Syafi’i dan Imam Malik, radd itu harus diberikan kepada Baitul Mal. Dan menurut Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Abu Hanifah suami atau istri tidak boleh
mendapatkan radd.
12
Hal ini yang ingin penulis telusuri dalam penulisan skripsi ini.
Rumusan tersebut diatas penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah perbedaan dan persamaan konsep Radd yang ada dalam
Kompilasi Hukum Islam dan Fiqh Klasik ? 2.
Apa yang menjadi dasar bagi ulama Indonesia membuat konsep Radd dalam Kompilasi Hukum Islam berbeda dengan pendapat jumhur ulama ?
3. Bagaimanakah aplikasi pembagian Radd ?
4. Bagaimana relevansi konsep radd dalam perkembangan sosio-kultur
masyarakat Indonesia sekarang ini?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menemukan perbedaan dan persamaan antara Kompilasi Hukum
Islam dan Jumhur Ulama tentang status hukum radd. 2.
Untuk mengetahui alasan yang jelas dari para ulama Indonesia tentang perbedaan radd dalam Kompilasi Hukum Islam dengan jumhur ulama.
3. Mengetahui dasar hukum yang dipakai dalam penentuan radd dalam
Kompilasi Hukum Islam.
12
Hasan Ahmad Khotib, Al-Fiqh al-Muqaran, h.338-339.
4. Untuk mengetahui konsep radd dan penyelesaiannya dalam kewarisan
Islam. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk memberikan gambaran hukum yang jelas tentang konsep radd
yang ada dalam Kompilasi Hukum Islam dan Fiqh Klasik. 2.
Menambah khasanah keilmuan khususnya bagi penulis dan pada umumnya pada pembaca.
3. Pengembangan kuwalitas pengetahuan hukum waris, khususnya tentang
cara pembagiannya kalau ada masalah radd. 4.
Bagi Peradilan Agama untuk mengetahui secara jelas tentang konsep dalam Kompilasi Hukum Islam masalah radd.
D. Tinjaun review kajian terdahulu
1.
Penetapan Ahli Waris dan Masalah Rad dalam Hukum Waris, pada tahun
1998 yang ditulis oleh Ramelan, jurusan perbandingan mazhab dan hukum. Dalam Skripsinya Ramelan mempokuskan pada penetapan siapa yang berhak menerima
warisan dan cara menyelesaikan pembagian masalah rad dalam warisan. Saudara Ramelan menyimpulkan bahwa ahli waris yang ditetapkan mendapatkan warisan
apabila masih ada sisa harta radd semuanya mendapatkan radd sesuai bagian masing-masing. Bedanya dengan skripsi yang saya bahas adalah perbedaan konsep
Radd dalam KHI dengan Jumhur Ulama, titik berat yang saya cari konsep, dasar,
alasan yang dipakai.
2. Respon Perempuan Terhadap Sistem Pembagian 2:1 Dalam Hukum
Kewarisan Islam Studi di RT 0405 Kel Bojong kulur Kec. Gunung putri Kab. Bogor pada tahun 2008 yang ditulis oleh Eli Nurmalia, Jurusan Peradilan Agama.
Dalam skrifsinya Eli Nurmalia membahas tentang respon perempuan terhadap sistem
yang ada dalam waris 2:1 dengan penelitian lapangan. Eli menyimpulkan bahwa mereka menerima sistem pembagian tersebut karena dirasa sudah merupakan wujud
keadilan ALLAH dengan melihat tentang kewajiban laki-laki lebih besar dalam nafkah. Perbedaan dengan skripsi saya yaitu saya membahas tentang konsep Radd
sedangkan Eli membahas tentang pembagian 2:1.
3. Penyelesaian Gugatan Kewarisan Anak Perempuan Dengan Saudara Kandung
Studi analisis putusan Pengadilan Agama pada tahun 2008 yang ditulis oleh Elfit Nufitra Mubarok jurusan Peradilan Agama. Dalam skrifsi ini membahas tentang
penyelesaian gugatan di pengadilan Agama terhadap kewarisan anak perempuan dengan saudara kandung, dengan menganalisis dua putusan Pengadilan Agama
Cibadak dan Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Elfit Muftra Mubarak menyimpulkan bahwasanya status hukum kewarisan anak perempuan dengan saudara
kandung harus mengikuti pendapat KHI, bedanya dengan skripsi yang saya bahas adalah Elfit membahas tentang kewarisan anak perempuam dengan saudara kandung
sedangkan saya membahas tentang konsep radd antara KHI dengan jumhur Ulama.
F. Metode Penelitian