Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Abu Hanifah

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman sesudah itu Kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu Maka orang-orang itu termasuk golonganmu juga. orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya daripada yang bukan kerabat.” Q.S. Al-Anfal, 8:75 Ayat ini mempunyai makna umum, yaitu setiap orang yang terikat dengan hubungan rahim lebih utama untuk menerima warisan daripada yang lain. Dengan demikian, mereka berhak mengambil sisa dari harta waris. Ayat ini juga tidak bertentangan dengan ayat waris-mewarisi, sebab bagian yang telah ditetapkan sudah diberikan kepada ash-habul furudh. Karena itu mengambil sisa bukanlah menambah bagian yang telah ditetapkan ALLAH, namun karena ada sebab yang lain, seperti orang yang mewarisi karena sebab kekerabatan melalui dua jalur. 31 Selain berpegang pada firman Allah tersebut, mereka juga mendasarkan pendapatnya pada hadits yang disampaikan oleh Sa’ad bin Abi Waqqash. ﺪ ﺎ ا ْﺪ ْى ﺪ ﺎ ْﺎ ْن ﺪ ﺎ ﺰ ا ْه ﺮ ْى ﺎ ل ا ْ ْﺮ ْ ﺎ ْﺮ ْ ْﺪ ْ ا ْ و ﺎ ْص ْ ا ْ ﺎ ل : ﺮ ْ ﻜ ﺔ ْﺮ ﺎ ﺎء ْﺷ ْ ْ ﻰ ْا ْﻮ ت ءﺎ ﺎ ﻰ ا ﻰ ﺻ ﻰ ﷲا و ْﻮ د ْ ﺎ ر ْﻮ ل ﷲا ا ن ْﻰ ﺎ ﻻ آ ْ ﺮ ا و ْ 31 Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-Fiqh Al-Islami, hal. 324. Artinya “Bercerita kepada kami Hamidi bercerita kepada kami Supyan bercerita kepada kami Zuhri, berkata ia, bercerita kepada kami Amar bin Sa’ad bin Abi Waqos dari ayahnya berkata ia, Pada saat haji Wada’ Rasulullah saw, mengunjungiku yang sedang sakit keras. Aku bertanya kepadanya, ‘Wahai Rasulllah, aku adalah orang yang memiliki harta yang banyak dan tidak ada yang mewarisi hartaku, kecuali anak perempuanku satu- satunya. Jika demikian, bolehkah aku menyedekahkan dua pertiga 23dari hartaku? Nabi saw menjawab, tidak boleh. Aku bertanya lagi Bagaimana jika aku sedekahkan separuh hartaku, ya Rasulallah? Nabi saw. Menjawab, Juga tidak boleh, Aku kembali bertanya, kalau sepertiga 13 mendengar itu, nabi saw. Bersabda ‘kalau sepertiga 130 boleh, dan itupun sudah banyak. Sebab, seandainya kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan papa, meminta- minta kepada manusia, .…H.R. Bukhari Bentuk argumentasi dari hadis diatas adalah Rasulallah SAW, tidak melarang sa’ad yang membatasi warisannya hanya untuk anak perempuannya, namun beliau melarangnya berlebihan dalam memberi sedekah, sehingga anaknya menjadi kaya dengan warisan. Jelasnya, anak perempuan Sa’ad tidak mewarisi seluruh harta, 32 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Matnul al-Bukhari Bi-Hasiyyatis al- Sindi, Berut: Daar ibn al-Hizam, tth Jilid ke-4, hal. 165. kecuali jika ia mengambil bagian tetap yang setengahnya dan sisa menjadi pengembalian. 33

c. Syi’ah Zaidiyah dan Imamiyyah

Mereka berpendapat kelebihan harta diserahkan kepada ahli waris yang ada sesuai dengan kadar masing-masing. Sedang di kalangan Syi’ah Imamiyah juga terdapat perbedaan tentang memberikan sisa harta kepada suami isteri ketika ahli waris yang lain tidak ada. Pertama, sisa harta diberikan kepada suami tidak kepada isteri. Pandangan ini yang lebih mashur di kalangan mazhab Imamiyah dan yang paling banyak diamalkan. Kedua, sisa harta diserahkan kepada suami atau isteri secara mutlak dan dalam semua keadaan. Ketiga, sisa harta diberikan kepada suami atau isteri manakala tidak ada imam yang adil. Kalau ada imam yang adil maka sisa harta diserahkan kepada suami. 34

D. Radd Dalam KHI dan Fiqh Klasik 1. Radd Dalam KHI

Dalam masalah radd ini, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia menyatakan bahwa apabila terjadi kelebihan harta, maka kelebihan tersebut dikembalikan kepada 33 Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-Fiqh Al-Islami, hal. 325, 34 Muhamad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, terj. Afif Muhamad,Jakarta : Basri Press, 1994, h. 357. seluruh ahli waris, tanpa terkecuali kepada suami atau istri. 35 Hal ini sebagaimana termaktub dalam pasal 193 KHI 36 “Apabila dalam pembagian harta warisan diantara para ahli waris dzawil furud menunjukkan pembilang lebih kecil daripada angka penyebut, sedangkan tidak ada ahli waris ashabah, maka pembagian harta warisan tersebut dilakukan secara radd, yaitu sesuai dengan hak masing-masing ahli waris, sedang sisanya dibagi secara berimbang diantara mereka” Sikap tegas yang diambil oleh Kompilasi Hukum Islam yang hanya memberikan satu pilihan yaitu sisa harta yang sesudah dibagikan kepada ashabul furudh radd boleh diberikan kepada semua ahli waris. Dalam Kompilasi Hukum Islam Radd itu diserahkan kepada seluruh ashabul furudh, termasuk kepada suami atau istri. 2.Radd Dalam Fiqh Klasik Masalah radd timbul karena adanya sisa harta sesudah dibagikan kepada dzawil furudh, sedangkan ahli waris yang berhak atas sisa harta ashabah tidak ada. Mengenai radd para Ulama berbeda pendapat tentang pengembailannya apakah diserahkan kepada ashabul furudh atau kepada baitul mal radd itu ada atau tidak ada. Terus para Ulama juga berbeda pendapat tentang pengembalian kepada ashabul furud siapa saja yang mendapatkan radd. 35 Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, hal 198. 36 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Jakarta: Akademika Pressindo, 2007 hal 160.