Identitas Informan Struktur Birokrasi Pelaksana Kebijakan

39

BAB IV PENYAJIAN DATA

Setelah melakukan penelitian dan pengumpulan data di lapangan melalui wawancara, dan observasi atau pengamatan secara langsung, maka diperoleh data dari informan penelitian dalam kaitannya dengan Implementasi Strategi Pengendalian Pertumbuhan Penduduk Pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana BPPKB di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Adapun data-data yang disajikan terdiri dari dua bagian, yaitu data identitas informan dan data penelitian. Penyajian data mengenai karakteristik informan adalah untuk mengetahui spesifikasi ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh informan yaitu meliputi jenis kelamin, dan pendidikan terakhir, seta pekerjaanjabatan. Sedangkan penyajian data penelitian adalah data-data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian.

4.1 Identitas Informan

Informan yang ditentukan dalam penelitian ini adalah beberapa pegawai di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana BPPKB dan beberapa masyarakat yang datang ke badan terkait. Adapun karakter informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 40 Tabel 3: Karakter Informan Berdasarkan Jenis Kelamin NO. Jenis Kelamin Frekuensi Persentasi 1 Laki-laki 4 66,6 2 Perempuan 2 23,4 Jumlah 6 100 Sumber: Wawancara 2015 Dari tabel diatas dapat dilihat identitas informan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki 4 orang, dan perempuan 2 orang. Tabel 4: Karakter Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentasi 1 SD - - 2 SMP - - 3 SMA 1 16,6 4 DIPLOMASarjana 5 83,4 Jumlah 6 100 Sumber: Wawancara 2015 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa identitas informan berdasarkan pendidikan terakhir yaitu tingkat Sekolah Dasar SD dan Sekolah Menengah Pertama SMP tidak ada, sedangkan Sekolah Menengah Atas SMA sebanyak 1 orang dan pada tingkat Diploma dan Sarjana sebanyak 5 orang.

4.2 Data Penelitian

41 Pada bab ini penulis akan menyajikan deskripsi data yang diperoleh melalui penelitian dilapangan melalui metode-metode pengumpulan data yang disebutkan pada bab terdahulu, yakni observasi wawancara. Demikian juga halnya, permasalahan utama yang hendak dijawab dalam bab ini adalah bagaimana implementasi strategi pengendalian pertumbuhan penduduk pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana BPPKB di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, penulis pertama-tama mengawalinya dengan mengumpulkan berbagai dokumen dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana BPPKB Kabupaten Karo, dan kemudian melakukan sejumlah wawancara yang berhubungan dengan permasalahan penelitian skripsi ini. Berikut ini akan disajikan hasil penelitian dilapangan, penelahaan dokumen-dokumen dari instansi terkait dan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa informan, yang disusun berdasarkan penggunaan indikator implementasi strategi yang digunakan dalam penelitian ini. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa implementasi strategi mensyaratkan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Oleh karena itu, penulis melakukan wawancara tentang pemahaman strategi pengendalian pertumbuhan penduduk pada BPPKB dengan hasil sebagai berikut: 42 Pemahaman mengenai strategi pertama yang dilakukan oleh Ibu Dr. Hartawaty selaku Kepala BPPKB Kabupaten Karo; strategi pertama adalah Koordinasi, Keterpaduan, dan Kemitraan Strategi ini dilakukan dengan meningkatkan koordinasi, keterpaduan dan kemitraan dengan berbagai instansi pemerintahan, organisasi kemasyarakatan, LSM, dan swasta sejak tahap perencanaan sampai dengan evaluasi akhir. Koordinasi dan keterpaduan ini dimaksudkan untuk mengatur keseimbangan dan keselarasan bersama agar mempunyai sifat sinergetik dan daya ungkit yang luas kepada pelaksanaan Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Koordinasi dan keterpaduan bersama dilakukan antara lain melalui forum rapat koordinasi pada setiap wilayah secara teratur, sehingga dapat saling tukar informasi bagi keterpaduan program yang dilakukan bersama. Berikut pernyataan Ibu Dr. Hartawaty mengenai landasan hukum yang digunakan pada BPPKN Kabupaten Karo; Pada dasarnya BPPKB ini sendiri diadakan karena adanya Undang- Undang No. 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga. Peraturan Presiden No. 62 tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Kemudian dipertegas lewat Peraturan Daerah No. 7 tahun 2012. Untuk mendapat gambaran yang lebih mendalam mengenai implementasi strategi pengendalian pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kabanjahe, peneliti mengumpulkan data-data penelitiian berdasarkan indikator-indikator yang telah disebutkan sebelumnya dan dipaparkan sebagai berikut: 43

4.2.1. Struktur Birokrasi Pelaksanaan Kebijakan

Struktur birokrasi pelaksanaan kebijakan diukur dengan melihat rincian tugas dan prosedur yang ditetapkan untuk pelaksanaan tugas pegawai di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana. Berikut adalah data-data yang dikumpulkan terkait rincian tugas di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana: Rincian Tugas Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dikutip dari Rencana Strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo periode 2011-2015: 1. Kepala Badan Perempuan dan Keluarga Berencana: a. Mengumpulkan bahan dalam rangka penyusunan laporan atas pelaksanaan program kerja b. Mengolah data dan bahan penyusunan laporan atas pelaksanaan program kerja c. Menyusun laporan pelaksanaan program kerja dalam hal prosedur, mekanisme dan sistem kerja, capaian program dan kegiatan serta Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah sesuai dengan program d. Mempersiapkan penyajian dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan tugas untuk tujuan pelaporan dan bahan rapat koordinasi e. Menghimpun dan mempersiapkan bahan peraturan perundang- undangan yang berhubungan dengan tugas pokok dan fungsi f. Melakukan penyebarluasan informasi pelaksanaan kegiatan terkait dengan pelayanan publik 44 g. Mengkoordinasikan tugas kedinasan kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing h. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta melakukan pengawasan melekat pada bawahan 2. Sekretariat Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana: a. Merencanakan, mengatur, membina, mengelola, mengkoordinasikan, dan mengendalikan pelaksanaan tugas kesekretariatan meliputi urusan keuangan, umum, dan perlengkapan serta milik daerah pada SKPD maupun kepegawaian b. Melakukan koordinasi dan singkronisasi perencanaan dan perumusan program kerja Badan Berdasarkan program dan kegiatan masing-masing bidang, sub bidang dan sub bagian c. Memberikan pelayanan teknis operasional dan pelayanan administrasi sesuai dengan petunjuk atasan kepada seluruh bidang, sub bidang, dan sub bagian dalam lingkungan badan d. Mengkoordinasikan pelaporan akuntabilitas kinerja program kegiatan masing-masing bidang dan sub bidang e. Bertindak selaku Pejabat Pelaksanaan Teknis Kegiatan PPTK pada bidang tugasnya f. Mengendalikan pendistribusian pelayanan naskah dinas dan mengkoordinasikan tugas-tugas bidang, sub bagian sesuai dengan petunjuk atasan 45 g. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta pengawasan dalam rangka kelancaran penyelesaian pengelolaan naskah dinas h. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan 2.1 Kepala Sub Bagian Keuangan: a. Mempelajari Peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan b. Melakukan koordinasi, singkronisasi, dan memverifikasi usulan Rencana Kerja Anggaran masing-masing Bidang dan mengacu kepada Prioritas Plafon Anggaran PPA c. Menghimpun dan memverifikasikan usulan Dokumen Pelaksanaan Anggaran DPA masing-masing Bidang berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran d. Menyiapkan dan menyampaikan usulan penerbitan Surat Penyediaan Dana Satuan Kerja Perangkat Daerah SPD-SKPD berdasarkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran DPA kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah PPKD e. Menghimpun dan menatausahakan Surat Penyedia Dana SPD yang diterbitkan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah PPKD 2.2 Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian: a. Melaksanakan Penerimaan dan Pendistribusian naskah Dinas melalui pengelolaan kearsipan b. Melaksanakan rencana pengadaan alat tulis kantor dan pendistribusiannya sesuai dengan kebutuhan dinas 46 c. Melaksanakan pengelolaan dan penyipan bahan pembinaan kearsipan kepada Unit Kerja dilingkungan Badan d. Melaksanakan penyiapan dan pengendalian dan penyiapan administrasi perjalanan dinas pegawai e. Melaksanakan urusan protokolan dan penyiapan rapat dinas f. Melaksanakan pengelolaan perpustakaan, hubungan masyarakat dan pengdokumentasian kegiatan Badan g. Melaksanakan pengurusan rumah tangga Dinas dan ketertipan dan keamanan kantor h. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan kelembagaan dan ketatalaksanaan di lingkungan Badan i. Melaksanakan pendokumentasian Peraturan Perundang-undangan j. Melaksanakan penyusunan bahan evaluasi dan laporan kegiatan sub bagian Umum dan Kepegawaian k. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan 3. Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera: a. Merencanakan, mengatur, membina, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan tugas bidang Keluarga Berencana dan Bidang Advokasi KIE b. Mengkoordinasikan tugas-tugas kedinasan kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing 47 c. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta melakukan pengawasan melekat kepada bawahan d. Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan peritmbangan dalam meningkatkan perkembangan karier DP3 e. Menyusun dan memberikan laporan pertanggungjawaban tugas bidang kepada Kepala Badan melalui Sekretaris 3.1 Kepala Sub Bidang Keluarga Berencana: a. Menyiapkan bahan penetapan kebijakan jaminan dan pelayanan Keluarga Berencana KB, peningkatan partisipasi Pria, penanggulangan masalah kesehatan reproduksi, serta kesehatan Ibu dan anak b. Penetapan dan pengembangan jaringan pelayanan Keluarga Berencana KB dan kesehatan reproduksi, termasuk pelayanan Keluarga Berencana KB Di Rumah Sakit c. Menyiapkan bahan penetapan perkiraan sarana pelayanan Keluarga Berencana KB, sasaran peningkatan perencanaan kehamilan, sasaran peningkatan partisipasi pria, sasaran Unmet Need, sasaran penanggulangan kesehatan reproduksi, serta sasaran kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak d. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta pengawasan melekat pada bawahan e. Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan karier dan penilaian DP3 48 f. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Sub Bidang berdasarkan realisasi Program Kerja untuk bahan penyemprnaan program berikutnya g. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan kepada Kepala Bidang 3.2 Kepala Sub Bidang Keluarga Berencana: a. Melaksanakan kemitraan untuk aksebilitas permodalan, teknologi dan manajemen serta pemasaran guna peningkatan Usaha Pendapatan Keluarga Sejahtera UPPKS b. Melaksanakan peningkatan kualitas lingkungan keluarga c. Menyiapkan bahan penetapan kebijakan dan pengembangan penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas dan jejaring program d. Menyelenggarakan dukungan operasional penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas dan jejaring program e. Melaksanakan pedoman pelaksanaan penilaian angka kredit jabatan funsional penyuluhan Keluarga Berencana f. Mendayagunakan bahan pelatihan sesuai dengan kebutuhan program peningkatan kinerja Sumber Daya Manusia g. Mengkoordinasikan tugas-tugas kedinasan kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing h. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta melakukan pengawasan melekat kepada bawahan 49 i. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang 3.3 Kepala Sub Bidang Advokasi KIE: a. Menyiapkan bahan penetapan kebijakan dan pengembangan Advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi KIE b. Menyelenggarakan operasional advokasi Komunikasi, Informasi dan Edukasi KIE c. Menyiapkan bahan penetapan perkiraan sasaran Advokasi dan Komunikasi, Informasi, Informasi dan Edukasi KIE d. Melakukan penyerasian dan penetapan kriteria advokasi dan komunikasi, Informasi dan Edukasi KIE e. Melaksanakan advokasi, Komunikasi, Informasi dan Edukasi KIE serta konseling program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Remaja KRR f. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang 4. Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan: a. Merencanakan, mengatur, membina, mengkoordinasikan, dan mengendalikan pelaksanaan tugas bidang Pemberdayaan Perempuan, Pengembangan Partisipasi Peranan Perempuan b. Mengkoordinasikan tugas-tugas kedinasan kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing c. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta melakukan pengawasan melekat kepada bawahan 50 d. Menilai prestasi kerja bawahan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan perkembangan karier dan penilaian DP3 e. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas 4.1 Kepala Sub Bidang Pemberdayaan Perempuan: a. Menyusun model informasi data meditasi dan advokasi b. Mengkoordinasikan tugas-tugas kedinasan kepada bawahan sesuai dengan tugasnya masing-masing c. Memberikan petunjuk dan bimbingan sebagai teknis serta melakukan pengawasan melekat kepada bawahan d. Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan perkembangan karier dan penilaian DP3 e. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang 4.2 Kepala Sub Bidang Pengembangan Partisipasi Peranan Perempuan: a. Melaksanakan pengumpulan, pengelolaan dan analisis pemanfaatan dan penyebarluasan sistem gender b. Melakukan analisis, pemanfaatan, penyebarluasan dan pendokumentasian data terpilih menurut jenis kelamin, khusus perempuan c. Melakukan pemantauan dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan pendataan dan sistem informasi gender d. Mengkoordinasikan tugas-tugas kedinasan kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing 51 e. Menyusun dan memberikan laporan pertanggungjawaban tugas sub bidang kepada kepala bidang f. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan kepala Bidang 5. Kepala Bidang Perencanaan a. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas serta melakukan pengawasan melekat kepada bawahan b. Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pelaporan kepada atasan untuk mempertimbangkan dalam upaya peningkatan karier c. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan sub bidang berdasarkan realisasi Program Kerja untuk bahan penyempurnaan program berikutnya d. Menyusun dan memberikan laporan pertanggungjawaban tugas Bidang kepada Kepala Badan melalui Sekretaris e. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan atasan 5.1 Kepala Sub Bidang Perencanaan Program dan Pengendalian: a. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta melakukan pengawasan melekat jepada bawahan b. Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan perkembangan karier dan penilaian DP3 c. Menyusun dan memberikan laporan pertanggungjawaban tugas sub bidang kepada Kepala Bidang d. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang 52 5.2 Kepala Sub Bidang Pengumpulan Data, Pengolahan dan Pelaporan: a. Mengolah data dan bahan penyusunan laporan atas pelaksanaan program kerja b. Mengumpulkan bahan dalam rangka penyusunan laporan atas pelaksanaan program kerja c. Menyusun laporan pelaksanaan program kerja dalam hal prosedur, mekanisme dan sistem kerja, capaian program dan kegiatan serta laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah sesuai dengan program

4.2.2. Komunikasi

Sebelum suatu strategi diimplementasikan, pelaksana kebijakan harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan perintah untuk melaksanakannya telah dikeluarkan. Salah satunya dapat dilihat dari bagaimana komunikasi yang dibangun didalam suatu organisasi. Berikut adalah data mengenai komunikasi di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo: Pernyataan Ibu Dr. Hartawaty selaku Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana mengenai komunikasi antar pegawai; Komunikasi yang terjadi di intern organisasi cukup baik. Jika saya contohnya, ingin memberi instruksi kerja, penjelasan-penjelasan tugas, motivasi dan arahan-arahan kepada bawahan masih berkesan mudah, dan bisa ditanggapi dengan baik oleh mereka. Bawahan 53 juga tentu bisa berkomunikasi dengan atasan. Komunikasi dari bawah keatas sangat penting, dari situ kita atasan bisa menerima pertanggungjawaban kerja, laporan-laporan dan saran-saran dari mereka. Hal yang senada juga ditambahkan oleh Bapak Binaria Surbakti S.ip selaku Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di BPPKB; Komunikasi dan transmisi informasi berjalan baik. Kita dapat memahami dengan jelas instruksi-instruksi yang diberikan oleh atasan. Kemudian, berikut pernyataan dari Bapak Drs. Pilemon Barus selaku Sub Bidang Advokasi dan KIE di BPPKB Kabupaten Karo; Baik sih, tapi ya segan-segan juga dengan atasan kita, ruang dan kesempatan untuk bisa berkomunikasi juga tidak banyak, sehingga komunikasi dari bawah keatas ya saat-saat diperlukan saja. Saya tetap berkomunikasi dengan atasan dalam bentuk formal seperti dalam memberi laporan kerja dan menanyakan hal-hal yang kurang jelas dari pekerjaan. Komunikasi dalam organisasi memiliki 2 bentuk yakni lisan dan tulisan. Dalam organisasi formal, komunikasi via tulisan tentu bukan hal yang asing untuk didengar mengingat begitu intensnya penggunaan surat-surat dan dokumen dalam transmisi perintah dan informasi didalamnya. Lalu, bagaimana dengan penggunaan komunikasi lisan di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo, berikut pernyataan dari Bapak Binaria Surbakti S.ip; 54 Ia. Kita sering memberi perintah secara lisan kepada bawahan. Kalau secara lisankan mudah, cepat, bahkan langsung bisa mendapat respon. Pegawai-pegawai yang lainnya juga sering saling berkomunikasi dengan nyaman dikantor maupun diluar kantor saat sedang istrahat. Komunikasi yang baik dalam organisasi berpotensi menciptakan koordinasi antar fungsi dalam organisasi pemerintahan. Berikut pernyataan Bapak Binaria Surbakti S.ip mengenai koordinasi dalam BPPKB; Kami selalu berkoordinasi antar bidang dan dengan bawahan maupun atasan. Karena semua pihak di badan ini memiliki satu target yang sama, yaitu meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam pembangunan dalam mewujudkan keluarga berkualitas. Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Bapak Drs. Pilemon Barus; Kami selalu berusaha untuk tetap berkoordinasi antar satu bidang dengan bidang yang lain. Karena untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam pembangunan, perlindungan terhadap anak dan mewujudkan keluarga berkualitas itu sendiri harus tetap melibatkan hampir semua bagian dalam badan ini. Jadi dapat dikatakanbahwa komunikasi, haruslah tetap terjalin dengan baik agar koordinasi antar bagian berjalan dengan baik pula. Komunikasi yang harus dibangun oleh suatu organisasi pemerintah dalam melaksanakan fungsinya tentu tidak cukup hanya berjalan didalam internal organisasi. Berikut pernyataan Ibu Dr. Hartawaty mengenai koordinasi eksternal BPPKB; 55 Tentunya ada, bahkan dapat dikatakan banyak pihak yang ikut terlibat didalam proses implementasi strategi pada pengendalian pertumbuhan penduduk ini, Salah satu contoh adalah pada saat terjadinya sosialisasi untuk masyarakat. Maka pemerintah menggunakan surat pengantar sebagai undangan untuk melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat. Dan diluar itu BPPKB juga menjalin kerjasama dengan pihak lain dengan organisasi-organisasi pemerintah maupun swasta. Berikut ini adalah pernyataan Ibu Dr. Hartawaty mengenai sosialisasi yang diadakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana BPPKB; Sosialisasi dengan masyarakat dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang berupa sosialisasi secara langsung kepada masyarakat. Dimana petugas dari BPPKB langsungmemberikanpenyuluhan kepada masyarakat tentang apa itu BPPKB, apa yang menjadi tujuan BPPKB, bagaimana pelaksanaannya. Adapula sosialisasi yang dilakukan melalui mediator seperti penggunaan papan spanduk, iklan dan lain-lain. Hal yang senada juga disampaikan oleh Ibu E. Sinaga, S.pd, seorang guru disalah satu sekolah negeri di Berastagi, yang sedang berada dilingkungan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana BPPKB; Ada, saya pernah dapat informasi tentang penyuluhan dari BPPKB dari Bapak Lurah, belakangan juga keluarga kita diberi informasi mengenai pelayanan KB melalui kontrasepsi serta hal-hal lain. 56 Selain itu, ternyata masih ada masyarakat yang tidak mendapatkan sosialisasi dari pihak Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo. Berikut pernyataan Raihan Simamora, seorang wirausahawan; Saya belum pernah menerima maupun mengetahui sosialisasi tentang pelayanan, program yang dilakukan oleh BPPKB. Tapi bagaimana pentingnya program KB itu, saya sih tau.

4.2.3. Sumber Daya

Sumber daya adalah faktor sangat penting dalam implementasi strategi agar dapat terlaksana secara efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, sumber daya finansial, dan fasilitas. Tanpa adanya sumber daya, suatu kebijakan hanya tinggal dikertas menjadi dokumen saja. Kompetensi dari para pegawai di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana menurut Bapak Binaria Surbakti S.ip selaku Kepala Bidang KB dan Keluarga Sejahtera adalah sebagai berikut; Orang-orang yang menjalankan program ini atau yang disebut dengan operatornyaadalah orang-orang yang sudah mempunyai keahlian dibidangnya. Akan tetapi juga terdapat pegawai yang hanya sekedar membantu saja dan tidak terlibat langsung. Kompetensi pegawai operasional tentu tidak akan cukup bila tidak diikuti dengan kuantitas yang cukup. Berikut pernyataan Bapak Binaria Surbakti S.ip mengenai jumlah pegawai yang dimiliki BPPKB Kabupaten Karo; 57 Saya dan temen-temen yang lain memiliki pegawai dalam jumlah yang memadai. Hanya saja, untuk yang memiliki kompetensi terbatas. Kita juga memiliki tenaga honorer yang bisa memberi bantuan yang cukup berarti dalam kegiatan operasional kita. Terkait perihal peningkatan kualitas dan kompetensi implementor, berikut pernyataan Bapak Binaria Surbakti S.ip mengenai usaha peningkatan kualitas pegawai di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo; Implementor sebelum terjun secara langsung terlebih dahulu menjalani pelatihan khusus mengenai program-program yang dibuat sehingga seperti telah disebutkan diatas mereka nantinya dapat menjawab tantangan dari program tersebut. Bahkan untuk pelatihan tersebut pemerintah daerah telah menyediakan anggaran pelatihan. Memang tidak semua pegawai mendapatkan pelatihan tersebut, hanya beberapa orang saja yang terlibat secara langsung. Implementor mungkin mempunyai staf yang mencukupi, kapabel dan kompeten, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung sarana dan prasarana maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil. Berikut adalah pernyataan Bapak Drs. R. Ebeneser Ginting selaku Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo mengenai sarana dan prasarana yang dibutuhkan; 58 Sebenarnya untuk dapat melaksanakan program-program ini ada beberapa yang diperlukan seperti mobil penerangan, mobil operasional, mobil pelayanan KB dll. Tabel 5: Sarana dan Prasarana NO. Sarana Prasarana Keterangan 1 Gedung Kantor Baik 2 Balai UPT Baik 3 Gudang Alokon Baik 4 Roda 4 Mobil Unit PeneranganMUPEN, Mobil Pelayan KBMoyan KB, Mobil Operasional lainnya Baik 5 Roda 2 Baik Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana 2015

4.2.4. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementator seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis. Apabila implementator memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Edward III menyatakan ada 2 hal yang perlu diperhatikan dalam melihat disposisi dari implementator kebijakan yakni pengangkatan pegawai dan insentif yang diberikan. Berikut pernyataan Ibu Dr. Hartawaty mengenai rekrutmen pegawai di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo; 59 Kita menerima pegawai dari rekrutmen yang diadakan pemerintah melalui penerimaan CPNS yang digelar secara maksimal. Di samping itu, kita menerima pelamar-pelamar pegawai honorer yang kita yakini memiliki kompetensi untuk mengisi posisi-posisi teknis tertentu dibawah kepala seksi. Sikap implementor dapat dilihat dari kegiatan keseharian pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Berikut pernyataan Bapak Binaria Surbakti S.ip mengenai sikap bawahannya dalam melaksanakan pekerjaannya; Mereka melaksanakan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh. Tiap instruksi yang saya beri selalu ditanggapi dengan baik, dan saya tidak lupa untuk selalu memberi arahan pada mereka untuk membantu mereka dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Upaya untuk mempengaruhi disposisi implementor kebijakan dapat dilakukan dengan cara pemberian insentif. Berikut pernyataan Ibu Dr. Hartawaty mengenai pemberian insentif terhadap pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; Pemberian insentif dan berbagai tunjangan lain pada dasarnya telah diatur, kita tentu saja memberikan insentif kepada pegawai, mengingat ini cukup bagus untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai, apalagi kita sama-sama tahu bahwa gaji pokok itu tidaklah besar. 60

BAB V ANALISA DATA

Dalam bab ini akan dipaparkan tentang penganalisaan dari seluruh data yang diperoleh selama penelitian, baik melalui studi kepustakaan wawancara maupun melihat dengan langsung fenomena yang ada kaitannya dengan Implementasi Pengendalian Penduduk Pada Badan Pemberdayaan Perempuan di lapangan, maka akan dilakukan analisa terhadap setiap data yang ada dan fakta yang didapat berdasarkan indikator penelitian implementasi kebijakan model Edward III, yakni sebagai berikut:

5.1 Struktur Birokrasi Pelaksana Kebijakan

Salah satu dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya rincian tugas dan fungsi pelayanan bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana yang telah disusun oleh badan tersebut. Rincian tugas dan fungsi pelayanan menjadi pedoman bagi implementor dalam bertindak, sehingga para implementor dapat melakukan fungsinya dengan efektif. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana BPPKB telah mempersiapkan rincian-rincian tugas dan fungsi pelayanan yang dipaparkan dalam Rencana Strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana BPPKB periode 2011 - 2015. Rincian tugas yang disusun mencakup seluruh fungsi struktural organisasi. Dengan perincian seperti ini, aktifitas pegawai di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana BPPKB dapat diarahkan dan dimonitor seluruh tugas masing-masing. Disamping itu, 61 badan tersebut pun telah menyusun tugas-tugas yang jelas yang dapat menjadi pedoman bagi aktifitas rutin pegawai. Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya, keberadaan dari rincian tugas dan fungsi pelayanan di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana BPPKB Kabupaten Karo terbukti dapat memberikan dampak positif dalam mensukseskan implementasi pengendalian pertumbuhan penduduk, walaupun tidak semuanya berjalan dengan baik mengingat adanya kendala- kendala teknis tak terduga di lapangan. Edward III mengatakan bahwa kecenderungan struktur birokrasi pelaksana kebijakan adalah lemahnya fleksibilitas organisasi dalam menghadapi hal-hal yang diluar perencanaan awal. Penetapan rincian tugas dan fungsi dimulai dari menetapkan masalah atau tujuan dasar organisasi atau badan tersebut. Hal ini menyebabkan organisasi pemerintah cenderung kaku menghadapi masalah- masalah tak terduga. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana BPPKB Kabupaten Karo berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pun menghadapi masalah yang sama, dimana improvisasi dalam bekerja tetap terbatas dalam batasan rincian tugas yang ditetapkan sebelumnya.

5.2 Komunikasi