Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Definisi Konsep

7

1.2 Perumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Implementasi StrategiPengendalian Pertumbuhan Penduduk Pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana BPPKB Di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi strategi yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencanadalam Pengendalian Pertumbuhan Penduduk di KabanjaheKabupaten Karo, untuk mengetahui keefektifan strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kabanjahe Kabupaten Karo selama ini seperti strategi yang dilakukan koordinasi, peningkatan kualitas sumber daya manusia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi penulis, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah dalam menganalisa permasalahan dilapangan. Dan juga menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi penulis tentang strategi 8 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam pelaksanaan pengendalian pertumbuhan penduduk di KecamatanKabanjaheKabupaten Karo. 2. Bagi Instansi, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan ataupun informasi tentang pelayanan jasa yang dapat meningkatkan kepuasaan pelanggan khususnya pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga berencana di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo 3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, penelitian ini sebagai bahan masukan bagi Fakultas dan menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa dan mahasiswi di masa mendatang.

1.5 Kerangka Teori

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti Singarimbun, 2008:37.

1.5.1 Pengertian Implementasi Kebijakan

Kata implementasi dalam Kamus Webster Wahab, 1991:50, secara etimologi, diadopsi dari kata “to implement” yang berarti “to provide means for 9 carrying out; to give practical effect to”, yaitu menyajikan sarana untuk melaksanakan sesuatu; menimbulkan dampak berakibat sesuatu. Patton dan Sawicki dalam Tangkilisan, 2003 : 78 bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Sehingga dengan mengorganisir, seorang eksekutif mampu mengatur secara efektif dan efisien sumber daya, unit-unit dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan program, serta melakukan interpretasi terhadap perencanaan yang dibuat, dan petunjuk yang dapat diikuti dengan mudah bagi realisasi program yang dilaksanakan. Pressman dan Wildavsky Syaukani, Gaffar dan Rasyid, 2002: 295, merumuskan implementasi sebagai proses interaksi diantara perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk meraihnya, serta serangkaian aktifitas langsung yang diarahkan untuk menjadikan program berjalan, dimana aktifitas tersebut mencakup: a. Organisasi Organization: pembentukan atau penataan kembali sumber daya, unit-unit serta metode untuk menjadikan program berjalan; b. Interpretasi Interpretation; menafsirkan agar program menjadi rencana dan pengarahan yang tepat untuk dapat diterima dan dilaksanakan; 10 c. Penerapan Application; ketentuan rutin dari pelayanan, pembayaran, atau lainnya yang dapat disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan program”. Grindle Wahab, 1991: 45, berpendapat bahwa implementsi kebijakan sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Oleh sebab itu tidak terlalu salah jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. Dari berbagai pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan adalah suatu tahap yang berlangsung setelah suatu kebijakan ditetapkan, di mana kebijakan dioperasionalisasikan dalam kegiatankegiatan yang terencana dan terorganisir, untuk dapat mencapai standar dan sasaran kebijakan, dengan memperhatikan lingkungan serta dampak di berbagai bentuk kegiatannya, sebagai bahan dalam perbaikan perencanaan kebijakan publik ke depannya.

1.5.1.2 Model Implementasi Kebijakan Publik

Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan publik, dikenal beberapa model implementasi kebijakan Tangkilisan, 2003: 20, antara lain: 11 a. Model Gogin Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan model Gogin ini dapat mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal pada keseluruhan implementasi, yakni: 1 bentuk dan isi kebijakan, termasuk didalamnya kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi, 2 kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif, dan 3 pengaruh lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecenderungan hubungan antara warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya. b. Model Grindle Grindle menciptakan menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan kebijakan dan hasil-hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil kebijakan yang dicapai akan dipengaruhi oleh isi kebijakan yang terdiri dari: 1. Kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi 2. Tipe-tipe manfaat 3. Derajat perubahan yang diharapkan 4. Letak pengambilan keputusan 5. Pelaksanaan program 6. Sumber daya yang dilibatkan Karenanya setiap kebijakan perlu mempertimbangkan konteks atau lingkaran dimana tindakan administrasi dilakukan. Intensitas keterlibatan para perencana, politisi, pengusaha, kelompok sasaran dan para pelaksana kebijakan akan bercampur baur mempengaruhi efektifitas implementasi. 12 c. Model Van Meter dan Van Horn Model implementasi kebijakan ini dipengaruhi oleh 6 faktor, yaitu: 1. Standar kebijakan dan sasaran yang menjelaskan rincian tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh 2. Sumber daya kebijakan berupa dana pendukung implementasi 3. Komunikasi inter organisasi dan kegiatan pengukuran digunakan oleh pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai 4. Karakteristik pelaksana, artinya karakteristik organisasi merupakan faktor krusial yang menentukan berhasil tidaknya suatu program 5. Kondisi sosial ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi hasil kebijakan 6. Sikap pelaksanaan dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan Van Meter dan Van Horn Samodra, Yuyun dan Agus, 1994: 19 menegaskan bahwa pada dasarnya kinerja dari implementasi kebijakan adalah penilaian atas tingkat ketercapaian standar dan sasaran kebijakan tersebut. d. Model Edward III Menurut George C. Edward III Subarsono 2005:90 ada empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasi suatu kebijakan, yaitu faktor struktur birokrasi, komunikasi, sumber daya, , dan disposisi. 1 Struktur Birokrasi Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu 13 dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya rincian tugas dan prosedur pelayanan yang telah disusun oleh organisasi. 2 Komunikasi Persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka yang melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus diteruskan kepada personil yang tepat sebelum keputusan dan perintah-perintah tersebut dapat diikuti. Tentu saja, komunikasi harus akurat dan harus dimengeti dengan cermat. Secara umum Edwards membahas tiga indikator penting dalam proses komunikasi kebijakan yakni: 1. Transmisi. Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi masalah dalam penyaluran komunikasi yaitu adanya salah pengertian miskomunikasi yang disebabkan banyaknya tingkatan birokrasi yang harus dilalui dalam proses komunikasi, sehingga apa yang diharapkan terdirtorsi di tengah jalan. 2. Kejelasan. Komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan street-level- bureaucrats harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak ambigumendua. 14 3. Konsistensi. Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan. Jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan. 3 Sumber Daya Sumber daya adalah faktor paling penting dalam implementasi kebijakan agar efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumber daya financial. Tanpa adanya sumber daya, kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja. Menurut Edward III Tangkilisan, 2003: 66, sumberdaya merupakan hal penting dalam implementasi kebijakan yang baik. Indikatorindikator yang digunakan untuk melihat sejauh mana sumberdaya mempengaruhi implementasi kebijakan terdiri dari: 1. Staf. 2. Informasi. 3. Fasilitas. 4 Disposisi Kecenderungan atau Tingkah Laku Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implemetor memiliki sifat atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses 15 implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif. Faktor-faktor yang menjadi perhatian Edward III Tangkilisan, 2003: 127 mengenai disposisi dalam implementasi kebijakan terdiri dari: 1. Pengangkatan birokrasi. 2. Insentif.

1.5.2 Strategi

Pada awalnya kata strategi dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategibisnis, olahraga misalnya sepak bola dan tenis, catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen strategi, dll. Menurut Chandler Kuncoro, 2005: 1 strategi adalah penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang perusahaan, diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Andrews Kuncoro, 2005: 2 strategi dapat diartikan sebagai pola sasaran, tujuan, dan kebijakanrencana umum untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan, yang dinyatakan dengan mendefenisikan apa bisnis yang dijalankan oleh perusahaa, atau yang seharusnya dijalankan oleh perusahaan. Akhirnya tidak terlupa keberadaan strategi pun harus konsisten dengan lingkungan, mempunyai alternatif strategi, fokus keunggulan dan menyeluruh, mempertimbangkan kehadiran resiko, serta dilengkapi tanggungjawab sosial. 16 Strategi yang ditetapkan juga tidak boleh mengabaikan tujuan, kemampuan, sumber daya dan lingkungan.

1.5.3 Implementasi strategi

Implementasi strategi strategy implementation mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memberdayakan system informasi, dan menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi. Implementasi strategi sering kali disebut tahap pelaksanaan dalam manajemen strategis. Melaksanakan strategi yang telah diformulasikan menjadi tindakan. Evaluasi strategi strategy evaluation adalah tahap final dalam manajemen strategis. Manajer sangat ingin mengetahui kapan strategi tidak dapat berjalan seperti diharapkan; evaluasi strategi adalah alat utama untuk mendapatkan informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa datang karma factor internal dan eksternal secara konstan berubah. Tiga aktivitas dasar evaluasi strategi adalah: 1 Meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini, 17 2 Mengukur kinerja, dan 3 Mengambil tindakan korektif. Evaluasi dibutuhkan karena kesuksesan hari ini tidak menjamin kesuksesan di hari esok. Sukses selalu membawa masalah baru yang berbeda; perusahaan yang puas diri akan mengalami kegagalan. Dengan demikian, pengimplementasian strategi dalam program-program termasuk proyek-proyek untuk mencapai sasarannya masing-masing dilakukan melalaui fungsi-fungsi manajeman lainnya yang mencakup pengorganisasian, pelaksanaan, penganggaran dan kontrol.

1.5.4 Pengendalian Kependudukan

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1992, yang dimaksud dengan penduduk adalah orang-orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu. Membicarakan kependudukan tidak terlepas dengan pengkajian angka- angka; dalam bentuk tabel, daftar, grafik, atau gambar. Pengkajian tersebut sangat berguna dalam perencanaan nasional suatu negara, baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Bahkan diluar itu setiap negara perlu mengkaji kependudukan ini, bukan hanya dalam ruang lingkup nasional namun juga harus mengkajinya secara global. 18 Pengendalian kependudukan adalah usaha mempengaruhi pola kembang biak penduduk ke arah angka pertumbuhan penduduk yang diinginkan, biasanya ditempuh melalui suatu kebijakan pemerintah di bidang kependudukan. Secara umum masalah berat yang diperkirakan para pengkaji masalah kependudukan dan lingkup dewasa ini adalah terjadinya ledakan penduduk yang dimulai dalam tahun 1950, dimana jumlah penduduk dunia baru diperkirakan 2,5 miliar orang, dan pada tahun 2000 melonjak menjadi 6,5 miliar orang Ritonga, 2001:149. Pada tahun 1798, Malthus menggambarkan dua kategori pengendalian penduduk, yaitu pengendalian positif yang ada hubungannya dengan sebab-sebab kematian dan naiknya kematian dalam hitungan tahun. Ini meliputi kemiskinan, penyakit, kelaparan dan perang. Kedua adalah pengendalian preventif terhadap tingkat kelahiran. Pengendalian penduduk adalah kegiatan membatasi pertumbuhan penduduk, umumnya dengan mengurangi jumlah kelahiran. Dokumen dari Yunani Kuno telah membuktikan adanya upaya pengendalian jumlah penduduk sejak zaman dahulu kala. Salah satu contoh pengendalian penduduk yang dipaksakan terjadi di Republik Rakyat Cina yang terkenal dengan kebijakannya “satu anak cukup” kebijakan ini diduga banyak menyebabkan terjadinya aksi pembunuhan bayi, pengguguran kandungan yang dipaksakan, serta sterilisasi wajib. Indonesia juga menerapkan pengendalian penduduk, yang dikenal dengan program Keluarga Berencana KB, meski program ini cenderung bersifat 19 persuasif ketimbang dipaksakan. Program ini dinilai berhasil menekan tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia.

1.5.5 Pertumbuhan Penduduk

Seperti diketahui setiap perubahan jumlah pernduduk baik pertambahan atau pengurangan disebut “pertumbuhan”, dapat positif atau negative. Pada hakikatnya suatu pertumbuhan penduduk hanya berpangkal pada tiga sumber, yaitu : Kelahiran, Kematian dan Migrasi. Pertumbuhan tersebut sama sekali bukan merupakan aspek yang terpisah daripada eksistensi penduduk, tetapi justru merupakan akibat berbagai faktor khusus. Sampai sebegitu jauh pertumbuhan penduduk telah menarik perhatian para ahli, sering kali di kaitkan dengan “kelangsungan hidup” sesuatu bangsa. Mengenai masalah ini sudah banyak dikemukakan teori dan hampir semuanya mengaitkan pertumbuhan penduduk dengan perkembangan sosial dan ekonomi. Walaupun demikian apabila ditinjau dari segi pengukuran, permasalahannya ternyata menyangkut beberapa sasaran yang pada hakikatnya lebih sederhana. Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk ini, tidak hanya di bidang sosial dan ekonomi tetapi juga di bidang politik misalnya mengenai jumlah pemilih untuk pemilu yang akan datang. Tetapi 20 prediksi jumlah penduduk dengan cara seperti ini belum dapat menunjukkan karakteristik penduduk dimasa yang akan datang. Untuk itu diperlukan proyeksi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang membutuhkan data yang lebih rinci yakni mengenai tren fertilitas, mortalitas dan migrasi. Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.

1.5.6 Pengendalian Pertumbuhan Penduduk

Sebelum membicarakan masalah ini lebih lanjut, terlebih dahulu perlu dijelaskan beberapa ciri pertumbuhan penduduk. Pertama, keseimbangan antara faktor kelahiran, kematian dan migrasi yang merupakan suatu keadaan yang unik. Segala sesuatunya ternyata tidak hanya ditentukan oleh salah satu diantara ketiga faktor tersebut. Dalam keadaan tertentu dapat kemungkinan adanya perbedaan yang cukup besar antara kombinasi faktor-faktor tersebut, sehingga keseimbangannya dari waktu ke waktu bisa berubah. Dalam sejarahnya jumlah penduduk senantiasa mengalami fluktuasi antara pertambahan dan pengurangan. Kecenderungan yang tampak pada zaman modern adalah jumlah penduduk yang selalu bertambah. Hal ini terjadi dimana-mana sehingga seolah- olah sudah dirasakan sebagai keadaan yang biasa, dilain pihak stabilitas atau 21 pengurangan jumlah penduduk malah dianggap tidak normal. Tahap modern ini pada hakikatnya secara relative boleh dikatakan terjadi belum begitu lama. Pertumbuhan sejak tahun 1600 yang barangkali sudah lima kali lipat merupakan peristiwa yang belum pernah terjadi selama ini. Ciri umum pertumbuhan tersebut tidak sesuai dengan konsep umum yang menyangkut masalah tesebut. Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam masalah sosial ekonomi umumnya dan masalah penduduk pada khususnya. Karena di samping berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi penduduk juga akan berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi suatu daerah atau negara maupun dunia. Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya. Pengendalian pertumbuhan penduduk juga merupakan faktor penting dalam peningkatan keluarga kecil yang berkualitas. Demikian pula, aspek penataan administrasi kependudukan merupakan hal yang penting dalam mendukung perencanaan pembangunan baik di tingkat nasional maupun daerah. Sedangkan, pemuda sebagai bagian dari penduduk merupakan aset pembangunan dan mempunyai kontribusi dalam pembangunan perekonomian bangsa. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga, Pengendalian pertumbuhan penduduk bertujuan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara jumlah penduduk dengan lingkungan hidup 22 baik yang berupa daya dukung alam maupun daya tamping lingkungan serta kondisi perkembangan sosial ekonomi dan budaya. Masalah pengendalian pertumbuhan penduduk di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Ia mencakup lima masalah pokok yang kait mengait satu sama lainnya, yakni: 1 Jumlah penduduk yang besar 2 Tingkat pertumbuhan yang tinggi 3 Penyebaran penduduk yang tidak merata 4 Komposisi umur penduduk yang timpang 5 Dan masalah mobilitas penduduk Widiyanti, 1987:66

1.6 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial Singarimbun, 1995 :37. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti. Adapun defenisi yang dipergunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dalam Pelaksanaan Pengendalian Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Karo ini adalah: 1 Implementasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menguji data dan menerapkan sistem yang diperoleh dari kegiatan seleksi 23 2 Strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dengan memperhatikan empat unsur penting yaitu, kemampuan, sumber daya, lingkungan, tujuan. 3 Penduduk adalah orang-orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu. 4 Pengendalian Kependudukan adalah usaha mempengaruhi pola kembang biak penduduk ke arah angka pertumbuhan penduduk yang diinginkan, biasanya ditempuh melalui suatu kebijakan pemerintah di bidang kependudukan. 5 Pertumbuhan Penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. 6 Pengendalian Pertumbuhan Penduduk adalah kegiatan membatasi pertumbuhan penduduk, umumnya dengan mengurangi jumlah kelahiran. 24

1.7 Sistematika Penelitian