bahwa seseorang telah meninggal dunia maupun mati hukmi yaitu kematian seseorang secara yuridis ditetapkan melalui keputusan hakim
dinyatakan telah meninggal dunia. Ini bisa terjadi dalam kasus seseorang yang dinyatakan hilang tanpa diketahui dimana dan bagaimana keadaannya,
setelah dilakukan upaya-upaya tertentu. Melalui keputusan hakim, orang tersebut dinyatakan meninggal dunia. Dan mati taqdiri yaitu perkiraan
seseorang telah meninggal dunia. Misalnya seseorang yang diketahui ikut berperang.
17
b. Al-Warits, yaitu adalah orang yang dinyatakan mempunyai hubungan
kekerabatan baik karena hubungan darah, hubungan sebab perkawinan, atau karena akibat memerdekakan hamba sahaya.
c. Al-Mauruts yaitu harta benda yang menjadi warisan
2. Syarat-Syarat Waris
Syarat menurut etimologi adalah tanda, sedangkan menurut terminologi sesuatu karena ketiadaannya tidak akan ada hukum.
18
Syarat Waris Ada Tiga Macam: a.
Meninggalnya pewaris dengan sebenarnya, maupun secara hukum, seperti keputusan hakim atas kematian orang yang mafqud hilang
17
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, Hal. 4
18
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-Fiqh Al-Islami.
Hal. 28
b. Hidupnya ahli waris setelah kematian pewaris, walaupun secara hukum
seperti anak dalam kandungan. c.
Tidak adanya salah satu penghalang dari penghalang-penghalang pewarisan.
19
Mengenai syarat yang ketiga tidak adanya penghalang pewarisan diantara para ahli faraidh, ada yang menyatakan bahwa hal tersebut tidak termasuk
kedalam syarat pewarisan, yang menjadi syarat pewarisan yang ketiga adalah: Mengetahui sebab-sebab yang mengikat ahli waris dengan si mayyit, seperti
garis kekerabatan, perkawinan dan perwalian.
20
3. Sebab-Sebab Waris
Sebab menurut etimologi adalah sesuatu yang menyampaikan kepada sesuatu yang lain baik sesuatu tersebut bisa diraba seperti tali. Sedangkan menurut
terminologi adalah hal yang mengharuskan keberadaan hal yang lain, sehingga hal
yang lain itu menjadikan hal yang lain tidak ada secara substansial.
21
Contoh api merupakan sebab terjadinya kebakaran.
Sebab-sebab mewariskan yang disepakati ulama ada tiga macam a.
Kekerabatan b.
Pernikahan c.
Wala’ membebaskan budak
19
Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Semarang: Toha Putera, 1972 hal. 426-427.
20
Usman Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama,2002 Cet ke-2, hal, 25.
21
Muhammad Sabatul al-Maridini, Sarhu al-Matnu al-Ruhbiyyah Semarang, Usaha Keluarga, Tth hal, 10
Sebab-sebab mewariskan yang diperselisihkan ulama yaitu Baitul Mal.
22
4. Penghalang Mendapatkan Waris
Penghalang menurut etimologi adalah penghalang diantara dua hal. Sedangkan menurut terminologi adalah sesuatu yang mengharuskan ketiadaan sesuatu yang lain.
Tentu saja ketiadaan sesuatu yang lain itu, tidak serta merta bermakna secara substansial. Dengan demikian, penghalang adalah keberadaannya, syarat adalah
ketiadaannya, dan sebab adalah keberadaan dan ketiadannya.
23
Penghalang mewarisi yang disepakati ada tiga macam a.
Berlainan Agama yaitu berlainnya agama orang yang menjadi pewaris dengan orang yang yang menjadi ahli waris. Mengenai kedudukan
berlainan agama sebagai penghalang warisan telah menjadi ijma’ ulama.
24
Namun demikian menurut Muadz, Muawiyyah, Ibnu al-Musayyab, Masruq dan an-Nakha’i berpendapat bahwa penghalang warisan
perbedaan agama, tidak termasuk bagi orang muslim untuk mewarisi harta peninggalan ahli warisnya yang non muslim.
25
b. Perbudakan yaitu seorang budak tidak dapat mewarisi dan mewariskan
harta peninggalan dari dan kepada ahli warisnya. Ia tidak dapat mewarisi karena dipandang tidak cakap mengurus harta milik, dan status
22
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fi al-Fiqh Al-Islami,
h. 41.
23
Ibid, hal 46.
24
Usman Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, hal, 37.
25
Ibid, hal 38.
keluargannya terputus dengan ahli warisnya. Para ulama telah sepakat bahwa perbudakan sebagai penghalang warisan.
c. Pembunuhan. Jumhur ulama telah sepakat dalam menetapkan
pembunuhan sebagai penghalang kewarisan adalah pembunuhan yang disengaja dan disertai permusuhan. Hanya fuqaha dari golongan khawarij
saja yang membolehkannya. Mereka juga beralasan bahwa ayat-ayat mawarits itu memberikan faedah yang umum, tidak dikecualikan si
pembunuh. Oleh keumumannya ayat tersebut harus diamalkan. Sedangkan selainnya masih diperselisihkan. Ulama Syafi’i
berpendapat pembunuhan itu mutlak menjadi penghalang pewarisan, baik dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, baik dilakukan karena
menjalankan hak maupun bukan, baik pembunuhnya orang yang baligh maupun orang yang belum baligh. Ulama Hanafiyyah berpendapat bahwa
pembunuhan yang menjadi halangan adalah 1 pembunuhan yang bersanksi qishas, yaitu yang dilakukan berdasarkan kesengajaan dengan
mempergunakan alat-alat yang dapat dianggap menghancurkan anggota badan orang lain. 2 pembunuhan yang bersanksi kaffarat, yaitu
pembunuhan yang dituntut sebagai penebus kelalainnya dengan membebaskan seorang budak wanita Islam atau kalau tidak mungkin, ia
dituntut menjalankan puasa dua bulan berturut-turut, seperti pembunuhan
mirip sengaja, atau pembunuhan yang dianggap silap.
26
Ulama Malikiyyah berpendapat sesungguhnya pembunuhan yang menjadi
penghalang pewarisan ialah pembunuhan yang disengaja dan disertai permusuhan, baik dilakukan langsung maupun tidak langsung.
27
Ulama Hanabilah berpendapat pembunuhan yang menjadi penghalang pewarisan
adalah pembunuhan tanpa hak yang dibebani sanksi qishos, diyat dan kafarat.
Penghalang mewarisi yang tidak disepakati a.
Riddah yaitu keluar dari Islam. Orang tersebut disebut murtad, baik dalam keadaan dapat membedakan secara sadar, maupun dalam keadaan
bercanda. Yang diperselisihkan apakah kemurtadan menjadi penghalang yang diiringi dengan kekafiran yang sesungguhnya? Dalam hal ini ada
dua pendapat, yaitu 1 Kebanyakan para Ulama berpendapat bahwa kemurtadan menjadi penghalang untuk mewarisi bila diiringi dengan
kekufuran. Dengan demikian, tidak ada perbedaan antara kekafiran yang datang secara tiba-tiba dengan kekafiran yang dilakukan sejak awal,
keduanya tetap menjadi penghalang. Namun satu hal yang penting, makna kekufuran sebenarnya secara hukum sudah mencakup bentuk-bentuk
kekufuran yang lainnya. 2 Kalangan mazhab Syafi’iyyah berpendapat
26
Fathurrahman, Ilmu Waris Bandung: Al-Maarif, 1975 Cet Ke-4, hal, 86.
27
Usman Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, hal, 35.
bahwa kemurtadan merupakan penghalang mewarisi yang independen, tidak bisa digabungkan dengan persoalan berlainan agama.
28
b. Berlainan Negara yang dimaksud adalah berlainan atau perbedaan jenis
pemerintah antara dua Negara. Jumhur Ulama termasuk didalamnya Imam Malik dan sebagian ulama-ulama Hanafiyyah, berpendapat bahwa
berlainan Negara antara orang-orang non muslim tidak menjadi penghalang untuk saling mewarisi diantara mereka. Sebab nash tentang
penghalang itu bersipat umum dan dapat mencakup kepada mereka juga. Nash yang melarang saling mewarisi antara dua orang ahli waris yang
sama agamanya itu dapat saling mewarisi, meskipun berlainan Negaranya. Selama dalil yang bersifat umum ini tidak ada yang
mentakhsisnya, maka dalil tersebut wajib diamalkan. Sedangkan Imam Abu Hanafiyah dan sebagian ulama Hanabilah menyatakan bahwa
berlainan Negara antara orang-orang non muslim menjadi penghalang pewarisan mereka, karena terputusnya ismah ikatan kekuasaan dan tidak
adanya hubungan perwalian, justru terakhir ini menjadi dasar warisan.
29
C. Ahli Waris dan Bagiannya