negara-negara lain di Barat. Istilah ini baru banyak menjadi bahan pembicaraan pada awal tahun 1980-an bersamaan dengan munculnya lembaga-lembaga
advokasi perempuan. Namun demikian, wacana feminisme muncul dan dikenal di Indonesia kurang lebih sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Zaman kaum perempuan bergerak di Indonesia diawali oleh pemikiran R.A. Kartini sampai terbangunnya organisasi-organisasi perempuan sejak tahun
1912. Sejak saat itu, wacana dan gerakan perempuan mewarnai bangsa Indonesia. Gerakan perempuan yang banyak muncul sepanjang tahun 1950-an
sampai pertengahan 1960-an memunculkan berbagai tuntutan persamaan dalam hukum dan politik antara laki-laki dan perempuan dengan model organisasi
yang berkait atau di bawah partai politik
37
. Dalam hal keikut sertaan perempuan dalam politik inilah, hukum
diperlukan untuk memberi kepastian hukum bagi perempuan. Hukum dipahami sebagai norma, yaitu ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang
dalam hubungannya dengan sesamanya ataupun dengan lingkungannya
38
. Karena itu hukum diharapkan untuk membentuk suatu keadilan bagi setiap
orang, termasuk perempuan.
6. Pentingnya keterwakilan perempuan dalam lembaga perwakilan rakyat
Politik yang jauh dari perempuan tentu lebih dekat kepada kepentingan- kepentingan laki-laki. Sehingga produk yang dihasilkan pun dibangun dalam
logika laki-laki. implikasinya adalah memperkokoh hubungan yuridis sosial
37
Muhammad Nuruzzaman, Kia Husein membela perempuan., Yogyakarta ; LKIS Pelangi Aksara, 2005, hlm. 2
38
Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan; Dasar-dasar dan Pembentukan. Yogyakarta; Penerbit Kanisius, 1998. Hlm. 6
yang patriarkis
39
. Hubungan yang dimaksud adalah yang didasarkan pada norma, pengalaman dan kekuasaan laki-laki.serta mengabaikan pengalaman
perempuan
40
. Banyak yang terjadi dan terdapat di Indonesia yang memutlakan
keterwakilan para perempuannya yang memadai dalam kuantitas dan kualitas di lembaga-lembaga negara dan sektor-sekto publik lainnya untuk
menciptakan perubahan-perubahan mendasar dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat
41
. Yang membuat penting keterwakilan perempuan di Lembaga Legislatif
adalah menyangkut kewenangan dan fungsi anggota parlemen dalam hal legislasi, penganggaran dan pengawasan, dari sini akan lahir berbagai produk
hukum. Ketiadaan pengetahuan tentang pengalaman hidup perempuan dan kepekaan gender akan melahirkan produk legislasi yang merugikan bahkan
semakin menjauhkan perempuan dari potensi yang ada pada dirinya
42
.
7. Kota Binjai
Kota Binjai adalah salah satu kota dahulu daerah tingkat II berstatus kotamadya dalam wilayah provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Binjai terletak
22 km di sebelah barat ibukota provinsi Sumatera Utara,Medan. Sebelum berstatus kotamadya, Binjai adalah ibukota Kabupaten Langkat yang kemudian
dipindahkan ke Stabat. Binjai berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat di sebelah barat dan utara sertaKabupaten Deli Serdang di sebelah timur dan
39
Sulistyowati Irianto, Pendekatan Hukum Berspektif Perempuan, dalam T.O. Ihromi ed, Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan, Bandung; Alumni,
2000, hlm. 93
40
Ibid.
41
Imas Rosidawati , Jurnal Keterwakilan Perempuan Di Dewan Perwakilan Rakyat Kesiapan Partai Politik Perempuan Indonesia Di Arena Politik Prakti, tanpa tahun, hlm.3
http:www.uninus.ac.iddatadata_ilmiahQuota20Perempuan20di20DPR.pdf diakses pada 28 Januari 2015
42
Ibid. hlm.5-6
selatan. Letak geografis Binjai 03°0340 - 03°4002 LU dan 98°2703 - 98°3932 BT.
43
Pemerintah Kota Binjai pertama kali terbentuk berdasarkan Undang- Undang Darurat Nomor 9 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi
Kota Kota Kecil Dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 1.710 Ha
44
. Akibat pembangunan yang semakin pesat, dan dalam rangka
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, Kota Binjai diperluas sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1986 tentang Perubahan Batas
Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Binjai, Kabupaten Daerah Tingkat II Langkat dan Kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang, maka wilayah Kota
Binjai telah diperluas menjadi 9.023,63 Ha dengan 5 lima wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Binjai Selatan, Kecamatan Binjai Utara,
Kecamatan Binjai Timur, Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota. Kota Binjai merupakan kota multi etnis, dihuni oleh suku Jawa, suku Karo,
suku Tionghoa dan suku Melayu. Kemajemukan etnis ini menjadikan Binjai kaya akan kebudayaan yang beragam. Jumlah penduduk kota Binjai dari data
BPS Kota Binjai
45
pada tahun 2013 adalah 252.263 jiwa dengan kepadatan penduduk 18.813 jiwakm persegi.
F. Metode Penelitian