Dzawil Arham Bagian Ahli Waris

sekelompok anak perempuan atau cucu perempuan pancar laki-laki, manakala tidak ada anak laki-laki, cucu laki-laki pancar laki-laki, atau bapak, serta tidak ada saudaranya yang laki-laki, yang menjadikannya sebagai ahli waris bil ghoir. Jadi saudara perempuan sekandung atau sebapak mempunyai tiga keadaan, yaitu sebagai penerima warisan secara fardh manakala tidak bersama-sama dengan saudara laki- lakinya sebagai ashabah bi ghoir manakala bersama dengan saudara laki-lakinya; dan sebagi ashabah ma’al ghair manakala bersama-sama dengan anak perempuan atau cucu perempuan pancar laki-laki. 46

c. Dzawil Arham

Semula istilah dzawil arham mempunyai arti yang luas, yakni mencakup seluruh keluarga yang mempunyai hubungan kerabat dengan orang yang meninggal. 47 Para Ulama faraidh memberikan definisi dzawil arham yaitu setiap kerabat yang bukan tidak termasuk ashabul furud dan bukan tidak termasuk golongan ashabah. Penyebutan ini dimaksudkan untuk membedakan orang-orang yang termasuk dzawi al-arham dengan orang orang–orang yang termasuk ash-habul furudh dan ashabah. 48 Orang-orang yang kelompok dzawil arham antara lain: 49 46 Hasanain Muhammad Makhluf, Al-Mawaris FI al-Syari’ al-Islamiyyah, Kairo: Lajnah Al- Bayyan al-Araby, 1958 hal. 102-103. 47 Usman Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, hal. 79.. 48 Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-Fiqh Al-Islami, hal. 339. 49 Usman Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, hal. 80. 1 Cucu perempuan pancar perempuan dan seterusnya kebawah. 2 Cucu laki-laki pancar perempuan dan seterusnya kebawah 3 Anak perempuan saudara laki-laki sekandung dan seterusnya ke bawah 4 Anak perempuan saudara laki-laki sebapak dan seterusnya kebawah. 5 Anak laki-lakisaudara perempuan sekandung dan seterusnya kebawah. 6 Anak perempuan saudara perempuan sekandung da seterusnya kebawah 7 Anak laki-laki saudara perempuan sekandung dan seterusnya kebawah 8 Kakek dari pihak ibu dan seterusnya kebawah Mengenai hak waris dzawil arham, para fuqaha masih berselisih pendapat. Sebagian mereka menyatakan bahwa dzawil arham sama sekali tidak dapat menerima warisan, dan sebagian lainnya menyatakan bahwa dalam keadaan tertentu, yakni mana kala tidak ada lagi golongan ashabul furudh dan ashabah, dzawil arham dapat menerima warisan. Golongan yang menyatakan bahwa dzawil arham sama sekali tidak menerima warisan adalah, Zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas, Sa’id bin Musayyab, Sufyan al-Tsauri, Imam Malik, Imam Syafi’i dan ibn hazm. Imam Malik dan Imam Syafi’i berpendapat bahwa tidak ada hak waris bagi dzawil arham dan harta warisan tersebut diberikan ke Baitul Mal. 50 50 Ibid, hal. 81. Golongan yang menyatakan bahwa dzawil arham berhak menerima warisan adalah Ali, Ibn Mas’ud, Syuraih al-Qadhi, Ibnu Sirrin,’Atho’ Mujahid, Imam Abu Hanifah dan Imam Ibnu Hanbali. 51

D. Asal Masalah dan Tashihul Masalah