Abdullah ibnu Abbas Pendapat Para Sahabat dan Tabiin a. Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khottab

nenek tidak boleh mendapatkan bagian lebih dari apa yang telah ditetapkan, kecuali jika tidak ada ashabul furudh, yang memiliki hubungan karena nasab. 22

2. Pendapat para Imam Mazhab a.

Imam Syafi’i dan Imam Maliki Menurut Imam Syafi’i dan Imam Maliki Sisa harta yang tersisa setelah bagian ashabul furudh dibagikan radd, tidak bisa dikembalikan kepada ashabul furud , tetapi harus diserahkan ke baitul mal. 23 Demikian juga tidak boleh diserahkan kepada dzawil arham, baik keadaan kas baitul mal teratur dalam melaksanakan tugasnya maupun tidak. Sebab hak pusaka terhadap kelebihan tersebut adalah ditangan orang-orang muslimin pada umumnya. Orang-orang muslimin pada keadaan bagaimanapun tidak boleh dianggap sepi. Biarpun nashir tersebut tidak melaksanakan amanat orang-orang muslimin, tetapi hal itu tidak dapat menggugurkan hak mereka. 24 Oleh karena itu Kelebihan harta setelah dibagi-bagikan kepada ahli waris dzul al-furudh tidak dapat dimiliki oleh seorang ahli waris karena tidak ada jalan untuk memilikinya dan harus diserahkan ke baitulmal. 22 Ibid, hal. 327. 23 Muhammad Muhyidin Abdul Hamid, Ahkamul Mawaris Fissyariatil Islamiyyah Ala Mazahibul Arbaah, hal. 174. 24 Muhammad Syarbini al-Khotib, Mughnil Muhtaj Mesir: Musthapa al-Baby al-Halaby, 1958 Juz III, hal. 6. Dalil yang dikemukakan bahwa Allah SWT menjelaskan bagian tiap-tiap ahli waris, apabila kita memberikan radd itu kepada ashabul furudh berarati kita sudah memberikan yang bukan haknya. Dalam alqur’an surah an-Nisa’ ayat 13-14. ⌧ ⌧ ............. Artinya : “ Hukum-hukum tersebut itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.” Q.S. An-Nisa’ 4:13-14 Ayat ini menjelaskan bahwa tidak boleh melampaui batas yang telah disyariatkan oleh ALLAH SWT, yang melampaui batas akan mendapatkan sanksi yang keras. Karena bahwasanya ALLAH SWT telah menentukan bagian para dzawil furudh secar qoth’iy besar kecilnya secar pasti, tidak perlu ditambah atau dikurangi. Menambahi fardh mereka berarti membuat ketentuan yang melampaui batas ketentuan syariat. Orang-orang yang melampaui batas ketentuan syariat, oleh tuhan diultimatum akan diabadikan dineraka.