Peran Legislator Perempuan dalam Menjalankan Tugas di Alat Pentingnya ketewakilan Perempuan dalam melaksanakan fungsi

dari dan oleh anggota DPRD dengan jumlah 3 tiga orang, yaitu terdiri dari Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Badan Kehormatan 84 . Badan Kehormatan mempunyai tugas 85 ; 1 memantau dan mengevaluasi disiplin danataukepatuhan terhadap moral, kodeetik, danatau peraturan tata tertib DPRD dalam rangka menjagamartabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD. 2 Meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD terhadap peraturan tata tertib danatau kode etik DPRD. 3 Melakukan penyelidikan,verifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan Pimpinan DPRD, Anggota DPRD, danatau masyarakat. 4 Melaporkan keputusan Badan Kehormatan atas hasil penyelidikkan, verifikasi,dan klarifikasi kepada Rapat Paripurna DPRD. g. Alat Kelengkapan Lain Dalam hal diperlukan, DPRD dapat membentuk alat kelengkapan lain berupa Panitia Khusus. Panitia khusus merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tidak tetap. Panitia khusus dibentuk dalam Rapat Paripurna DPRD atas usul anggota setelah mendengar pertimbangan Badan Musyawarah. Pembentukan panitia khusus ditetapkan dengan Keputusan DPRD.

2. Peran Legislator Perempuan dalam Menjalankan Tugas di Alat

Kelengkapan DPRD Kota Binjai Anggota Legislator Perempuan di DPRD Kota Binjai berjumlah tiga orang bertugas di Komisi B yang membawahi Perekonomian dan Kesejahteraan rakyat. Anggota legislator perempuan ini mencondongksan 84 Lihat Pasal 56 Peraturan DPRD Kota Binjai Nomor 1 tahun 2011 Tentang Tata Tertib DPRD Kota Binjai 85 Lihat Pasal 57 Peraturan DPRD Kota Binjai Nomor 1 tahun 2011 Tentang Tata Tertib DPRD Kota Binjai dirinya kepada Kesehatan, Pertanian, UKM dan Pemberdayaan Perempuan 86 . Dalam bidang Kesehatan, mereka mengawasi dana APBD yang masuk dengan melihat kecocokan dari yang dianggarkan dan yang ada di masyarakat. Disini para anggota dewan menjalankan fungsi controlling dari hasil pelaksanaan fungsi anggaran 87 . Dalam bidang UKM dan Pemberdayaan Perempuan, mereka membantu memberikan kebijakan yang tidak menyulitkan para perempuan yang bekerja di rumah. Contohnya memfasilitasi masyarakat dan memudahkan masyarakat untuk mendapatkan Kredit Untuk Rakyat, yaitu salah satu program kerja pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II 88 . E. Peranan Legislator Perempuan dalam Pelaksanaan Fungsi Legislasi

1. Pentingnya ketewakilan Perempuan dalam melaksanakan fungsi

Legislasi Pasal 5 Undang-Undang nomor 12 tahun 2011 menyebutkan bahwa salah satu asas pembentukan perundangan-undangan adalah kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat. Artinya, suatu peraturan perundang undangan harus dibuat oleh suatu lembaga yang telah ditentukan oleh undang-undang. Dalam Pasal 8 Undang-Undang nomor 12 tahun 2011, suatu organ yang berhak membuat suatu peraturan perundang-undangan 86 Wawancara dengan ibu Nurlela Kaloko, Anggota Legislatif DPRD Kota Binjai Periode 2009-2014 87 Wawancara dengan ibu Nurlela Kaloko, Anggota Legislatif DPRD Kota Binjai Periode 2009-2014 88 Wawancara dengan ibu Nurlela Kaloko, Anggota Legislatif DPRD Kota Binjai Periode 2009-2014 daerah kabupaten kota adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati Walikota. Ketiadaan pengetahuan tentang pengalaman hidup perempuan dan kepekaan gender akan melahirkan produk legislasi yang tidak realistis, merugikan, dan bahkan semakin menjauhkan perempuan dari aktualisasi potensi yang ada pada dirinya, yang selanjutnya akan merugikan bangsa. 89 Alasan tersebutlah yang membuat penting keterwakilan perempuan dalam lembaga perwakilan rakyat khususnya dalam melaksanakan fungsi legilasi,penganggaran budgeting dan pengawasan monitoring. Karena, dari lembaga inilah akan lahir berbagai produk legislasi yang dijalankan oleh masyarakat. Selanjutnya, ketiadaan keterwakilan perempuan secara memadai di parlemen juga akan melahirkan keterbatasan akses bagi kaum perempuan terutama kelompok miskin, untuk menyuarakan kepentingannya 90 . Keterwakilan perempuan secara memadai sangat penting untuk memastikan bahwa pengalaman hidup perempuan diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan. Kemudian, kondisi hidup warga negara merupakan cermin dari hasil output maupun dampak outcomes kebijakan publik 91 . Dari komposisi penempatan perempuan di komisi DPR RI, tampak bahwa perempuan lebih banyak ditempatkan atau senang untuk ditempatkan di komisi yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial seperti kesehatan, tenaga kerja dan masalah-masalah perempuan,jika 89 Sulistyowati Irianto dan Titiek Kartiika Hendrastiti, Buku Panduan tentang Gender di Parlemen, Jakarta;DPR-RI UNDP, tanpa tahun, hlm. 6 90 Ibid. 91 Ibid. hal. 7 dibandingkan dengan masalah militer, perhubungan,dan sebagainya yang notabene seringkali menjadi urusan laki-laki 92 . Advokasi melalui proses legislasi sangat penting dan strategis mengingat kepentingan perempuan tidak akan berarti banyak selama tidak ada kebijakan dan perangkat hukum yang mendukung 93 . Dengan ikut sertanya keterwakilan perempuan dalam membentuk suatu kebijakan, maka akan melahirkan kebijakan yang adil. Beberapa produk legislasi yang dapat dinilai sebagai „best practices‟ dalam advokasi gender adalah 94 ; a. Undang-undang No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Aspek penting yang diatur dalam undang-undang ini adalah tentang anak yang lahir dari perkawinan campuran antara warga negara Indonesia WNI dengan warga negara asing WNA 95 . Peraturan sebelumnya, yaitu pada pasal 8 ayat 1 Undang Undang No. 62 Tahun 1958, dimana perempuan harus kehilangan kewarganegaraannya akibat adanya perkwawinan campuran,dimana otomatis anak akan mengikuti warga kenegaraan pihak pria. Pada Undang Undang No.12 tahun 2006 ini, anak hasil perkawinan campuran tersebut dapat memperoleh kewarganegaraan dari ayah dan ibunya. b. Undang-Undang No.21 Tahun 2007 tentang Pelarangan Tindak Pidana Perdagangan Orang PTPPO 92 Sali Susiana,dkk, Buku Kompilasi Pengarusutamaan Gender, Jakarta;DPR-RI UNDP, 2008 hlm.102 93 Ibid. hlm.104 94 Ibid. 95 Ibid. hlm.105 Undang-Undang PTPPO sangat penting artinya bagi perempuan dan anak-anak. Fakta menunjukkan korban terbesarnya pada dua kelompok ini. Lahirnya Undang-Undang ini memberikan perlindungan yang efektif bagi perempuan dan anak-anak dari segala bentuk praktik eksploitasi. Undang-Undang ini juga mewajibkan pemerintah untuk menata dan memperbaiki sistem penegakan hukum yang ada agar bisa diandalkan untuk menangani masalah perdagangan orang. 96 c. Undang-Undang No.23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT Poin penting dari Undang-Undang ini adalah menjadikan kasus kekerasan dalam rumah tangga yang semula dianggap privat menjad iurusan publik,dan karenanya mempunyai konsekuensi hukum pidana. Undang Undang KDRT ini mewajibkan negara untuk melakukan intervensi, mencegah, menangani, dan melindungi perempuan dari kekerasan dalam rumah tangga sehingga dapat menjadi „ukuran‟ bagi keseriusan negara untuk menerapkan kebijakan „zerro tolerance‟ terhadap segala bentuk kekerasan terhadapaperempuan. Bagi perempuan, Undang- Undang KDRT menjadi penanda penting dalam kehidupan rumah tangga yang seringkali dianggap paling privat sekalipun, posisi perempuan terlindungidari kemungkinan-kemungkinan tindak kekerasan yang dilakukan pasangan hidupnya. 97 d. Undang Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilu Legislatif Undang Undang ini mengakomodasi keterwakilan 30 perempuana dalam pencalonan legislative dimana Undang Undang ini juga mensyaratkan keterwakilan perempuan minimal 30 pada pengurusan partai tingkat pusat sebagai syarat mengikuti pemilu. Meskipun bersifat affirmative action, ketentuan kuota 30 untuk perempuan dalam proses penjaringan keterwakilan di parlemen memberi inspirasi bahwa politik bukanlah dunia „laki-laki‟. 98 96 Ibid. 97 Ibid. 98 Ibid.hlm.106

2. Peran Legislatif Perempuan di DPRD Kota Binjai Pelaksanaan