Wb Wt
Wo BEBAN KERJA
Nonprategang keruntuhan dan retak
terjadi bersamaan
D aer
ah pr
at eg
ang lem
ah
D aer
ah pr
at eg
ang pa
rs ial
D ae
ra h pra
te ga
ng kua
t
lendutan
be ba
n
Prategang Penuh
a b
c
d
BAB III METODE ANALISA
3.1 Sistem Beton Prategang
Pada Tugas Akhir ini, sistem prategang yang digunakan ada dua, yaitu sistem beton prategang penuh dan sistem beton prategang parsial. Pada sistem prategang
penuh akan didesain dengan meminimalisasi tarik pada beban kerja. Pada sistem ini prategang didesain dengan sistem perimbangan beban. Konsep ini menggunakan
prategang sebagai usaha untuk membuat seimbang gaya-gaya pada sebuah balok. Pada sistem prategang parsial digunakan kombinasi kabel prategang dan tulangan
baja nonprategang. Tegangan tarik yang diijinkan pada sistem prategang parsial nantinya akan dibatasi atau dikontrol dengan menggunakan baja nonprategang.
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya balok prategang parsial akan mempunyai kurva beban lendutan diantara kurva b dan
Gambar 3.1 Kurva beban lendutan untuk berbagai tingkat prategang
Universitas Sumatera Utara
kurva d. Namun untuk menghindari retak pada kondisi tegangan kerja maka kurva beban lendutan untuk prategang parsial berada diantara kurva b dan c, dimana
jumlah gaya prategang yang diijinkan tergantung pada jenis dan fungsi struktur yang digunakan.
Untuk penegangan tendon pada Tugas Akhir ini digunakan sistem pre-tensioned pratarik. Sistem pratarik adalah suatu sistem penegangan kabeltendon pada saat
pengecoran beton. Dimana kabel prategang diletakkan pada eksentrisitas yang ditentukan dengan bentuk lurus. Dalam Tugas Akhir ini digunakan beton pracetak.
Pada metode pratarik, pada saat jacking dilepaskan pada struktur prategang secara dinamis ditransfer ke permukaan beton melalui lekatannya. Adhesi antara
beton disekitar tendon prategang secara gradual mentransfer gaya prategang yang terpusat ke seluruh bidang beton yang berjarak jauh dari zona angkur dan menuju ke
tengah bentang. Alat-alat pengangkur diperlukan kalau kawat tunggal dengan diameter yang lebih besar melebihi 7 mm dipakai dalam unit pratarik yang
bersangkutan. Alat-alat yang paling umum dipakai adalah “penjepit Weinberg” yang dikembangkan di Prancis dan “penjepit Dorland” yang dikembangkan di Amjerika
Serikat. Pemjepit-Penjepit ini diklem pada kawat yang ditarik dekat diafragma ujung dari unit yang bersangkutan sebelum pekerjaan pembetonan.
3.2 Analisa Penampang