9 Anak Laki2
Saudara Laki2
sekandun g
Ayah Anak
Laki-Laki Cucu
Laki-Laki Sdr
Laki-Laki Sekandung
Saudara Peremp
uan Seayah
Kakek
10 Anak Laki2
Sdr seayah
Ayah Anak
Laki-Laki Cucu
Laki-Laki Sdr
Laki-Laki Sekandung
Seayah Saudara
Peremp uan
Sekand ung
Seayah Kakek
11 Paman Sekandu
ng Ayah
Anak Laki-Laki
Cucu Laki-Laki
Sdr Laki-Laki
Sekandung Seayah
Saudara Peremp
uan Sekand
ung Seayah
Kakek Dan
Anak Laki2
sdr Laki2
skdg 12 Paman
Seayah Ayah
Anak Laki-Laki
Cucu Laki-Laki
Sdr Laki-Laki
Sekandung Seayah
Saudara Peremp
uan Sekand
ung Seayah
Kakek Dan
Paman Sekan
dung 13 Anak
Laki2 Paman
Sekandu ng
Ayah Anak
Laki-Laki Cucu
Laki-Laki Sdr
Laki-Laki Sekandung
Seayah Saudara
Peremp uan
Sekand ung
Seayah Kakek
Dan Paman
Skdg Seaya
h 14 Anak
Laki2 Paman
Seayah Ayah
Anak Laki-Laki
Cucu Laki-Laki
Sdr Laki-Laki
Sekandung Seayah
Saudara Peremp
uan Sekand
ung Seayah
Kakek Dan
Paman Skdg
Seaya h
Dan Anak
Laki2 Paman
Skdg
F. Cara Menentukan Dan Menyelesaikan Warisan
Jika kita ingin membagi harta waris kepada orang-orang yang berhak, kita harus melihat mana yang disebut harta peninggalan tirkah dan membayar lunas
semua utang dan melaksanakan semua wasiat simayyit, yang tidak lebih dari 13 harta waris, kita harus mengetahui siapa saja yang berhak mendapatkan warisan. Dan harus
diketahui siapa yang terlarang menerima warisan. Kita harus mengikuti langkah- langkah berikut ini.
1. Menentukan bagian-bagian ash-habul furudh jika mereka ada
2. Menjelaskan asal masalah
3. Menentukan bagian setiap ahli waris
4. Harta Waris dibagi berdasarkan asal masalah.
5. Apabila kita telah mengetahui bagian untuk setiap ahli waris dan kadar satu
bagian dari harta waris, tinggal kita kalikan kadar bagian itu dengan jumlah bagian ahli waris, dan hasilnya adalah kadar satu bagian dari harta waris.
6. Semua ini diberikan, apabila para ahli warisnya dari dzawil furudh saja atau
sebagian lagi ashabah. Apabila ahli warisnya hanya ashabah dan semuanya laki-laki, atau semuanya perempuan, asal masalahnya adalah jumlah ahli
warisnya. Namun apabila para ahli waris itu campuran, ada laki-laki dan perempuan, asal masalahnya adalah jumlah laki-laki dikalikan dua, ditambah
jumlah perempuan.
Contoh Penyelesaiannya: Seseorang meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri, bapak, ibu, kakek, seorang anak laki-laki dan seorang cucu laki-laki. Harta
peninggalannya sebesar Rp 48.000.000,00.
Maka penyelesaiannya sebagai berikut: Kita harus menentukan siapa ahli waris yang mendapat warisan
Isteri 18
Bapak 16
Ibu 16
Kakek Terhalang
oleh adanya
Ayah Seorang anak laki-laki
Ashabah sisa Seorang cucu laki-laki
Terhalang oleh adanya anak Sesudah kita menentukan siapa ahli waris, selanjutnya pembagiannya yaitu
Isteri 18
: 18
X 24
= 3
Bapak 16
}a.m 24 : 16 X 24 = 4
Ibu 16
: 16
X 24
= 4
Seorang Anak laki-laki Asabah sisa
: 24-11 = 13 48.000.000 : 24 = 2.000.000
Isteri 3 X 2.000.000 = Rp 6.000.000.
Bapak 4 X 2.000.000 = Rp 8.000.000.
Ibu 4 X 2.000.000 = Rp 8.000.000.
Seorang Anak Laki-Laki 13 X 2.000.000 = Rp 26.000.000. +
Rp 48.000.000.00., Dalam pembagian waris ada disebut ahli waris inti yaitu tidak pernah tertutup
tapi tentu akan tampil sebagi yang mendapat bagian harta tinggalan karena tidak terhijab hirman adalah: Suami atau Istri, Ibu, Ayah, Anak Perempuan, dan Anak
Laki-Laki. Mereka disebut ahli waris inti karena dalam kenyataan bahwa kemungkinan yang mutlak mereka itu tentu menerima hak kewarisannya, sementara
ahli waris diluar mereka tertutup sama sekali selagi masih ada anak, ayah dan ada ibu, sehingga mereka tidak bisa menikmati hak kewarisan mereka, menerima bagian
harta tinggalan.
66
SKEMA AHLI WARIS INTI
Ibu -
Ayah +
66
Ahmad Kuzari, Sistem Ashabah Dasar Pemindahan Hak Milik Atas Harta Tinggalan, hal. 3.
Yang Meninggal - +
Suami +
Istri -
Anak Perempuan
- Anak
Laki-Laki +
Keterangan: + = Laki-Laki -
= Perempuan = Sebab Pernikahan
= Sebab Keturunan.
BAB III RADD DALAM KEWARISAN
A. Pengertian Radd
Radd berasal dari kata “radda”
ر د
“yaruddu”
دﺮ “
raddan”
ادر,
yang artinya kembali.
1
Secara etimologi radd artinya “al-‘awd”
ا ْﻮ
د
“ar-ruju”
ا ﺮ
ْﺟ ﻮ
ع
artinya kembali, dan “ash-sharf”
ا فْﺮ
artinya menghindarkan.
2
Dan radd berarti juga dengan “arrapashu”
ا ﺮ ,
dan “al-Iadah”
ﻻا دﺎ
ْة
artinya mengembalikan.
3
Sebagaimana terdapat dalam al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 25.
⌧ ⌧ ⌧
☺ ⌧
..................
Artinya : “Dan Allah menghalau mengembalikan orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, lagi mereka tidak memperoleh keuntungan
apapun. dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan dan adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”
Q.S. al-Ahzab, 33:25
1
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus arab-Indonesia Surabaya: Pusat Progressif, 1997 Cet ke-14, hal, 486. Lihat juga . Abul Yazid Muhammad Abul Azmi, Maqosidu al-
Miraz Fi Douni Nususi al-Syariati Waqonuni al-Mawaris, Mesir, Hukmu Attabi’i Mahfuzatul
Lilmuallif, 1999 hal.84.
2
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-Fiqh Al-Islami
Mesir: Arrisalah Al-Dauliyyah, 2000 Terjemah H. Addys Aldizar dan Fathurrahman. Penulis
Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2004 hal. 321.
3
Ahmad Kamil al-Hudhuri, al-Mawaris al-Islamiyyah Ttp, Lajnat Atta’rif al- Islamiyyah,1966 hal. 54.
52
Menurut Hasanain Muhammad Mahluf., radd secara terminologi adalah: “adanya kelebihan pada kadar bagian ahli waris dan adanya kekurangan pada jumlah
sahamnya.”
4
Dan menurut Ahmal Kamil al-khuduri., radd adalah: “memberikan harta yang tersisa kepada ashabul furud, sesudah diberikan bagian masing-masing ashabul furud
dan tidak bersama dengan ahli waris ashabah, dibagi sesuai dengan nisbat bagian mereka.”
5
Menurut Sayid Sabiq., bahwa radd adalah: “pengembalian apa yang tersisa dari bagian dzawil furudh nasabiyyah kepada mereka sesuai dengan besar kecilnya
bagian mereka bila tidak ada orang lain yang berhak untuk menerimanya.”
6
Menurut Hasan Ahmad Khotib., Radd adalah: Adanya kekurangan jumlah jumlah saham dari pada asal masalah, dan adanya kelebihan kadar bagian para ahli
waris.
7
Menurut Fathurrahman., radd adalah: “penambahan pada bagian-bagian ahli waris dan pengurangan saham-sahamnya.”
8
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa radd adalah suatu masalah kasus pewarisan yang jumlah sahamnya lebih kecil daripada asal masalahnya. Dan
4
Hasanain Muhammad Makhluf, al-Mawaris Fi al-Syariatil al-Islamiyyah, Kairo: Lajnah al-Bayyan al-Araby, 1958 hal. 138.
5
Ahmad Kamil al-Hudhuri, al-Mawaris al-Islamiyyah hal. 55.
6
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Ttp: Dar al-Tsaqafah al-Islamiyah, t.th., jilid III, h. 306
7
Hasan Ahmad Khotib, al-Fiqhul al-Muqaron, Kairo: Darut at-Taklif. 1957 hal. 336.
8
Fathurrahman, Ilmu Waris Bandung: Al-Maarif, 1975 Cet Ke-4, hal. 423