Busana Dalam Kajian Sosiologi

Karena bentuk pakaian adalah termasuk kebudayaan atau kebiasaan dari suatu bangsa yang di dalamnya di pengaruhi ruang dan waktu tetapi, dalam syariat Islam hanya memberikan krteria busana muslimah, yang di dalamnya termasuk busana yang tidak menggambarkan lekuk tubuh dan terbuat dari bahan yang tebal, tidak mencolok atau menarik perhatian, tidak menyerupai pakaian laki-laki, dan tidak seperti yang di pakai wanita non muslim atau kafir. 15

3. Busana Dalam Kajian Sosiologi

Harus di ketahui bahwa pengkajian sosiologi, sosiolog tidak melihat dari pewahyuan yang datang dari tuhan akan tetapi di angkat dari pengalaman konkrit yang dilihat secara fakta yang di kumpulkan dari masa lampau hingga sekarang, jadi pengkajian sosiologi melihat agama dari pengamatan, dan dari pengamatan ini sosiologi baru sanggup memberikan definisi yang deskriptif penggambaran apa adanya, yang mengungkapkan apa yang di mengerti dan di alami pemeluk- pemeluknya. 16 Jadi sosiologi tidak mengartikan agama sebagai suatu ajaran dogma dan moral itu sendiri, tetapi agama yang sudah menjadi prilaku kemasyarakatan yang nyata, atau dengan kata lain fenomena sosial, sebagai fakta sosial yang memang terjadi pada masyarakat. Sosiolog memprediksikan busana muslimah tidak melihat dari agama, melainkan pemakaian busana muslimah di lihat sebagai salah satu bentuk ekspresi yang membentuk kpribadian untuk ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya. Karena seorang muslimah memakai pakaian muslim tidak hanya bernilai estesis 15 Syaikh Abu Malik, Panduan Beribadah Khusus Wanita, Jakarta: Ahmari, 2007, h. 309- 310 16 Hendro Puspito, Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 2000, cet.16, h. 29 tetapi juga bernilai ibadah. Dalam kajian sosiologi pemakaian busana muslimah di lihat sebagai interaksi dan kontruksi sosial, arti pemakaian busana muslimah tidak terjadi begitu saja tetapi melalui proses. Dari proses yang sedang berjalan ketika individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan bertindak sesuai makna. 17 Pemakaian busana muslimah di awali dengan proses pengetahuan tentang busana muslimah yang di dapat dari hasil interaksi dengan lingkungan, misalnya dari hubungan keluarga, masyarakat, sekolah, maupun dari media-media ataupun televisi. Pada proses ini manusia memberikan makna dan nilai pada busana muslimah, ini sebagai bentuk simbol keagamaan yang bersumber pada ajaran agama dan memiliki nilai-nilai moral. Tapi pemberian nilai dan makna pada busana muslimah setiap individu berbeda-beda. Agama adalah salah satu bentuk konstruk sosial yang di mana tuhan, ritual, nilai, hierarki, keyakinan-keyakinan dan prilaku religiusitas menurut sosiologi hanya untuk memperoleh kekuatan kreatif atau menjadi subjek dari kekuatan lain yang lebih ketat dalam dunia sosial. 18 Dalam kajian sosiologi busana muslimah tidak hanya sebagai sarana ibadah, yang dianggap sakral tetapi memiliki fungsi-fungsi sosial di antaranya: - Fungsi identitas Dengan cara ini agama mempengaruhi pengertian individu tentang siapa ia, dan mau apa ia. 19 Dengan demikian wanita yang memakai busana 17 Margareth M. Poloma, Sosiologi Kontemporer Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2000, cet. 4, h.261 18 Peter Connolly, Aneka Pendekata Studi Agama, ed, Yogyakarta: LkiS, 2000, h. 267 19 Thomas F.O Dea, Sosiologi Agama: suatu Pengantar Awal Jakarta: CV. Rajawali, 1985, h. 26 muslimah mempunyai ciri yang melekat pada seorang wanita, dan pada akhirnya menjadi nilai identitas keislaman, - Fungsi realisasi diri Perubahan yang mendasar dan lebih cepat, khususnya meninggalkan suatu cara tertentu di ganti dengan cara hidup yang lain, - Fungsi pelindung Dalam Islam fungsi pakaian untuk menutupi aurat, tetapi juga sebagai fungsi pelindung dari cuaca dingin dan panas, - Fungsi kontrol sosial Karena kerangka acuan pada agama, yang memiliki sanksi-sanksi yang sakral, yang di dalamnya sifatnya memaksa tetapi sebagai acuan individu dalam menjalani kehidupan ini.

4. Peranan Busana Muslim Dalam Mengubah Prilaku