dibandingkan dengan pengujian lainnya, dikarenakan sulitnya mengisolasi tegangaan geser dari tegangan lainnya.
d. Modulus Elastisitas
Nilai modulus elastisitas beton Ec tergantung pada mutu beton, terutama dipengaruhi oleh material dan proporsi campuran beton. Namun untuk analisis
perencanaan struktur beton yang menggunakan beton normal dengan kuat tekan yang tidak melampaui 60 Mpa, atau beton ringan dengan berat jenis tidak kurang dari
2000 kgm
3
dan kuat tekan yang tidak melampaui 40 Mpa. Sesuai dengan SNI T-12- 2004, nilai Ec diambil sebagai berikut :
- Ec=
�
� 1,5
� 0,043 ��′
�
2.12 -
Ec= �
� 1,5
� 0,043 ��′
��
2.13 Dalam kenyataan nilainya dapat bervariasi kurang lebih 20, w
c
menyatakan berat jenis beton dalam satuan kgm
3
, f’c menyatakan kuat tekan beton dalam satuan Mpa. Untuk beton normal dengan massa jenis sekitar 2400 kgm
3
maka Ec dapat diambil sebesar 4700
��′� dan dinyatakan dalam Mpa.
e. Rangkak
Rangkak, atau aliran material lateral adalah peningkatan regangan terhadap waktu akibat beban yang terus menerus bekerja. Deformasi awal akibat beban adalah
regangan elastis, sementara regangan tambahan akibat beban yang terus menerus bekerja adalah regangan rangkak.
Berbagai faktor yang mempengaruhi rangkak beton adalah kelembaban relatif, tingkat tegangan, kekuatan beton, umur beton pada pembebanan, lamanya tegangan,
perbandingan airsemen, dan tipe semen serta agregat pada beton.
Universitas Sumatera Utara
Rangkak mengakibatkan meningkatnya defleksi balok dan slab, dan mengakibatkan hilangnya gaya prategang. Untuk jangka waktu yang lebih lama lagi,
rangkak dapat mengakibatkan meningkatnya tegangan pada beton yang mengakibatkan kehancuran pada beton.
Rangkak tidak dapat diamati secara langsung, namun dapat ditentukan dengan mengurangkan regangan elastis dengan regangan susut dan deformasi total.
Meskipun rangkak dan susut merupakan fenomena yang tidak independent, dapat disumsikan bahwa superposisi tegangan berlaku sehingga :
Regangan total ε
tot
= Reg. Elastis εe + Reg. Rangkak εc + susut εsh
f. Susut
Pada dasarnya ada dua jenis susut, susut plastis dan susut pengeringan. Susut plastis terjadi selama beberapa jam pertama sesudah pengecoran beton segar di
cetakan. Permukaan yang di ekspos seperti slab lantai akan lebih dipengaruhi oleh udara kering karena besarnya permukaan kontak.
Susut pengeringan adalah berkurangnya volume elemen beton apabila terjadi kehilangan kandungan air akibat penguapan. Penyusutan sedikit berbeda dengan
rangkak, jika pada rangkak beton dapat kembali semula jika beban dilepaskan maka pada susut beton tidak akan kembali ke volume awal jika beton tersebut sudah
direndam.
Beberapa faktor yang mempengaruhi susut pengeringan adalah : a.
Agregat Agregat beraksi menahan susut pasta semen, jadi beton dengan lebih banyak
kandungan agregat akan lebih sedikit mengalami susut. Selain itu, derajat
Universitas Sumatera Utara
pengekangan suatu beton ditentukan oleh besaran agregat. Beton dengan modulus elastisitas tinggi atau dengan permukaan kasar lebih dapat menahan proses susut.
b. Rasio airsemen
Semakin tinggi rasio airsemen, semakin tinggi pula efek susut. c.
Ukuran Elemen Beton Baik laju maupun besar total susut berkurang apabila volume elemen beton
semakin besar. Namun, durasi susut akan lebih lama untuk komponen struktur yang lebih besar karena lebih banyak waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan mencapai
ke daerah terdalam. d.
Kondisi Kelembaban Sekitar Kelembaban relatif pada lingkungan sekitar sangat mempengaruhi besarnya
susut, laju penyusutan lebih kecil pada kelembaban relatif yang tinggi. Temperatur lingkungan juga merupakan salah satu faktor. Itulah sebabnya susut menjadi stabil
pada temperatur rendah. e.
Banyaknya Penulangan Penyusutan pada beton bertulang lebih sedikit dibandingkan dengan beton polos.
f. Beban Tambahan
Efek ini bervariasi tergantung pada jenis beban tambahan yang diberikan pada beton. Akselerator seperti kalsium klorida, yang digunakan untuk mempercepat
pengerasan beton, memperbesar susut. Pozzolan juga dapat memperbesar susut pengeringan, sdangkan bahan-bahan pemerangkap udara hanya mempunyai sedikit
pengaruh.
Universitas Sumatera Utara
g. Jenis Semen
Semen yang cepat mongering akan susut lebih banyak dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya, sedangkan semen pengkompensasi susut akan mengurangi atau
mengeliminasi retak susut apabila digunakan bersama tulangan pengekang. h.
Karbonasi Susut karbonasi diakibatkan oleh reaksi antara karbondioksida CO
2
yang ada di atmosfer dan yang ada di pasta semen. Banyaknya susut gabungan bergantung pada
urutan proses karbonasi dan pegeringan. Jika keduanya terjadi secara simultan, maka susut yang akan terjadi lebih sedikit.
2.7.2 Baja a. Baja Prategang
Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum untuk menghasilkan gaya prategang dan memberikan gaya tarik pada beton prategang. Baja mutu tinggi untuk
sistem prategang biasanya merupakan salah satu dari ketiga bentuk kawat wire, untaian kawat strand wire, batang bar. Strand dibuat di pabrik degan memuntir
beberapa kawat bersama-sama, jadi mengurangi jumlah satuan yang harus dikerjakan pada operasi penarikan.
Kehilangan tegangan akibat rangkak creep dan susut shrinkage. Pada beton cukup besar, sehingga pemberian tegangan tekan pada beton akan lebih efektif bila
menggunakan baja mutu tinggi dengan kisaran lebih dari 1860 Mpa. 1.
Tendon untuk tulangan prategang harus memenuhi salah satu spesifikasi sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Kawat yang memenuhi “ Spesifikasi untuk baja stress-relieved tanpa lapisan
untuk beton prategang”ASTM A 421. b.
Kawat dengan relaksasi rendah, yang memenuhi “Spesifikasi untuk kawat baja stress-relieved tanpa lapisan untuk beton prategang” termasuk suplemen “
Kawat dengan relaksasi rendah” ASTM A 421. c.
Strand yang sesuai dengan “ Spesifikasi untuk strand baja, tujuh kawat tanpa lapisan untuk beton prategang”ASTM A416M.
d. Tulangan, yang sesuai :Spesifikasi untuk baja tulangan mutu tinggi tanpa lapisan
untuk beton prategang” ASTM A 722. 2.
Kawat, strand dan batang tulangan yang tidak secara khusus tercakup dalam ASTM A 421, ASTM A 416M, atau ASTM A 722, diperkenankan untuk
digunakan bila tulangan tersebut memenuhi persyratan minimum spesifikasi tersebut di atas dan tidak mempunyai sifat yang membuatnya kurang baik
dibandingkan dengan sifat-sifat seperti terdapat pada ASTM A 421, ASTM A 416M, atau ASTM A 722.
Strand dengan tujuh kawat mempunyai sebuah kawat di tengah yang sedikit lebih besar dari keenam kawat di sebelah luarnya yang membungkusnya dengan erat
dalam bentuk spiral dengan jarak merata antara 12 dan 16 kali diameter nominal strand. Pelepasan tegangan dilakukan setelah kawat-kawat dijalin menjadi strand.
a b
Gambar 2.3 Penampang strand. a Penampang strand standar. b Penampang strand yang dipadatkan.
Universitas Sumatera Utara
Baja pada konstruksi beton prategang merupakan penyebab terjadinya pemendekan pada beton yang disebabkan oleh pengaruh rangkak dan susut.
Kehilangan gaya prategang pada baja sesaat setelah penegangan pada baja akibat gesekan disepanjang tendon atau saat pengangkuran ujung draw in atau
mempengaruhi gaya prategang pada beton dengan angka yang cukup signifikan. Untuk tujuan keefektifan desain, total kehilangan gaya prategang harus relatif
kecil dibandingkan dengan gaya prategang yang bekerja. Kondisi ini dipengaruhi oleh jenis baja prategang yang digunakan dalam konstruksi. Pada tugas akhir ini,
direncanakan penggunaan paja strand sebagai tulangan prategang. Baja yang digunakan sebagai tulangan prategang merupakan jenis Uncoated Stress Relieve
Seven Wires Strands Low Relaxation.
b. Baja Non-Prategang
Pada beton prategang parsial diijinkan adanya tarik yang dibatasi sesuai nilai PPR yang digunakan. Sama halnya dengan tulangan pada beton bertulang, tulangan
baja akan bekerja secara efisien dalam tarikan hanya setelah beton mengalami retak. Sebelum beton retak, tegangan tarik masih terbatas, itupun jika masih ada.
Karena semua balok prategang didesain untuk tanpa retak dalam batas beban kerja, maka tulangan baja kelihatannya sia-sia saja dipasang. Satu hal yang menarik
disini ialah meskipun tidak berfungsi dalam bats beban kerja, tulangan baja umumnya sama efektifnya dengan kabel prategang disekitar beban batas.
Agar dapat berlangsung lekatan erat antara baja tulangan dengan beton, selain batang polos berpenampang bulat BJTP juga digunakan batang deformasian
BJTD yaitu batang tulangan yang yang permukaanya dikasarkan secara khusus,
Universitas Sumatera Utara
diberi sirip teratur dengan pola tertentu atau baja tulangan yang dipilin pada proses produksinya. Pada tugas akhir ini digunakan baja non prategang dengan permukaan
kasar dan dengan mutu 390 Mpa.
c. Relaksasi Baja