2. Untuk menjawab bagaimana Legislator Perempuan tersebut dalam
melaksanakan fungsi legislasi, dan anggaran. 3.
Untuk menjawab apa yang menjadi hambatan bagi legislator perempuan di DPRD Kota Binjai dalam melaksanakan Fungsi Legislasi dan Fungsi
Anggaran Dan juga, penelitian ini di harapkan menjadi salah satu karya ilmiah yang
dapat menjadi rekam jejak dari perkembangan kesadaran berpolitik Perempuan dari perspektif hukum di Indonesia. Sebab, tidak banyak penelitian yang
mengambil tema tentang peranan Perempuan dalam ke ikut sertaan mereka untuk mensejahterakan masya rakat, terutama untuk kaum Perempuan sendiri.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelurusan yang dilakukan di perpustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, belum ditemukan penulisan skripsi yang
membahas tentang “PERANAN LEGISLATOR PEREMPUAN DALAM PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DAN ANGGARAN STUDI PADA
ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN TERPILIH DI KOTA BINJAI 2009-
2014” sampai dengan skripsi diajukan. Kalaupun ada dengan judul yang sama, penulis yakin isi dan penelitiannya akan berbeda. Sehingga dapat
dikatakan bahwa penulisan skripsi ini asli dan dapat dipertanggungjawabkan penulis.
E. Tinjauan Pustaka
1. Kedaulatan Rakyat
Sebelum UUD 1945 diamandemen, kedaulatan rakyat di pegang oleh suatu Badan yang bernama “Majelis Permusyawaratan Rakyat”, sebagai
penjelmaan seluruh masyarakat Indonesia Vertretungsorgan des Willens des Staatvolkes. Majelis inilah yang memegang kekuasaan negara yang tertinggi.
Setelah UUD 1945 di amandemen, maka pelaksanaan kedaulatan rakyat di
Indonesia dilaksanakan menurut UUD 1945. Di dalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945 juga menyebutkan bahwa
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar. Selanjutnya pada pasal 1 ayat 3 UUD 1945 disebutkan bahwa Negara
Republik Indonesia adalah negara hukum. Sehingga jelas bahwa kekuasaan tertinggi di dalam negara Indonesia adalah hukum yang dibuat oleh rakyat
melalui wakil-wakilnya
7
. Menurut teori kedaulatan rakyat, rakyatlah yang berdaulat dan mewakili
kekuasaannya kepada suatu badan yaitu pemerintah. Bilamana pemerintahan ini melaksanakan tugasnya tidak sesuai dengan kehendak rakyat, maka rakyat
akan bertindak mengganti pemerintah itu
8
. Indonesia merupakan negara hukum, salah satu ciri negara hukum adalah
adanya pembatasan kekuasaan dalam penyelenggaraan kekuasaan negara
9
. Menurut Montesquieu, dalam bukunya
“L’Espirit de Lois” 1748 yang mengikuti jalan pikiran John Locke membagi kekuasaan negara dalam tiga
cabang, yaitu
10
; i
Kekuasaan legislatif sebagai pembuat undang undang
7
Bahder Johan Nasution, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bandung; Cv. Mandar Maju, 2014, hlm.74
8
M. Solly Lubis, Ilmu Negara, Bandung; Cv.MandarMaju, 1990, hlm.42
9
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta; Rajawali Press, 2009., hlm. 281
10
Ibid. hlm. 283
ii Kekuasaan eksekutif yang melaksanakan undang undang
iii Kekuasaan yang menghakimi yudikatif.
Dari klasifikasi Montesquieu inilah dikenal pembagian kekuasaan negara modern dalam tiga fungsi trias politica, yaitu legislatif the legislatif
function, eksekutif the executive or administrative function dan yudisial the judicial function
11
. Cabang kekuasaan legislatif adalah cabang kekuasaan yang pertama-
tama mencerminkan kedaulatan rakyat
12
. Kewenangan untuk menetapkan peraturan diberikan kepada lembaga perwakilan rakyat atau lembaga legislatif.
Ada hal penting yang harus di atur oleh wakil rakyat melalui lembaga legislatif, yaitu fungsi legislasi atau pengaturan. Dalam bentuk konkretnya ,
fungsi pengaturan regelend function ini terwujud dalam fungsi pembentukan undang undang wetgevende function atau law making function
13
. Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa fungsi anggaran termasuk
ke dalam fungsi legislasi. Seperti yang ditulis Jimly Asshidiqie mengenai fungsi penganggaran yang merupakan suatu fungsi yang tersendiri sebagai
berikut; Anggaran pendapatan dan belanja negara itu dituangkan dalam baju
hukum undang undang sehingga penyusunan anggaran dan belanja negara identik dengan pembentukan undang undang tentang APBN, meskipun
rancangannya selalu datang dari Presiden. Sementara itu, pelaksanaan APBN itu sendiri harus pula diawasi oleh DPR dan pengawasan itu
sendiri termasuk kategori fungsi pengawasan oleh parlemen
14
.
11
Ibid.
12
Ibid. hlm. 298
13
Ibid. hlm.299
14
Ibid. hlm.301
Selanjutnya, Jimly Asshidiqie mengelompokkan fungsi lembaga legislatif menjadi tiga
15
, yaitu i
Legislasi ii
Pengawasan iii
Representasi Oleh beberapa sarjana di tambahkan pula fungsi lainnya, yaitu
iv Fungsi deliberative
v Fungsi penyelesaian konflik
2. Demokrasi