Total Rataan Sumber: Data Olahan Hasil Penelitian.

Tabel 5.66. Skor atas Komponen Organisasi SkorLokasi No. Paramater Organisasi Langkat Deli Serdang Asahan 1. Daya Dukung Organisasi 1.91 1.97 1.98 2. Kuantitas Program 1.95 1.21 1.56 3. Lama Program 1.79 1.97 1.32 4. Tingkat Pencapaian Target 1.6 1.69 1.73 Rataan 1.81 1.71

1.64 Total Rataan

1.72 Sumber: Data Olahan Hasil Penelitian.

Data di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Langkat memiliki skor yang lebih baik dalam hal komponen organisasi. Namun secara umum perbedaan antara tiga kabupaten tidak begitu signifikan, dan dapat dikatakan bahwa skor komponen organisasi pada umumnya rendah. Sesuai dengan kondisi skor yang diperoleh komponen organisasi, fakta lapangan juga menunjukkan bahwa Pemerintah sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab paling besar dalam membuat merumuskan kebijakan pengelolaan tidak memiliki bagian khusus yang mengatur pengelolaan kawasan pesisir dan laut. Penelaahan atas struktur organisasi resmi yang ada di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah tingkat Propinsi dan Daerah menunjukkan bahwa bidang perencanaan berada dalam satu seksi di bawah bagian penelitian dan pengembangan. Untuk lebih jelasnya mengenai seksi perencanaan dapat dilihat pada struktur organisasi Bappeda dan Dinas Kelautan dan Perikanan di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Gamber 5.14. Struktur Organisasi BAPPEDA KEPALA UPT SEKRETARIAT Sub Bagian Umum Kepegawaiann Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Program Kelompok Jabatan Fungsional Bidang Ekonomi Bidang Penelitian dan Pengembangan Bidang Fisik dan Sarana Bidang Sosial dan Budaya Sub Bidang Per-tanian, Kehutanan, dan Kop Sub Bidang Pertambangan dan Energi, Perdagangan Dunia Usaha Sub Bidang Litbang dan Sistem Perencanaan Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan Sub Bidang Infrastruktur, Pemukiman, Prasarana Wil, dan Perhubungan Sub Bidang Tata Ruang, Tata Guna Tanah, SDA dan SDA lainnya Sub bidang Agama, Kesejahteraan sosial, Seni Budaya dan Pariwisata Sub bidang Pendidikan, Kesehatan, KB, Sarana Aparatur dan Ketenagakerjaan Universitas Sumatera Utara Gambar 5.15. Struktur Organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan Bahkan bidang perencanaan di Bappeda sangat umum, tidak ada yang khusus menangani wilayah pesisir. Di Dinas Perikanan dan Kelautan juga bidang perencanaan di bawah bidang kelautan dan pesisir, yaitu sub bidang litbang dan sistem perencanaan. Adapun tugasnya adalah melaksanakan perencanaan dan pengembangan perikanan dan kelautan. Sedangkan fungsi bidang perencanaan adalah: KEPALA SEKRETARIAT Sub Bagian Umum Kepegawaiann Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Program Kelompok Jabatan Fungsional Bidang Sarana Prasarana Perikanan Bidang Kelautan dan Pesisir Bidang Perikanan Budidaya Bidang Pengembangan SDM Perikanan dan Kelautan Seksi Pembenihan Seksi Obat- obatan, Pupuk dan Pakan Sub Bidang Litbang dan Sistem Perencanaan Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan Seksi Pngembangan Usaha Perikanan Budidaya Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Seksi Teknologi Perikanan Seksi Penyuluhan dan Pelatihan Seksi Alat dan Mesin Perikanan Seksi Pengawasan Sumberdaya Perikanan Seksi Pengendalian Hama dan Penyakit Seksi Pembinaan Ke lembagaan Masyarakat Perikanan UPT Universitas Sumatera Utara 1. Penyusunan program, data potensi dan pengolahan data; 2. Menyiapkan bahan dan penyajian data; 3. Pengkoordinasian, pengkajian, dan penyusunan rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang sektor perikanan dan kelautan; 4. Membuat program kerja dan rencana kegiatan pembangunan tahunan dan rencana pembangunan lima tahunan daerah bidang perikanan dan kelautan; 5. Pelaksanaan monitoring, evaluasi pelaksanaan program dan penyusunan laporan pelaksanaan program dinas sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan; 6. Menyusun Renstra, Renja dan Lakip bidang perencanaan. 5.5.2.3. Aturan Terminologi aturan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kebijakan, atau regulasi yang berkaitan dengan upaya mendorong pengelolaan wilayah pesisir yang dikeluarkan baik dalam organisasi responden maupun oleh Pemerintah Kabupaten. Penyusunan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir mempunyai hubungan sinergis dengan kebijakan Pemerintah yang telah disusun sebelumnya. Pengelolaan wilayah pesisir, baik sumberdaya perikanan dan sumberdaya pesisir lainnya selama ini pengelolaan, aturan dan kebijaksanaannya dikendalikan oleh pusat. Kurangnya koordinasi antarinstitusi yang menyebabkan lemahnya pelaksanaan di lapangan yang mengakibatkan implementasinya dari semua dokumen yang telah disusun sebelumnya dan kepentingan masyarakat pengguna terhadap setiap jenis sumberdaya dalam setiap zona. Universitas Sumatera Utara Rencana pengelolaan kawasan pesisir ini tunduk pada batas hukum kewenangan administrasi kabupaten dan kota, dan berbagai perundang-undangan lain yang terkait. Rencana Pengelolaan kawasan pesisir yang telah ditetapkan berdasarkan zona akan memperkuat rencana tata ruang wilayah pesisir yang telah disusun sebelumnya dan rencana tata ruang wilayah. Berkaitan dengan aturan tentang pengelolaan wilayah pesisir Propinsi Sumatera Utara mengacu pada peraturan formal dan non formal. Landasan formal dalam pengelolaan wilayah pesisir yang mempunyai hubungan sinergis dengan kebijakan Pemerintah yang telah disusun sebelumnya adalah berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Instruksi Gubernur dan Keputusan Bupati. Peraturan perundangan tersebut dikelompokkan sesuai dengan tema terkait Tabel 5.67 A sd E. Secara ideal, dengan adanya beberapa peraturan seperti tersebut di atas seharusnya pengelolaan sumberdaya pesisir dengan ekosistemnya tidak perlu dikhawatirkan akan terjadinya tumpang tindih dalam pemanfaatannya dan pengelolaannya. Tetapi kenyataan di lapangan ternyata sistem perundangan dan peraturan formal yang telah ada masih belum mampu mencegah praktek ilegal yang dapat merusak ekosistim pesisir. Berkaitan dengan upaya pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir, selain hukum formal yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah, di kalangan masyarakat pesisir Sumatera Utara sebenarnya tidak memiliki aturan kearifan lokal yang dapat digunakan sebagai upaya dalam melindungi sumberdaya alam, termasuk sumberdaya Universitas Sumatera Utara alam pesisir. Tabel 5.67 berisi Perundang-undangan, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri dan Gubernur dengan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir. Tabel 5.67. Relevansi Perundang-undangan, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri dan Gubernur dengan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir

A. Hayati dan Perikanan

Peraturan Wewenang Tanggung Jawab Relevansi dengan Pengelolaan Pesisir 1. UU No. 312004 tentang Perikanan 2. UU No. 161992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan 3. KepMen KP No. 022004 tentang Perizinan Usaha Pembudidayaan Ikan 4. PP No 1412000 tentang Usaha Perikanan 5. PP No. 152002 tentang Karantina Ikan • Melaksanakan Pengelolaan Sumberdaya ikan secara terpadu dan terarah dengan melestarikan sumberdaya ikan beserta lingkungannya untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. • Menetapkan ketentuan mengenai alat-alat penangkapan ikan, syarat-syarat teknis perikanan, jumlah yang boleh ditangkap dan jenis serta ukuran ikan yang boleh ditangkap, daerah, jalur dan musim penangkapan, pencegahan pencemaran dan kerusakan, pembudidayaan ikan dan perlindungannya. • Melarang perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan kerusakan sumberdaya ikan danatau lingkungannya • Menetapkan jenis ikan tertentu yang dilindungi danatau lokasi perairan tertentu sebagai suaka perikanan. ⇒ DKP Provinsi Berdasarkan aturan ini, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di wilayah pesisir harus diperhatikan kelestariannya dan lingkungannya dengan mencegah semua kegiatan yang membahayakan agar bermanfaat untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Universitas Sumatera Utara

B. Konservasi dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Peraturan Wewenang Tanggung Jawab Relevansi dengan Pengelolaan Pesisir 1. UU No. 51990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya 2. UU No. 411999 tentang Kehutanan 3. PP No. 681998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam 4. PP No. 71999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa 5. PP No. 81999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar 6. Keppres No. 321990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung • Melakukan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya sehingga dapat mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia • Melindungi habitat mangrove, terumbu karang, padang lamun dan habitat penting hewan laut • Budidaya dan pengolahan hutan mangrove • Budidaya hewan laut • Pengelolaan dan pengawasan kawasan hutan serta satwa yang ada di dalamnya, baik hutan lindung, hutan konservasi, maupun hutan produksi • Melindungi tanaman langka dilindungi dan satwa yang dilindungi • Pengelolaan tentang tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi dan dilindungi • Melindungi kawasan hutan lindung sebagai daerah resapan air ⇒ Dinas Kehutanan Provinsi, BKSDA Berdasarkan aturan ini, sumberdaya pesisir harus dilindungi untuk kesejahteraan masyarakat 7. UU No. 5 Tahun 1993 tentang Keanekaragaman Hayati • Melaksanakan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati secara terpadu dan terarah dengan melestarikan sumberdaya hayati beserta lingkungannya untuk kesejahteraan dan kemakmuran Lanjutan Tabel 5.67 Universitas Sumatera Utara Peraturan Wewenang Tanggung Jawab Relevansi dengan Pengelolaan Pesisir rakyat • Melarang setiap usaha danatau kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan pada keanekaragaman hayati • Melarang perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan kerusakan keanekaragaman sumberdaya hayati danatau lingkungannya 8. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup • Pengaturan sumberdaya alam dipergunakan untuk sebesar- besarnya bagi kemakmuran rakyat • Menetapkan kebijaksanaan tentang pengelolaan lingkungan hidup secara tepadu dengan penataan ruang, perlindungan sumberdaya alam non hayati, perlindungan sumberdaya buatan, konservasi sumberdaya alam hayati dengan ekosistemnya, cagar budaya, keanekaragaman hayati, dan perubahaan iklim ⇒ Bappedalda • Berdasarkan aturan ini, pengelolaan lingkungan hidup dan pembangunan pesisir harus terpadu dan memperhatikan kondisi biofisik, sosek dan sosbud agar sumberdaya alam dapat bermanfaat bagi kemakmuran rakyat • Kegiatan harus terus dievaluasi agar dampak negatif dapat dielminir sedini mungkin 9. PP No. 19 Tahun 1998 tentang Pengendalian Pencemaran danatau • Mewajibkan suatu kegiatan pembangunan yang sudah berjalan untuk menyajikan penyajian Berdasarkan aturan ini, baku mutu air laut dan status mutu Lanjutan Tabel 5.67 Universitas Sumatera Utara Peraturan Wewenang Tanggung Jawab Relevansi dengan Pengelolaan Pesisir Perusakan Laut 10. PP No. 271999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup 11. KepMNLH No.Kep- 49MNKLH6 1987 tentang Pedoman Penentuan Dampak 12. Kepmen LH No. 451996 tentang Program Pantai Lestari 13. Kepmen LH No. 42001 tentang Kriteria Baku Mutu Kerusakan Terumbu Karang lingkungan PEL • Melakukan perlindungan mutu laut didasarkan pada baku mutu air laut, kriteria baku kerusakan laut dan status mutu laut • Melakukan inventarisasi danatau penelitian data mutu air laut, kondisi tingkat kerusakan laut yang mempengaruhi mutu laut • Menetapkan pedomen teknis penilaian dan penetapan status mutu laut • Melarang setiap usaha danatau kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran laut atau kerusakan laut • Melakukan pengawasan dan pengevaluasian penerapan peraturan perundang-undangan di bidang analisis mengenai dampak lingkungan • Menerbitkan keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu kegiatan berdasarkan hasil penilaian ANDAL, rencana PEL dan rencana pemantauan lingkungan • Mengumumkan kepada masyarakat setiap kegiatan yang kemungkinannya dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup ⇒ KLH, Bappedalda, DKP, Dinas KP, laut harus dilindungi dari segala aktivitas dan pembangunan yang dapat menurunkan dan merusak mutu Berdasarkan aturan ini, kegiatan apa saja yang berpotensi menimbulkan kerusakan wilayah pesisir, maka harus diputuskan bahwa kegiatan tersebut tidak layak untuk dijalankan Lanjutan Tabel 5.67 Universitas Sumatera Utara

C. Perairan dan Hukum Laut Internasional

Peraturan Wewenang ⇒ Tanggung Jawab Relevansi dengan Pengelolaan Pesisir 1. UU No. 171985 tentang Revitalisasi Hukum Laut Internasional Perlindungan dan Konservasi Lingkungan dan Sumberdaya Pesisir DKP, Dishidros, DepLu 2. UU No. 061996 tentang Perairan Indonesia Batas wilayah laut NKRI ⇒ DKP, Dishidros, DepLu 3. UNCLOS HUKLA 1982 - Hukum Laut Internasional yang sudah diratifikasi oleh ratusan negara. - Mengamankan perairan laut guna mencegah pelanggaran pemanfaatan sumberdaya kelautan. ⇒ DKP, Dishidros, DepLu Merupakan Issu Kelautan dan Perikanan Nasional yaitu: - Keanggotaan Indonesia pada Regional Fisheries Management Organizations RFMO - Promosi Kerjasama - Penanggulangan IUU Fishing - Batas maritim - Issu terkait dengan implementasi HUKLA 1982. Lanjutan Tabel 5.67 Universitas Sumatera Utara

D. Sumberdaya Alam

Peraturan Wewenang ⇒ Tanggung Jawab Relevansi dengan Pengelolaan Pesisir 1. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 2. UU No. 152004 tentang Sumberdaya Alam 3. UU No. 111967 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Pertambangan 4. UU No. 222001 tentang Minyak dan Gas Bumi Melakukan eksplorasi, konservasi dan pengelolaan lingkungan laut; pengaturan administrasi, pengaturan tata ruang pencegahan hukum, pemeliharaan keamanan dan mempertahankan kedaulatan negara pada wilayah kewenangan pengelolaan 1 3 dari wilayah kewenangan Provinsi. ⇒ Pemda, Dinas ESDM, DKP Berdasarkan aturan ini, daerah mempunyai kewenangan mengelola wilayah pesisir untuk kesejahteraan masyarakatnya dan pembangunan daerah. 5. Keppres No. 332002 tentang Pengendalian dan Pengawasan Pengusahaan Pasir Laut • Pembatasan wilayah penambangan pasir laut sampai 2 mil dari garis pantai • Peraturan dan pengarahan eksplorasi ekploitasi pasir laut untuk mengurangi degradasi lingkungan ekosistem ⇒ DKP, Deperindag, Pemda, Dinas ESDM, Perla • Daerah telah mengeluarkan KP Kuasa Penambangan sesuai dengan kewenangan wilayah lautnya • Perlu pengawasan untuk mengetahui besarnya wilayah laut dan daya dukung lingkungan suatu daerah Provinsi KabupatenKota. 6. UU No. 72004 tentang Sumberdaya Air Lanjutan Tabel 5.67 Universitas Sumatera Utara

E. Pemukiman, Tata Ruang dan Pariwisata

Peraturan Wewenang ⇒ Tanggung Jawab Relevansi dengan Pengelolaan Pesisir 1. UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman • Melaksanakan pengelolaan perumahan dan pemukiman dan infrastruktur secara terpadu dan terarah dengan melestarikan sumberdaya alam beserta lingkungannya untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat ⇒ Dinas Kimpraswil Berdasarkan aturan ini, pengelolaan perumahan, pemukiman, infrastruktur dan pariwisata di wilayah pesisir harus diperhatikan kelestariannya dan lingkungannya dengan mencegah semua kegiatan yang membahayakan agar bermanfaat untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat 2. PP No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Nasional • Mewajibkan untuk setiap orang untuk berperan dalam memelihara kualitas ruang dan mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan • Menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar- besarnya bagi kemakmuran rakyat • Menetapkan strategi dan arahan kebijaksanaan pengembangan pola pemanfaatan ruang wilayah nasional, meliputi: kawasan Berdasarkan aturan ini, setiap orang menjaga sumberdaya wilayah pesisir merupakan suatu kewajiban agar memberikan manfaat bagi kehidupan manusia Berdasarkan aturan ini, kegiatan pemanfaatan ruang wilayah pesisir harus disesuaikan dengan Lanjutan Tabel 5.67 Universitas Sumatera Utara Peraturan Wewenang ⇒ Tanggung Jawab Relevansi dengan Pengelolaan Pesisir konservasi, pemanfaatan, penggunaan khusus, dan alur ⇒ BPN dan Bappeda kriteria pola pemanfaatannya 3. UU No. 9 Tahun 1990 tentang Pariwisata 4. PP No. 181994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Hutan Nasional, Taman Hutan Rakyat dan Taman Wisata Alam Melaksanakan pengelolaan pariwisata secara terpadu dan terarah dengan melestarikan sumberdaya alam beserta lingkungannya untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat ⇒ Dinas Pariwisata Berdasarkan aturan ini, pengelolaan pariwisata di wilayah pesisir harus diperhatikan kelestariannya dan lingkungannya dengan mencegah semua kegiatan yang membahayakan agar bermanfaat untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Selanjutnya ditanyakan kepada responden apakah regulasi, atau kebijakan yang ada mendukung perencanaan pengelolaan wilayah pesisir. Berdasarkan hasil wawancara sebanyak 7,4 responden atau hanya sekitar 9 orang menyatakan aturan yang ada sangat mendukung upaya perencanaan pengelolaan wilayah pesisir terpadu. Sebanyak 87 orang atau sekitar 71,3 responden menyatakan bahwa peraturan yang ada sudah mendukung pelaksanaan kegiatan pengelolaan kawasan pantai dan yang menyatakan bahwa peraturan yang ada tidak mendukung program pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu ada sebanyak 26 orang atau hanya 21,3. Untuk lebih jelas tentang variasi jawaban responden tentang daya dukung peraturan terhadap Lanjutan Tabel 5.67 Universitas Sumatera Utara program pengelolaan kawasan laut dan pesisir secara terpadu dapat dilihat pada Tabel 5.68 berikut. Tabel 5.68. Daya Dukung Aturan dalam Proses Perencanaan ICM SK atau Perda Lokasi Responden No. Daya Dukung Aturan Langkat Deli Serdang Asahan Jumlah 1. Tidak mendukung upaya perencanaan 12 7 7 26 2. Mendukung upaya perencanaan 27 29 31 87 3. Sangat mendukung upaya perencanaan 3 3 3 9 Total 42 39 41 122 Sumber: Hasil Wawancara, 2008. Berdasarkan data yang diperoleh ini, maka untuk sementara dapat disimpulkan bahwa secara umum aturan yang ada sudah mendukung upaya perencanaan pengelolaan wilayah pesisir terpadu. Walaupun ada 26 orang responden yang menyatakan tidak mendukung upaya perencanaan pengelolaan wilayah pesisir terpadu yang pada intinya menyatakan tidak ada SK atau Perda yang dikeluarkan dalam upaya perencanaan pengelolaan wilayah pesisir terpadu. Pernyataan responden yang menyatakan bahwa peraturan yang ada tidak mendukung pelaksanaan program pengelolaan kawasan laut dan pesisir secara terpadu lebih didasarkan pada kemungkinan minimnya sosialisasi yang dilakukan di masyarakat umum serta lemahnya penegakan atau pelaksanaan aturan yang ada dalam pandangan responden. Walaupun peraturan yang ada tidak sepenuhnya dianggap mendukung pengelolaan kawasan pesisir di wilayah pantai Timur Sumatera Utara, namun Universitas Sumatera Utara inventarisasi kebijakan yang dilakukan menunjukkan telah banyak peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah sebagai pihak yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan regulasi mengenai pengelolaan kawasan pesisir. Pemerintah di sini meliputi Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten. Pembahasan tentang keberadaan produk akhir sebuah aturan, dari proses perencanaan menjadi hal yang penting sebab sebuah proses penyusunan dokumen pastilah akan dijadikan blueprint dan atau acuan rencana teknis yang diharapkan menjadi dasar dalam bertindak. Demikian juga halnya dengan proses penyusunan dokumen pengelolaan kawasan pesisir di Pantai Timur Sumatera Utara. Wawancara yang dilakukan kepada kelompok responden yang bekerja di berbagai instansi terkait dengan pengelolaan kawasan pesisir menunjukkan hasil bahwa terdapat 38 orang atau sekitar 31,2 responden menyatakan kalau saat ini di daerah mereka proses penyusunan dokumen pengelolaan kawasan pesisir masih berupa naskah akademik dan sesegera mungkin akan disusun draft perdanya. Sementara itu, sebanyak 58 orang atau sebanyak 47,6 responden mengatakan kalau aturan yang akan dijadikan pedoman dalam pengelolaan kawasan pesisir masih berupa draft perda yang sudah siap untuk diajukan ke DPRD untuk dibahas dan disahkan. Sementara jumlah responden yang mengatakan bahwa produk hukum yang sudah diterbitkan dalam rangka pengelolaan kawasan pesisir ada sebanyak 26 orang atau hanya 21,2. Untuk lebih jelas mengenai hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.69 berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 5.69. Status Produk AturanPerda yang Dihasilkan dari Proses Perencanaan Status Produk UUPeraturan yang Dihasilkan F Berupa draft akademik 38 31,2 Berupa draft perda 58 47,6 Sudah menjadi perda 26 21,2 Total 122 100 Sum ber: Hasil Wawancara, 2008. Tidak hanya perda di masing-masing kabupaten, pemerintah Propinsi Sumatera Utara telah mengeluarkan berbagai produk aturankebijakan yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan pengelolaan kawasan serta sumberdaya yang ada di pesisir. Walaupun demikian, hasil pengamatan dan studi dokumen yang dilakukan terlihat bahwa proses publikasi dan sosialisasi puluhan perda yang dikeluarkan oleh Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan Pemerintah di masing-masing kabupaten kurang berjalan dengan baik.

a. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara yang Dikeluarkan Sebelum Era