menjalankan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Yang menjadi hambatan bagi legislator permpuan di DPRD Kota
Binjai dalam melaksanakan Fungsi Legislasi dan Fungsi Anggaran pada dasarnya sama seperti anggota legislatif laki-laki. Dalam fungsi
legislasi, Legislator perempuan di DPRD Kota Binjai tidak terlalu mengalami hambatan yang berarti dalam membentuk suatu peraturan
daerah. Tantangan yang mereka terima adalah berupa mencari solusi dari pendapat yang berbeda antar anggota legislatif.
Sedangkan dalam menjalankan fungsi anggaran, anggota legislatif mengalami hambatan dari eksekutif. Tantangan yang
dihadapi juga berupa menyesuaikan anggaran belanja yang di sampaikan eksekutif lalu memeriksanya agar pengalokasian dana tepat
sasaran dan mensejahterkan masyarakat.
B. Saran
Dari uraian tersebut, penulis menyampaikan beberapa saran, yaitu: 1.
Walaupun peran dan hambatan legislatif perempuan pada dasarnya sama dengan legislator laki-laki, ada baiknya pengaturan untuk
meningkatkan keterwakilan perempuan di lembaga legislatif, khususnya di DPRD KabupatenKota tidak hanya terfokus pada Partai
Politik untuk memenuhi kuota 30 pencalonan legislatif perempuan. Tetapi di pertegas dengan membentuk suatu pengaturan agar
terpenuhinya kursi 30 Perempuan di Lembaga Perwakilan Rakyat.
Dengan seimbangnya peran anggota legislatif perempuan dan laki-laki di lembaga perwakilan rakyat, diharapkan peran perempuan
akan lebih terlihat. Dengan begitu, maka produk dari legislasi yang dibentuk akan lebih responsif gender.
2. Peran Legislator perempuan di DPRD Kota Binjai periode 2009-2014
yang lebih cenderung ke peningkatan kesejahteraan Usaha Kecil dan Menengah UKM, Kesehatan dan Pembangunan Infrastruktur.
Kecenderungan ini sebaiknya di dukung oleh pemerintah Kota dengan membentuk suatu program kerja untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat. Dengan meningkatkan ekonomi masyarakat maka akan
berimbas pada kesehatan dan juga pembangun daerah tersebut.
3. Peran masyarakat dalam mengawasi jalannya pemerintahan dengan
ikut serta dalam pengawasan dan peningkatan kesejahteraan dengan cara mendukung dan menjalankan kebijakan pemerintah. Dengan
adanya dukungan dari masyarakat, hambatan dan tantangan yang diterima oleh anggota legislatif akan berkurang yang memberi dampak
dengan menigkatnya kinerja dari anggota legislatif.
DAFTAR PUSTAKA A.
Buku
Ali, Zainuddin Metode Penelitian Hukum, Jakarta; Sinar Grafika, 2010 Amiruddin dan Zainal asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,
Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2004. Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta;
Rajawali Press, 2009. Buehanuddin Salam,Filsafat Pancasilaisme,Jakarta;Rineka Cipta, 1996
C.S.T, Kansil, dan Christine S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia 1, Jakarta; Rineka Cipta, 1984.
C.S.T,Kansil Christine S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia 2, Jakarta,Rineka Cipta, 2002.
Fakih, Mansour dkk, Membincang feminisme: diskursus gender perspektif Islam. Surabaya; Risalah Gusti, 1996.
Ihromi ,T.O., dkk eds Penghapusan diskriminasi terhadapa perempuan, Bandung ; Alumni, 2000.
Juanda, Hukum Pemerintah Daerah Pasang Surut Hubungan Kewenangan
antara DPRD
dan Kepala
Daerah,Bandung; PT. Alumni, 2008. Nasution, Bahder Johan, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Bandung; Cv. Mandar Maju, 2014. Nuruzzaman, Muhammad, Kia Husein membela perempuan.,
Yogyakarta ; LKIS Pelangi Aksara, 2005. Soeprapto, Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan; Dasar-
dasar dan Pembentukan. Yogyakarta; Penerbit Kanisius, 1998. Soemantri,Sri, Perbandingan Antar Hukum Tata Negara, Bandug,
Alumni,1971 Rais, Amin, Demokrasi dan Proses Politik, Jakarta: LP3ES Jakarta, 1986
B. Peraturan Perundang-undangan