1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada awal kepemimpinan Presiden Soeharto, Puskesmas dan Posyandu menjadi ujung tombak sekaligus implementasi program di bidang kesehatan.
Pelayanan kesehatan dan Posyandu yang tersebar sampai ke desa terpencil berhasil menekan angka kematian bayi, mengendalikan penyebaran penyakit
menular dan memperbaiki kondisi masyarakat secara fisik. Gebrakan lain adalah pengadaan bidan ketika akseptor dan calon akseptor Keluarga Berencana KB
semakin merebak diberbagai pelosok desa dan tidak bisa lagi dilayani dokter, karena tempat tinggal mereka jauh dari Puskesmas. Memperhatikan kondisi
demikian pemerintah menggelar Inpres Bidan dengan membuka sekolah bidan di mana-mana dan dalam 3 tahun kebutuhan akan bidan terpenuhi.
Untuk menekan pertumbuhan penduduk sekaligus meningkatkan kesejahteraan keluarga, pemerintah mengadakan program Keluarga Berencana.
Tahun l968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional LKBN, dengan status lembaga semi pemerintah dan awal Pembangunan Lima Tahun PELITA
pertama, tepatnya tahun 1970 melalui Keppres Nomor 8 pemerintah mengumumkan pembentukan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
BKKBN. Keberhasilan program KB di Indonesia diakui oleh dunia internasional sehingga tahun 1989 Soeharto mendapat penghargaan dari UNFPA, PBB.
2
Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi tidak akan berjalan jika tidak didukung oleh sumberdaya yang memadai. Sebaliknya pembangunan kualitas
sumber daya manusia tidak akan tercapai tanpa dukungan pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, Program Keluarga
Berencana KB yang telah berjalan dan berkembang selama lebih dari tiga dasawarsa akan semakin memberikan andil cukup besar, apabila para penguasa,
para pejabat pemerintahan dan wakil-wakil rakyat konsisten memprioritaskan kepeduliannya terhadap masalah kependudukan sebagai indikator serta tolak ukur
dalam menilai keberhasilan pembangunan. Dengan demikian setiap insan pembangunan khususnya para pengambil keputusan dalam penetapan
kebijaksanaan pembangunan diberbagai tingkatan wilayah akan senantiasa berorientasi demografis.
Jumlah penduduk yang besar, akan berimplikasi sangat luas terhadap program pembangunan di Indonesia. Penduduk besar dengan kualitas rendah,
sangat berpotensi menjadi beban pembangunan seperti tercermin dari beratnya beban pemerintah pusat dan daerah untuk menyediakan berbagai pelayanan publik
seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, lapangan kerja, lingkungan hidup dan lain-lain. Meskipun pemerintah pusat telah memberikan perhatian dan komitmen
yang memadai, program KB nasional di era desentralisasi menghadapi tantangan cukup berat. Setelah desentralisasi program KB Nasional telah berjalan, belum
semua pemerintah KabupatenKota memiliki persepsi dan pemahaman yang sama tentang penting dan strategisnya program KB bagi pembangunan berkelanjutan.
3
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2014 Tentang Urusan Pemerintahan, pada BAB IV pasal 12 ayat 2 diyatakan
tentang “administrasi kependudukan dan pencatatan Sipil”. Penduduk pada hakekat nya dapat di ibaratkan sebagai pisau bermata dua, disatu sisi penduduk
yang besar dan berkualitas akan menjadi aset yang sangat bermanfaat bagi pembangunan namun sebaliknya penduduk yang besar tapi kualitasnya rendah
justru akan menjadi beban yang berat bagi pembangunan itu sendiri, oleh karna itu maka Program Keluarga Berencana perlu segera digalakan kembali.
Berbagai peraturan perundang-undangan yang ada seperti Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga, secara umum mengamanatkan bahwa hakikat pembangunan nasional ditujukan untuk semua dimensi dan aspek kehidupan termasuk perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.Oleh karna itu kebijakan dan program kependudukan, termasuk
program KB tidak semata-mata hanya upaya mempengaruhi pola dan arah demografi tetapi juga untuk mencapai kesejahteraan masyarakat lahir dan batin
bagi generasi sekarang dan generasi mendatang. Agar pembangunan dapat berkelanjutan, pembangunan ekonomi – pembangunan kualitas SDM –
pengelolaan kuantitas penduduk harus diintervensi secara bersama sama dan terintegerasi.
Dan saat ini dengan diberhentikannya Kepala Daerah Kena Ukur Karo Jambi Surbakti oleh DPRD Karo maka digantikan oleh
Terkelin Brahmana, S.H
4
dengan visi nya adalah “ Terwujudnya Masyarakat Karo yang Makmur dan
Sejahtera Berbasis Pembangunan Pertanian dan Pariwisata yang berwawasan lingkungan”. Berdasarkan Visi dan Misi serta program Kepala Daerah tersebut
disusunlah rencana pembangunan jangka menengah RPJM yang berisi kebijakan, program dan Kegiatan Pemerintahan Kabupaten, selanjutnya RPJM ini
dijabarkan menjadi Renstra SKPD dan ini merupakan awal Perencanaan Program dan Kegiatan 5 lima tahun kedepan SKPD Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana Kabupaten Karo. Rencana strategi SKPD Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana Kabupaten Karo merupakan arah perencanaan Program dan Kegiatan 2010-2015 yang dilaksankan secara bertahap dan berkesinambungan serta
terhindar dari overlapping sehingga kegiatan dapat dilaksanakn secara efektif dan efisien. Sejalan dengan visi diatas maka ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam
kurun 5 tahun kedepan. Pertama, untuk memperkuat kapasitas kelembagaan dan SDM masyarakat. Dan yang kedua, adalah terbangunnya kembali jaringan
pengelola KB sampai di Tingkat Desa secara aktif dan berkesinambungan sehingga dengan demikian program KB dapat berjalan untuk membentuk keluarga
kecil berkualitas.
Berdasarkan data Kantor Statistik Kabupaten Karo mulai tahun 2008- 2012, jumlah penduduk Kabupaten Karo diketahui sebagai berikut :
5
KATEGORI JUMLAH PENDUDUK JIWA
2008 2009
2010 2011
2012 Jumlah Pria jiwa
342.907 349.046 335.945
339.089 340.302
Jumlah Wanita jiwa
345.600 351.560 332.327
335.432 337.574
Total jiwa
688.507 700.606 668.272
674.521 677.876
Sumber :Kantor Statistik Kabupaten Karo. Dapat dilihat terjadinya peningkatan jumlah penduduk wanita
pertahunnya walaupun terjadi dengan tidak stabil. Dari peningkatan tersebut maka harus adanya pengelolaan KB secara aktif.
Disini penduduk sebagai modal dasar pembangunan adalah titik sentral dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar
akan menjadi motor penggerak pembangunan jika penduduk tersebut memiliki kualitas rendah justru akan menjadi beban pembangunan. Sekaitan dengan itu,
upaya mengendalikan dengan berhasil agar pelaksanaan pembangunan dapat dipercepat dan masyarakat yang sejahtera dapat terwujud.
Selain itu ada beberapa masalah yang juga menjadi pembahasan penting. Di Kabupaten Karo sendiri masih rendahnya pengetahuan tentang gender dan
perlindungan anak, masih kurangnya dukungan lintas sektor keluarga berencana dan pengarus utamaan gender.
6
Berdasarkan pemaparan di atas, pembangunan harus didukung sepenuhnya oleh kualitas sumber daya manusia yang ada dan demikian sebaliknya,
peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari keberhasilan pembangunan itu sendiri. Hal ini berlaku juga diseluruh wilayah Indonesia
termasuk Kabupaten Karo. Proses pembangunan di Kabupaten Karo dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Karo harus berjalan
seimbang dan saling mendukung. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Karo adalah dengan pengendalian pertumbuhan
penduduk dengan harapan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Hal ini sesuai dengan motto KB yaitu “Dua Anak Lebih Baik” yang
sering kita dengar bahwa dengan program KB maka keluarga akan lebih baik dan lebih terurus. Dengan kondisi yang demikian maka peluang untuk mendapatkan
sumber daya manusia yang lebih berkualtas akan semakin besar. Namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana pemerintah Kabupaten
Karo dalam pelaksanaan pengendalian pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo ? Atau langkah-langkah apakah yang telah dilakukan
pemerintah Kabupaten Karo dalam mengatasi pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo ? Dengan demikian, maka penulis merasa
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: ”Implementasi StrategiPengendalian Pertumbuhan Penduduk Pada Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana BPPKBDi Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo”.
7
1.2 Perumusan Masalah