kurva d. Namun untuk menghindari retak pada kondisi tegangan kerja maka kurva beban lendutan untuk prategang parsial berada diantara kurva b dan c, dimana
jumlah gaya prategang yang diijinkan tergantung pada jenis dan fungsi struktur yang digunakan.
Untuk penegangan tendon pada Tugas Akhir ini digunakan sistem pre-tensioned pratarik. Sistem pratarik adalah suatu sistem penegangan kabeltendon pada saat
pengecoran beton. Dimana kabel prategang diletakkan pada eksentrisitas yang ditentukan dengan bentuk lurus. Dalam Tugas Akhir ini digunakan beton pracetak.
Pada metode pratarik, pada saat jacking dilepaskan pada struktur prategang secara dinamis ditransfer ke permukaan beton melalui lekatannya. Adhesi antara
beton disekitar tendon prategang secara gradual mentransfer gaya prategang yang terpusat ke seluruh bidang beton yang berjarak jauh dari zona angkur dan menuju ke
tengah bentang. Alat-alat pengangkur diperlukan kalau kawat tunggal dengan diameter yang lebih besar melebihi 7 mm dipakai dalam unit pratarik yang
bersangkutan. Alat-alat yang paling umum dipakai adalah “penjepit Weinberg” yang dikembangkan di Prancis dan “penjepit Dorland” yang dikembangkan di Amjerika
Serikat. Pemjepit-Penjepit ini diklem pada kawat yang ditarik dekat diafragma ujung dari unit yang bersangkutan sebelum pekerjaan pembetonan.
3.2 Analisa Penampang
Analisa penampang balok prategang ini dilakukan untuk mengetahui proporsi penampang terbaik yang dapat digunakan dalam perencanaan balok prategang.
Selain itu juga untuk mengetahui titik berat penampang, jarak dari serat atas dan serat bawah penampang yang nantinya digunakan untuk mengetahui letak
eksentrisitas terbaik tendon pada balok serta pembebanan balok prategangnya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.2 Sketsa Titik Berat Penampang Balok Prategang
h
b ya
yb
y
y x
x
PRECAST BEAM
Analisis penampang ini dilakukan dengan dua tahap yaitu : 1.
Pra-Desain Preliminary Design Pra-desain atau preliminary design adalah desain awal atau desain coba-coba
pada suatu struktur yang nantinya akan diperiksa kembali kelayakannya. Dalam pradesain, tinggi balok menurut SKSNI T-15 1991-03 merupakan fungsi dari
bentang dan mutu baja yang digunakan. Secara umum, tinggi balok direncanakan L10 – L15, dan lebar balok diambil 12 H - 23 H dimana H adalah tinggi balok.
Pada perencanaan ini pelat dihitung sebagai beban dengan menggunakan metode amplop. Dimana dimensi balok yang digunakan adalah balok persegi.
2. Analisa Geometri Penampang
Adapun pada analisa geometri penampang hal-hal yang dianalisa adalah sebagai berikut
a. Luas
Luas penampang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sederhana yaitu dengan menggunakan rumus luas persegi panjang.
� = �. ℎ 3.1
Universitas Sumatera Utara
b. Jarak titik berat
Penggunaan penampang persegi simetris, maka jarak titik berat atas sama dengan jarak titik berat bawah.
�
�
= �
�
=
ℎ 2
3.2 c.
Inersia x Momen inersia persegi dihitung dengan rumus sebagai berikut
�
�
=
1 12
�ℎ
3
3.3 d.
Modulus tampang Besarnya modulus tampang dapat dihitung dengan membagikan inersia arah x
dengan dengan jarak titik berat kesuluruhan, atau secara matematika dapat ditulis : �
�
= �
�
=
�
�
�
�
3.4
3.3 Pembebanan Balok Prategang
Pembebanan pada balok prategang tentunya terjadi baik pada saat transfer ataupun pada masa layan. Pembebanan digunakan untuk mengetahui kemampuan
balok beton prategang menahan beban-beban yang bekerja pada penampang yang direncanakan. Beban-beban yang bekerja pada desain struktur balok dalam tugas
akhir ini adalah beban mati tetap, beban mati tambahan dan beban hidup yang mengacu pada Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung PPIUG 1987.
a. Beban Mati