Keanggotaan Indonesia pada
Regional Fisheries
Management Organizations
RFMO - Promosi
Kerjasama - Penanggulangan
IUU Fishing - Batas maritim
- Issu terkait dengan
implementasi HUKLA 1982.
Lanjutan Tabel 5.67
Universitas Sumatera Utara
D. Sumberdaya Alam
Peraturan
Wewenang ⇒ Tanggung
Jawab Relevansi dengan
Pengelolaan Pesisir
1. UU No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan
Daerah 2. UU No. 152004
tentang Sumberdaya Alam
3. UU No. 111967 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pertambangan
4. UU No. 222001 tentang Minyak dan
Gas Bumi Melakukan eksplorasi,
konservasi dan pengelolaan lingkungan laut; pengaturan
administrasi, pengaturan tata ruang pencegahan hukum,
pemeliharaan keamanan dan mempertahankan kedaulatan
negara pada wilayah kewenangan pengelolaan
1 3
dari wilayah kewenangan Provinsi.
⇒ Pemda, Dinas ESDM, DKP
Berdasarkan aturan ini, daerah mempunyai
kewenangan mengelola wilayah pesisir untuk
kesejahteraan masyarakatnya dan
pembangunan daerah.
5. Keppres No. 332002
tentang Pengendalian
dan Pengawasan Pengusahaan Pasir
Laut •
Pembatasan wilayah penambangan pasir laut
sampai 2 mil dari garis pantai •
Peraturan dan pengarahan eksplorasi ekploitasi pasir
laut untuk mengurangi degradasi lingkungan
ekosistem
⇒ DKP, Deperindag, Pemda, Dinas ESDM, Perla
• Daerah telah
mengeluarkan KP Kuasa Penambangan sesuai
dengan kewenangan wilayah lautnya
• Perlu pengawasan untuk
mengetahui besarnya wilayah laut dan daya
dukung lingkungan suatu daerah Provinsi
KabupatenKota. 6. UU No. 72004
tentang Sumberdaya Air
Lanjutan Tabel 5.67
Universitas Sumatera Utara
E. Pemukiman, Tata Ruang dan Pariwisata
Peraturan
Wewenang ⇒ Tanggung
Jawab Relevansi dengan
Pengelolaan Pesisir
1. UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan
dan Pemukiman •
Melaksanakan pengelolaan perumahan dan pemukiman
dan infrastruktur secara terpadu dan terarah dengan
melestarikan sumberdaya alam beserta lingkungannya
untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
⇒ Dinas Kimpraswil
Berdasarkan aturan ini, pengelolaan
perumahan, pemukiman,
infrastruktur dan pariwisata di wilayah
pesisir harus diperhatikan
kelestariannya dan lingkungannya
dengan mencegah semua kegiatan yang
membahayakan agar bermanfaat untuk
kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat
2. PP No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana
Tata Ruang Nasional •
Mewajibkan untuk setiap orang untuk berperan dalam
memelihara kualitas ruang dan mentaati rencana tata
ruang yang telah ditetapkan •
Menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-
besarnya bagi kemakmuran
rakyat
• Menetapkan strategi dan
arahan kebijaksanaan pengembangan pola
pemanfaatan ruang wilayah nasional, meliputi: kawasan
Berdasarkan aturan ini, setiap orang
menjaga sumberdaya wilayah pesisir
merupakan suatu kewajiban agar
memberikan manfaat bagi kehidupan
manusia Berdasarkan aturan
ini, kegiatan pemanfaatan ruang
wilayah pesisir harus disesuaikan dengan
Lanjutan Tabel 5.67
Universitas Sumatera Utara
Peraturan
Wewenang ⇒ Tanggung
Jawab Relevansi dengan
Pengelolaan Pesisir
konservasi, pemanfaatan, penggunaan khusus, dan alur
⇒ BPN dan Bappeda
kriteria pola
pemanfaatannya
3. UU No. 9 Tahun 1990 tentang
Pariwisata 4. PP No. 181994
tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di
Zona Pemanfaatan Taman Hutan
Nasional, Taman Hutan Rakyat dan
Taman Wisata Alam Melaksanakan pengelolaan
pariwisata secara terpadu dan terarah dengan melestarikan
sumberdaya alam beserta lingkungannya untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
⇒ Dinas Pariwisata
Berdasarkan aturan ini, pengelolaan
pariwisata di wilayah pesisir harus
diperhatikan kelestariannya dan
lingkungannya dengan mencegah
semua kegiatan yang membahayakan agar
bermanfaat untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat
Selanjutnya ditanyakan kepada responden apakah regulasi, atau kebijakan yang ada mendukung perencanaan pengelolaan wilayah pesisir. Berdasarkan hasil
wawancara sebanyak 7,4 responden atau hanya sekitar 9 orang menyatakan aturan yang ada sangat mendukung upaya perencanaan pengelolaan wilayah pesisir terpadu.
Sebanyak 87 orang atau sekitar 71,3 responden menyatakan bahwa peraturan yang ada sudah mendukung pelaksanaan kegiatan pengelolaan kawasan pantai dan yang
menyatakan bahwa peraturan yang ada tidak mendukung program pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu ada sebanyak 26 orang atau hanya 21,3. Untuk
lebih jelas tentang variasi jawaban responden tentang daya dukung peraturan terhadap
Lanjutan Tabel 5.67
Universitas Sumatera Utara
program pengelolaan kawasan laut dan pesisir secara terpadu dapat dilihat pada Tabel 5.68 berikut.
Tabel 5.68. Daya Dukung Aturan dalam Proses Perencanaan ICM SK atau Perda
Lokasi Responden No.
Daya Dukung Aturan Langkat
Deli Serdang Asahan
Jumlah
1. Tidak mendukung upaya
perencanaan 12
7 7
26 2.
Mendukung upaya perencanaan
27 29
31 87
3. Sangat mendukung upaya
perencanaan 3
3 3
9
Total 42
39 41
122
Sumber: Hasil Wawancara, 2008. Berdasarkan data yang diperoleh ini, maka untuk sementara dapat
disimpulkan bahwa secara umum aturan yang ada sudah mendukung upaya perencanaan pengelolaan wilayah pesisir terpadu. Walaupun ada 26 orang responden
yang menyatakan tidak mendukung upaya perencanaan pengelolaan wilayah pesisir terpadu yang pada intinya menyatakan tidak ada SK atau Perda yang dikeluarkan
dalam upaya perencanaan pengelolaan wilayah pesisir terpadu. Pernyataan responden yang menyatakan bahwa peraturan yang ada tidak
mendukung pelaksanaan program pengelolaan kawasan laut dan pesisir secara terpadu lebih didasarkan pada kemungkinan minimnya sosialisasi yang dilakukan
di masyarakat umum serta lemahnya penegakan atau pelaksanaan aturan yang ada dalam pandangan responden.
Walaupun peraturan yang ada tidak sepenuhnya dianggap mendukung pengelolaan kawasan pesisir di wilayah pantai Timur Sumatera Utara, namun
Universitas Sumatera Utara
inventarisasi kebijakan yang dilakukan menunjukkan telah banyak peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah sebagai pihak yang memiliki kewenangan untuk
mengeluarkan regulasi mengenai pengelolaan kawasan pesisir. Pemerintah di sini meliputi Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten.
Pembahasan tentang keberadaan produk akhir sebuah aturan, dari proses perencanaan menjadi hal yang penting sebab sebuah proses penyusunan dokumen
pastilah akan dijadikan blueprint dan atau acuan rencana teknis yang diharapkan menjadi dasar dalam bertindak. Demikian juga halnya dengan proses penyusunan
dokumen pengelolaan kawasan pesisir di Pantai Timur Sumatera Utara. Wawancara yang dilakukan kepada kelompok responden yang bekerja di berbagai instansi terkait
dengan pengelolaan kawasan pesisir menunjukkan hasil bahwa terdapat 38 orang atau sekitar 31,2 responden menyatakan kalau saat ini di daerah mereka proses
penyusunan dokumen pengelolaan kawasan pesisir masih berupa naskah akademik dan sesegera mungkin akan disusun draft perdanya. Sementara itu, sebanyak 58
orang atau sebanyak 47,6 responden mengatakan kalau aturan yang akan dijadikan pedoman dalam pengelolaan kawasan pesisir masih berupa draft perda yang sudah
siap untuk diajukan ke DPRD untuk dibahas dan disahkan. Sementara jumlah responden yang mengatakan bahwa produk hukum yang sudah diterbitkan dalam
rangka pengelolaan kawasan pesisir ada sebanyak 26 orang atau hanya 21,2. Untuk lebih jelas mengenai hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.69 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.69. Status Produk AturanPerda yang Dihasilkan dari Proses Perencanaan
Status Produk UUPeraturan yang Dihasilkan
F
Berupa draft akademik 38
31,2 Berupa draft perda
58 47,6
Sudah menjadi perda 26
21,2
Total 122
100
Sum
ber: Hasil Wawancara, 2008. Tidak hanya perda di masing-masing kabupaten, pemerintah Propinsi
Sumatera Utara telah mengeluarkan berbagai produk aturankebijakan yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan pengelolaan kawasan serta
sumberdaya yang ada di pesisir. Walaupun demikian, hasil pengamatan dan studi dokumen yang dilakukan terlihat bahwa proses publikasi dan sosialisasi puluhan
perda yang dikeluarkan oleh Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan Pemerintah di masing-masing kabupaten kurang berjalan dengan baik.
a. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara yang Dikeluarkan Sebelum Era